Tubuh Mayleen seakan membeku tidak bisa bergerak, selama ini hatinya sudah mengijinkan suaminya ini memiliki banyak selir, selama dia tidak melihat langsung apa yang sedang mereka lakukan. Tapi kali ini tepat di depan matanya Mayleen melihat rambut William yang berantakan, dasi yang sudah terlepas dan juga beberapa kancing kemeja yang terbuka.
"Maaf Direktur Gu, jika aku menggangu," ujar Mayleen seraya membalikan badannya dan bergegas pergi.
Namun baru beberapa langkah menjauh, William malah telah menangkap tubuh Mayleen, "kata siapa kau boleh pergi," ujar William.
"Bukankah kau dan Nona Reina…" ujar Mayleen terbata.
"K-kalian teruskan saja, anggap saja aku tidak ada," tukas Mayleen.
"Sudah mengganggu kesenanganku, dan sekarang mau pergi," bisik William seraya menggigit telinga Mayleen.
William malah menarik Mayleen masuk ke dalam kamar utama, lalu menutup pintu dan melupakan jika ada Reina disana. William melemparkan tubuh Mayleen di ranjang besar di kamar itu.
Mayleen meronta keras, dirinya mana rela ditiduri di ranjang yang bekas dipakai oleh wanita lain, berpikir ketika tadi Reina baru saja melayani suaminya ini. Namun semakin Mayleen meronta semakin keras pula kungkungan William terhadap tubuh Mayleen.
Sementara itu di luar pintu, Reina mengepalkan tangannya erat-erat ketika mendengar pergumulan William dan Mayleen dari balik pintu kamar yang dikunci oleh William tadi.
Sebenarnya tadi William segera menarik Reina ketika mengetahui jika Mayleen akan datang ke Ruang VIP tersebut. Membiarkan Mayleen melihatnya ketika dia sedang mencumbu wanita lain, begitu mendengar Mayleen masuk, William langsung saja menarik tubuh Reina.
Hati William meradang ketika melihat sikap Mayleen yang malah mempersilahkan dia bercinta dengan wanita lain, karena itulah kemarahan di hatinya terpatik dengan keras. William merobek baju Mayleen yang bergaya model kerah sabrina tersebut. William mulai menguasai tubuh Mayleen dengan serakah.
Setelah puas melampiaskan, William berdiri dan mengenakan bajunya kembali. Sementara baju Mayleen sudah robek di sana sini karena hasil perbuatan tangan William.
William keluar dari kamar, lalu melihat Reina masih ada di sana menunggunya. Reina melihat rupa Mayleen yang berantakan sedang menangis di atas ranjang. Sedikit iri karena selama ini dirinya ingin bisa naik katas ranjang William, namun itu tidak pernah terjadi.
Melihat William sudah pergi jauh, maka Reina pun berlari mengejarnya. Sementara itu Mayleen masih menangis dengan tubuh yang gemetaran. Mayleen mengambil gaunnya yang tergeletak di lantai. Melihat itu sudah rusak di sana sini, maka Mayleen mengambil seragam yang tadi dia simpan di tas-nya lalu memakainya kembali dan meninggalkan Resort. Mayleen pun segera bergegas melajukan mobilnya. Namun bukan pulang ke rumah utama, melainkan pergi ke tepi pantai dan berteriak menangis sampai puas.
"Kakak kau harus baik-baik disana," gumam Msyleen sambil menangis terduduk.
Puas menangis barulah Mayleen pulang ke rumah utama, tengah malam Mayleen tiba lalu segera saja membersihkan diri, berganti piyama lalu menarik selimut dan bersiap menuju ke alam mimpi.
Esok Mayleen akan berkunjung menjenguk Kakaknya itu. Karena esok adalah hari ulang tahun kakaknya itu. Keesokan paginya Mayleen pagi-pagi sekali berangkat ke Gu Corporation. Mayleen harus menyelesaikan tugas dari William. Sebelum jam makan siang Mayleen sudah meletakan berkas tersebut di atas meja William.
"Ingatkan Direktur Gu, untuk melihat berkas laporan yang kuletakan diatas mejanya!" tukas Mayleen kepada sekretaris Lin.
"Ei, kau mau kemana?" tanya Sekretaris Lin.
"Hari ini adalah ulang tahun kakak aku, jadi aku ingin merayakan bersama," jawab Mayleen.
