Mayleen masuk ke ruangannya dan melemparkan berkas laporan tadi keatas meja kerjanya. Meyleen berdiri menghadap jendela, di luar sedang hujan deras, jari-jari lentik Mayleen bergerak mengikuti arah air yang terjatuh di jendela.
Kepala Mayleen terasa panas, lalu dengan impulsifnya mayleen melepaskan sepatunya, stockingnya dan juga blazernya. Mayleen melepas kuncir kudanya dan menggerai rambutnya. Dia pergi keluar dari ruangan dan menaiki lift menuju ke roof top.
Gu Hansen melihatnya dan segera saja menyusul Mayleen. Diatas roof top, Mayleen merentangkan tangannya dan menengadahkan kepalanya kelangit. dia mulai menangis, betapa pun berusaha menguatkan hati, namun lagi-lagi selalu saja William bisa membuatnya menangis.
Tiga tahun tinggal bersama, terkadang berbagi ranjang, betapa pun Mayleen tidak menginginkannya tapi William adalah pria pertama yang menyentuhnya. Malam pertama yang bahkan si pria tidak sadar jika itu adalah benar-benar malam pertama Mayleen bersama dengan seorang pria.
Tiba-tiba Gu Hansen menarik tubuh Mayleen, "Apa kau menangis lagi karenanya?"
"A-aku…. aku tidak menangis," jawab Mayleen.
"Lalu sedang apa berdiri di bawah hujan? bukankah karena hujan bisa membuatmu tidak kentara ketika sedang menangis?" tanya Gu Hansen lagi.
"Aku tidak apa-apa, benaran tidak apa-apa," jawab Mayleen.
"Jika begitu jangan hujan-hujanan lagi, ini bisa membuatmu sakit," ujar Gu Hansen lalu seraya melepaskan jas-nya dan memakaikanya ke tubuh Mayleen.
Gu Hansen merangkul bahu Mayleen, pria itu sangat tahu bagaimana kehidupan pernikahan William dengan Mayleen, dan alasan mengapa Kakak sepupunya itu menikahi Mayleen. Tak sengaja William melihat adegan ini, dia pun langsung mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada asisten He.
"Berikan aku rekaman CCTV roof top!"
Dengan cepat rekaman itu telah sampai di email William. Dalam rekaman itu terlihat Mayleen berjalan tanpa alas kaki, dan mandi hujan sendiri di roof top Gu Corporation. Lalu tiba-tiba Gu Hansen datang dan memeluknya.
William langsung saja berdiri dan bergegas pergi ke ruangan Mayleen, nampak Mayleen tengah berdiri, kemeja putihnya nampak tembus pandang ditambah rambut panjang yang digerainya yang basah terkena air semakin menambah memperlihatkan lekuk tubuh Mayleen. William memandang ke bawah, melihar kaki Mayleen dengan jari-jari mungilnya, kaki dengan betis indah tinggi semampai, dia pun sedikit menelan salivanya.
Pada saat ini Gu Hansen masuk sambil membawakan handuk kecil, "ini handuknya," ujar Gu Hansen yang sedikit terkejut melihat William datang lagi ke ruangan Mayleen.
Wajah William menghitam, melihat Gu Hansen yang dengan lembut memberikan handuk kecil untuk mengeringkan rambut Mayleen, ditambah kemeja putih Mayleen yang saat ini menjadi tembus pandang itu benar-benar membuat dia merasa seperti sedang diledek oleh kedua orang itu.
"Apakah kalian benar-benar tidak ada kerjaan?" tanya sindir William.
"Sepertinya target yang kutetapkan masih terlalu kecil, sehingga bisa membuat team departemen bersantai," gumam William.
Mayleen sudah sangat hafal dengan nada suara William di tiap kali jika dia ingin memberikan hukuman. Mayleen pun berdiri di depan Gu Hansen seraya membelanya."Ini tidak ada hubungannya dengan Gu Hansen," ujar Mayleen.
Melihat Mayleen malah membela pria lain di depan matanya, tentu saja itu malah mematik sisi kelelakian William, "Pakai sepatumu!" perintahnya kepada Mayleen seraya mengambil tas Mayleen.