Tak berapa lama Mayleen pergi, William baru saja datang, sekretaris Lin langsung saja memberi tahu jika berkas laporan yang dipintanya telah diletakan di meja kerjanya oleh Mayleen.
"Dimana orangnya?" tanya William.
"Sedang ijin pergi, untuk menemui Kakak-nya yang sedang berulang tahun di hari ini," jawab sekretatis Lin.
Mendengarnya jelas membuat William marah, "jemput dia segera!" perintahnya kepada asisten He.
"Tanpa seijinku, dilarang bertemu," gumam William dalam hati.
William membuka laci meja kerjanya, dan mengambil sebuah figura kecil, itu adalah foto dirinya dengan Lisa sedang tersenyum bahagia. Kebencian terhadap dua kakak beradik tersebut semakin membesar, satu-satunya hal yang membuat dia mempertahankan Mayleen di sisinya hanyalah karena jantung Lisa sekarang menjadi milik Mayleen. Dan William tidak ingin kehilangan jantung wanita yang dia cintai itu.
Di Penjara nampak Mayleen sebentar-sebentar menghapus air matanya karena melihat Kakaknya yang dulu tampan dan memilili karir cemerlang sekarang nampak tirus, meski tetap terlihat tampan.
"Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" tanya Li Jancent.
"Tenanglah Kak, bukankan aku sekarang masih hidup, jadi aku baik-baik saja" jawab Mayleen ringan.
"Lalu mengapa kau menangis?" tanya Li Jancent.
"I-ini.... karena aku sangat merindukanmu," jawab Mayleen.
Ketika mereka sedang berbicara tiba-tiba sipir penjara menyudahi kunjungan Mayleen dan menarik paksa Li Jancent. Mayleen yang melihatnya menyadari jika ini pasti adalah perbuatan William. Tanpa seijin suaminya maka Mayleen dilarang bertemu dengan Li Jancent, tapi ini adalah ulang tahun kakak-nya, jadi mana bisa dia tidak datang. Selama tiga tahun ini, sekali pun William tidak mengijinkan Mayleen menemui Li Jancent.
Mayleen pergi meninggalkan penjara dengan hati marah dan mata yang memerah, baru saja melangkah keluar asisten He sudah berdiri di depan pintu keluar.
"Nyonya!" sapanya.
Mayleen menatapi asisten He dengan tatapan marah bercampur sedih, lalu berjalan dengan terpaksa masuk ke dalam mobil. Sungguh hidup menjadi terasa lebih berat meski dalam keadaan sehat, jantung yang ada di tubuhnya ini benaran menjadi beban terberat dalam hidup Mayleen, meski jantung ini hanya memiliki berat setara dengan berat satu buah apel. Jantung Lisa seperti sebuah rantai belenggu yang mengikat tangan dan kaki Mayleen seumur hidup untuk bersama Gu William.
Begitu sampai di rumah utama, William telah menunggu Mayleen, William duduk dengan elegannya di sofa. Mayleen seperti melihat pahatan patung yang sempurna, pria ini begitu tampan sekaligus begitu kejam.
William meletakan tabletnya diatas meja, sementara Mayleen berdiri di depannya dengan sedikit takut. pria itu menyilangkan kakinya, "Apa aku memberikanmu ijin?" tanya William.
"Tidak bisakah kau bersikap tidak kejam sehari saja," imbuh Mayleen.
Mendengar label yang disematkan kepadanya, William pun langsung berdiri dan menapuk dagu Mayleen.
"Kejam!" ulang kata WIlliam dengan nada geram.
"Kalian kakak beradik yang begitu kejam telah mengambil jantung Lisa-ku," tukas William.
Telinga Mayleen terasa terbakar ketika mendengar William menyebut nama Lisa dengan lembut, sementara kepadanya selalu saja kasar. William mendorong tubuh Mayleen ke dinding. "Sekali lagi kau melakukan ini! maka bersiap mengucapkan selamat tinggal kepadanya," ancam William dengan nada dingin acuh tak acuh.
"Brengsek!" gumam Mayleen dalam hati merutuki William.
William melepaskan kungkungannya dari tubuh Mayleen, dan pergi meninggalkannya begitu saja. Mayleen terduduk simpuh di lantai. Mayleen memegangi dadanya seraya berpikir jika jantung ini tidak ada di tubuhnya, maka saat ini dia pasti sedang bersenang-senang dengan kakak-nya menikmati hidup meski harus berjuang untuk sehat.Mayleen, menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar suara tangisannya tidak terdengar. Hatinya begitu sakit menjalani hari-hari bersama William dan bahkan terkadang harus berbagi ranjang dengannya, itu terasa seperti sedang berbagi ranjang dengan iblis.Mayleen mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam tas-nya lalu langsung saja pergi melajukan mobilnya menuju ke rumah keluarga Li dulu. Jika sedang merindu maka terkadang Mayleen berkendara jauh-jauh ke rumah lamanya, hanya untuk memandangi dan mengenang masa-masa manis bersama keluarganya. Rumah itu, semenjak Li Jancent di penjara sudah bukan milik mereka lagi. Setelah puas menatapi, barulah Mayleen kembali ke rumah u
Mayleen masuk ke ruangannya dan melemparkan berkas laporan tadi keatas meja kerjanya. Meyleen berdiri menghadap jendela, di luar sedang hujan deras, jari-jari lentik Mayleen bergerak mengikuti arah air yang terjatuh di jendela. Kepala Mayleen terasa panas, lalu dengan impulsifnya mayleen melepaskan sepatunya, stockingnya dan juga blazernya. Mayleen melepas kuncir kudanya dan menggerai rambutnya. Dia pergi keluar dari ruangan dan menaiki lift menuju ke roof top. Gu Hansen melihatnya dan segera saja menyusul Mayleen. Diatas roof top, Mayleen merentangkan tangannya dan menengadahkan kepalanya kelangit. dia mulai menangis, betapa pun berusaha menguatkan hati, namun lagi-lagi selalu saja William bisa membuatnya menangis.Tiga tahun tinggal bersama, terkadang berbagi ranjang, betapa pun Mayleen tidak menginginkannya tapi William adalah pria pertama yang menyentuhnya. Malam pertama yang bahkan si pria tidak sadar jika itu adalah benar-benar malam pertama Mayleen bersama dengan seorang pria
Mayleen memijit-mijit alisnya, "sungguh pasangan yang serasi," gumam Mayleen merutuki Reina dan William.Dirinya pun merebahkan diri di ranjang besarnya itu, air matanya terjatuh memikirkan kakaknya yang pasti sekarang tidur dengan tempat tidur kecil dan kasur yang tidak nyaman. Keluarganya benar-benar telah dihancurkan oleh William. Mayleen adalah Nona Muda dari keluarga Li, meski tidak sekaya dan sekuat keluarga Gu, namun keluarga Li juga bukan keluarga yang kesusahan. Pabrik pengalengan buah warisan dari orang tua mereka berjalan cukup baik, sementara kakaknya adalah dokter bedah jantung terbaik yang memiliki wajah tampan dan karir yang cemerlang, jenius di bidangnya. Namun sekarang semua itu telah menjadi pecah berkeping-keping tiada sisa semenjak jantung Lisa ada di dalam tubuhnya dan memompa segala gerak dan nafas dalam tubuhnya.Meski merutuki William namun Mayleen harus tetap bersikap patuh dan baik, semua itu hanya demi Li Jancent yang telah menukar hidupnya untuk dirinya. J
William melemparkan botol plastik air mineral yang tadi dia remas hancur, lalu berjalan kearah Mayleen dan Hansen, "masih belum selesai?" tanya William. Mayleen dan Hansen memakan gigitan terakhir dari roti sandwich mereka, lalu menyesap air mineral mereka, dan segera berdiri. "Kami sudah selesai," jawab mereka serentak. "Jika begitu lekas," ujar William. Sebenarnya tanpa mensurvey, Gu Corporation bisa saja langsung membayar pembeliam tanah ini, namun Mayleen merasa curiga, karena keluarga pemilik tanah ini sama sekali tidak melakukan penawaran banding ketika Gu Corporation membuka dengan harga terendah standar Gu Corporation. Bagi perusahaan lain angka yang Gu Corporation tawarkan mungkin dipandang tinggi, namun bagi Mayleen itu adalah harga terendah standar Gu Corporation, karena itu ketika William menugaskan untuk mensurvei ini, Mayleen sangat bersemangat. Karena ingin menyelidik melihat sendiri. Mayleen berjalan mensisiri area tanah yang akan dibeli itu, melihat pemandangan
Ketua team pencari segera berteriak,"Kami menemukannya."William segera saja menggendong tubuh Mayleen, sementara ketika team pencari mendengar teriakan ketuanya segera menyiapkan alat-alat untuk dengan cepat mengevakuasi. Begitu Mayleen berhasil dibawa ke atas, William juga segera memanjat kembali. Namun sesampainya di atas William malah mendapati pemandangan yang merusak mata.Terlihat Gu Hansen sedang mengecupi tangan Mayleen yang sedang tidak sadarkan diri itu. William segera menarik Gu Hansen agar menjauh dari istrinya itu. Tim medis yang telah menunggu segera saja memeriksa Mayleen.Dokter segera memeriksanya dengan seksama, dan melihat ada bekas dua luka tusukan sehingga membuat Kaki Mayleen bengkak dan merah "Digigit ular," ujarnya. William dan Hansen sama-sama saling memandang dengan tatapan panik. Dokter tersebut segera mentutupi dengan perban dan juga kain yang bersih dan longgar, dan tidak menutup luka itu terlalu kencang.memberikan ruang agar luka tidak terlalu tertekan.