Setelah Mayleen memakai sepatunya, langsung saja William dengan impulsifnya menarik lengan Mayleen dan sedikit menyeretnya. Mayleen pun tergopoh mengikuti langkah William yang menariknya masuk kedalam lift. William menarik masuk istrinya itu ke dalam mobilnya, menurunkan pembatas kursi belakang lalu menapuk wajah Mayleen agar menatapnya, "Sudah berani menggoda pria lain tepat dihadapanku!?"
"Pria apa?" jawab Mayleen.
"Apa kau butuh kehangatan?" tanya William.
Merasa direndahkan, Mayleen pun malah menggigit tangan William. Melihatnya tentu saja membuat suaminya itu semakin marah. Dengan marah William menarik tubuh Mayleen mendekat kepadanya, lalu mengangkat roknya keatas.
"Anggap ini adalah hukumanmu," bisik parau William.
"Hukuman?" pikir Mayleen.
William langsung saja merebahkan tubuh Mayleen di kursi belakang mobilnya itu, mata Mayleen terbelalak menyadari apa yang akan dilakukan William, "tidak! jangan!" ujar Mayleen seraya memukul-mukul bahu William.
"Bukankah kau adalah istri aku, jadi layani aku," tukas William.
Bibir Mayleen langsung saja dilumat oleh William, melihat kemeja putih yang transparan itu benar-benar membuat William tidak bisa menahan diri pada akhirnya.
William mencium dengan serakah tulang selangka Mayleen, memegangi satu kaki Maylen dengan tangannya dan mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat. Sementara Mayleen hanya bisa mengigit bibirnya sendiri dan menangis.
Ini adalah pertama kalinya William bercinta dengannya dalam keadaan sadar, namun itu semua hanya karena ingin merendahkannya. Pria itu memangut bibir Mayleen dan menggigitnya sampai berdarah ketika akan mencapai puncak hasratnya itu, merasa jika gigitan itu terasa sakit, tangan Mayleen dengan reflek merangkul leher William.
"Aaargh..." desah William, lalu sedikit meletakan kepalanya bersandar di leher Mayleen.
Hanya sepersekian detik, Mayleen merasakan sedikit kedamaian ketika William bersandar kepadanya dengan lembut, setelah itu William mencium leher Mayleen dan bangkit berdiri dari tubuh Mayleen. Pergumulan mereka selesai tepat ketika mereka tiba di rumah utama.
William melihat kemeja Mayleen yang telah dirusaknya tadi, lalu memberikan jas-nya kepada Mayleen tanpa bicara dan langsung saja keluar dari mobilnya. "Brengsek," gumam Mayleen merutuki William.
Ketika masuk Reina menatapai William yang rambut dan kemejanya terlihat sedikit berantakan, lalu tak berapa lama Mayleen masuk dengan memakai jas yang diberikan william tadi. Samar-samar Reina melihat tanda sesapan merah di leher Mayleen.
Melihat tatapan ingin membunuh dari Reina, Mayleen pun acuh tak acuh dan langsung saja pergi masuk ke kamarnya. Dia segera pergi mandi, lalu menggosok-gosok tubunya dengan keras-keras. Tak ingin ada aroma William yang tersisa di tubuhnya.
Begitu selesai, Mayleen membuka lacinya dan meminum pil pencegah hamil, hal yang paling dia hindari adalah mengandung anak William. Sementara itu Reina sungguh mengiri dan meradang hati melihat tanda merah di leher Mayleen tadi. Tidak bisa menahan diri, maka Reina pun pergi ke kamar mayleen.
Reina mengetuk kamar Mayleen, lalu pintu pun dibuka. Belum dipersilahkan masuk, Reina langsung saja masuk ke kamar Mayleen. "Apa kalian baru saja bercinta?" tanya Reina tanpa basa-basi.
"Menurutmu?" tanya balik Mayleen.
"Dasar murahan, kau pasti yang menggoda William lebih dulu kan!" hardik Reina.
Mayleen hanya tersenyum sarkas kepada Reina, mengingat jika dulu mereka ini adalah teman baik. Namun tidak disangka sekarang temannya ini malah tertarik dengan William dan mulai bagai ngengat betina yang mengikuti kemana saja William membawanya.
"Hei! jalang, apa kau ini tuli?" tanya Reina.
Mayleen langsung saja berjalan kearah pintu, "Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengan wanita bodoh sepertimu," jawab Mayleen seraya membuka pintu kamarnya tanda mengusir Reina dari kamarnya.