"Tidak, terima kasih," jawab Mayleen seraya sedikit manahan linu nyeri di seluruh badannya. Mayleen benar-benar tidak bisa tidur kembali ketika sudah bangun, karena merasakan sakit di sekujur tubuhnya itu. Salah satu hal yang kerap terjadi bagi seseorang yang terkena bisa ular adalah merasa sesak nafas, karena Mayleen pernah mengalami transpalasi jantung maka ini berpengaruh besar terhadap proses pernafasan Mayleen. Mayleen mulai mengalami sesak nafas yang parah, lalu tidak sadarkan diri kembali. Dokter jaga segera saja menangani Mayleen, dan berhasil menstabilkan keadaan Mayleen. Keesokan paginya William bangun dan segera merapihkan dirinya untuk pergi ke rumah sakit. Ketika sampai, William tertegun melihat ada satu tambahan dokter spesialis, itu adalah dokter bagian bedah jantung. "Ada apa ini?" tanya William. Dokter jaga pun menjelaskan keadaan Mayleen semalam kepada Gu William, "Pastikan jika tidak akan ada masalah dengan jantungnya!" perintah William kepada semuannya. Hal yan
Mayleen malah menyibakan selimutnya dan tertegun memandangi pemandangan malam dari balik jendela ruang rawat inapnya, bagaimana pun juga ini adalah kamar rawat inap VVIP. Mayleen bangun dan bersiap untuk kembali ke rumah utama, William bilang esok dia sudah harus kembali bekerja. Dia segera saja mengurus segala administrasi kepulangannya, lalu bergegas pergi. Menaiki taksi menuju rumah utama. Ketika sampai, Mayleen menghela nafas panjang. Meski sudah merasa lebih baik, namun saat di hutan dan di rumah sakit justru adalah saat-saat yang dia sukai karena lebih merasa tenang ketika berada disana daripada di rumah sendiri. Ketika sedang menuju kamar, tiba-tiba Reina terlihat keluar dari kamar William, melihat Mayleen ada di depannya. Reina sedikit terkejut, Reina merapihkan pakaian dan membetulkan rambutnya, "kau sudah kembali," ujarnya. Hati Mayleen telah terputus di hari William menikahinya, jadi Mayleen sudah benar-benar tidak perduli lagi. Dia berjalan ke kamarnya tanpa berkata-ka
Gu Hansen tidak langsung membawa Mayleen pulang ke rumah utama tapi membawanya kesalah satu restoran bambu. Disini makanan disajikan didalam bambu, juga ada makanan yang dibuat dari rebung bambu kuning.Rebung bambu kuning merupakan tunas bambu muda yang muncul dari dalam tanah dan berasal dari akar bambu. Bagi masyarakat Tiongkok rebung adalah bahan makanan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.Gu Hansen memilih restoran ini karena menilai ini adalah makanan sehat. Rebung termasuk jenis makanan yang mengandung rendah kalori, juga memiliki kandungan gula rendah dan memiliki tinggi protein dan tinggi serat, juga ada terkandung vitamin dan mineral seperti Rebung mengandung banyak vitamin seperti vitamin A, vitamin B6, vitamin E, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat dan pantotenat. Mineral yang ditemukan di dalamnya termasuk kalsium, magnesium, fosfor, kalium, natr