"Kau akan menyesali ini nanti," ancam Reina.
Mayleen memijit-mijit alisnya, "sungguh pasangan yang serasi," gumam Mayleen merutuki Reina dan William.Dirinya pun merebahkan diri di ranjang besarnya itu, air matanya terjatuh memikirkan kakaknya yang pasti sekarang tidur dengan tempat tidur kecil dan kasur yang tidak nyaman. Keluarganya benar-benar telah dihancurkan oleh William. Mayleen adalah Nona Muda dari keluarga Li, meski tidak sekaya dan sekuat keluarga Gu, namun keluarga Li juga bukan keluarga yang kesusahan. Pabrik pengalengan buah warisan dari orang tua mereka berjalan cukup baik, sementara kakaknya adalah dokter bedah jantung terbaik yang memiliki wajah tampan dan karir yang cemerlang, jenius di bidangnya. Namun sekarang semua itu telah menjadi pecah berkeping-keping tiada sisa semenjak jantung Lisa ada di dalam tubuhnya dan memompa segala gerak dan nafas dalam tubuhnya.Meski merutuki William namun Mayleen harus tetap bersikap patuh dan baik, semua itu hanya demi Li Jancent yang telah menukar hidupnya untuk dirinya. J
William melemparkan botol plastik air mineral yang tadi dia remas hancur, lalu berjalan kearah Mayleen dan Hansen, "masih belum selesai?" tanya William. Mayleen dan Hansen memakan gigitan terakhir dari roti sandwich mereka, lalu menyesap air mineral mereka, dan segera berdiri. "Kami sudah selesai," jawab mereka serentak. "Jika begitu lekas," ujar William. Sebenarnya tanpa mensurvey, Gu Corporation bisa saja langsung membayar pembeliam tanah ini, namun Mayleen merasa curiga, karena keluarga pemilik tanah ini sama sekali tidak melakukan penawaran banding ketika Gu Corporation membuka dengan harga terendah standar Gu Corporation. Bagi perusahaan lain angka yang Gu Corporation tawarkan mungkin dipandang tinggi, namun bagi Mayleen itu adalah harga terendah standar Gu Corporation, karena itu ketika William menugaskan untuk mensurvei ini, Mayleen sangat bersemangat. Karena ingin menyelidik melihat sendiri. Mayleen berjalan mensisiri area tanah yang akan dibeli itu, melihat pemandangan
Ketua team pencari segera berteriak,"Kami menemukannya."William segera saja menggendong tubuh Mayleen, sementara ketika team pencari mendengar teriakan ketuanya segera menyiapkan alat-alat untuk dengan cepat mengevakuasi. Begitu Mayleen berhasil dibawa ke atas, William juga segera memanjat kembali. Namun sesampainya di atas William malah mendapati pemandangan yang merusak mata.Terlihat Gu Hansen sedang mengecupi tangan Mayleen yang sedang tidak sadarkan diri itu. William segera menarik Gu Hansen agar menjauh dari istrinya itu. Tim medis yang telah menunggu segera saja memeriksa Mayleen.Dokter segera memeriksanya dengan seksama, dan melihat ada bekas dua luka tusukan sehingga membuat Kaki Mayleen bengkak dan merah "Digigit ular," ujarnya. William dan Hansen sama-sama saling memandang dengan tatapan panik. Dokter tersebut segera mentutupi dengan perban dan juga kain yang bersih dan longgar, dan tidak menutup luka itu terlalu kencang.memberikan ruang agar luka tidak terlalu tertekan.
"Tidak, terima kasih," jawab Mayleen seraya sedikit manahan linu nyeri di seluruh badannya. Mayleen benar-benar tidak bisa tidur kembali ketika sudah bangun, karena merasakan sakit di sekujur tubuhnya itu. Salah satu hal yang kerap terjadi bagi seseorang yang terkena bisa ular adalah merasa sesak nafas, karena Mayleen pernah mengalami transpalasi jantung maka ini berpengaruh besar terhadap proses pernafasan Mayleen. Mayleen mulai mengalami sesak nafas yang parah, lalu tidak sadarkan diri kembali. Dokter jaga segera saja menangani Mayleen, dan berhasil menstabilkan keadaan Mayleen. Keesokan paginya William bangun dan segera merapihkan dirinya untuk pergi ke rumah sakit. Ketika sampai, William tertegun melihat ada satu tambahan dokter spesialis, itu adalah dokter bagian bedah jantung. "Ada apa ini?" tanya William. Dokter jaga pun menjelaskan keadaan Mayleen semalam kepada Gu William, "Pastikan jika tidak akan ada masalah dengan jantungnya!" perintah William kepada semuannya. Hal yan
Mayleen malah menyibakan selimutnya dan tertegun memandangi pemandangan malam dari balik jendela ruang rawat inapnya, bagaimana pun juga ini adalah kamar rawat inap VVIP. Mayleen bangun dan bersiap untuk kembali ke rumah utama, William bilang esok dia sudah harus kembali bekerja. Dia segera saja mengurus segala administrasi kepulangannya, lalu bergegas pergi. Menaiki taksi menuju rumah utama. Ketika sampai, Mayleen menghela nafas panjang. Meski sudah merasa lebih baik, namun saat di hutan dan di rumah sakit justru adalah saat-saat yang dia sukai karena lebih merasa tenang ketika berada disana daripada di rumah sendiri. Ketika sedang menuju kamar, tiba-tiba Reina terlihat keluar dari kamar William, melihat Mayleen ada di depannya. Reina sedikit terkejut, Reina merapihkan pakaian dan membetulkan rambutnya, "kau sudah kembali," ujarnya. Hati Mayleen telah terputus di hari William menikahinya, jadi Mayleen sudah benar-benar tidak perduli lagi. Dia berjalan ke kamarnya tanpa berkata-ka
Gu Hansen tidak langsung membawa Mayleen pulang ke rumah utama tapi membawanya kesalah satu restoran bambu. Disini makanan disajikan didalam bambu, juga ada makanan yang dibuat dari rebung bambu kuning.Rebung bambu kuning merupakan tunas bambu muda yang muncul dari dalam tanah dan berasal dari akar bambu. Bagi masyarakat Tiongkok rebung adalah bahan makanan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.Gu Hansen memilih restoran ini karena menilai ini adalah makanan sehat. Rebung termasuk jenis makanan yang mengandung rendah kalori, juga memiliki kandungan gula rendah dan memiliki tinggi protein dan tinggi serat, juga ada terkandung vitamin dan mineral seperti Rebung mengandung banyak vitamin seperti vitamin A, vitamin B6, vitamin E, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat dan pantotenat. Mineral yang ditemukan di dalamnya termasuk kalsium, magnesium, fosfor, kalium, natr
"Bawang, daun Mint," sekali lagi Mayleen mengulang-ulang temuan tadi."Ular," pekiknya."Tanaman itu adalah tanaman yang ditakuti oleh ular," ujar Mayleen.Daun mint adalah tanaman dengan aroma yang dibenci ular. Daun mint ini memiliki tekstur kasar ini bisa membuat ular enggan melewati semak daun mint ini.Mayleen segera saja mememetik banyak-banyak daun Mint, lalu memasukannya kedalam bajunya. Ada beberapa yang dia remas-remas lalu dia baluri ke seluruh tubuhnya, dan juga rambutnya. Mayleen membuka stockingnya dan juga membalurkannya pada kaki dan betisnya. Bahkan wajahnya."Kemarin kobra, sekarang ular Weling," pikir Mayleen."Apakah ini adalah sarang ular," pikirnya lagi.
William terdiam, sebenarnya dirinya juga bingung mengapa memanggil Mayleen kembali ke kantor. William berdiri memandangi Mayleen duduk dengan menyilangkan kaki panjangnya yg terlihat indah itu."Apa kau sendiri yang memilih gaun itu?" tanya William yang terlihat tidak bisa menahan diri."Ini.... ini Hansen yang memilihkannya untuk-ku," jawab ringan Mayleen.Mayleen langsung saja berdiri, "apa kau memanggilku kemari hanya untuk menanyakan tentang gaun yang sedang kupakai sekarang?"William, "..."Asisten He masuk keruangan William, "Tuan, informasi yang Tuan pinta," ujarnya.Melihat Asisten He membawa berkas laporan yang dia pinta, itu terasa seperti sedang diselamatkan dari malu. William membuka map c