“Wah dia tidak benar-benar mengejarku!” pikir aneh Mayleen yang sangat mengenal temperament suaminya itu. Seharusnya pada saat ini, pria itu sudah menariknya untuk pulang. Di rumah sakit, Li Jancent masih menunggu hasil pemeriksaan Kesehatan Fang Fang. Setelah menunggu sampai sore, akhinya Alan salah satu kolega lamanya masuk ke ruangan VIP. Menjelaskan hasil tes pasien kawan lamanya itu. “Bagus, sangat bagus. Dia sudah siap untuk operasi. Semua berjalan dengan normal!” ujar Alan. Terlihat raut senang di wajah Fang Fang lalu dia pun melontarkan pertanyaan yang lugu, “Apakah nanti aku bisa berlari!” Li jancent pun mengeluarkan senyuman tertampannya dan berkata, “Tentu saja bisa, tapi aku tidak menyarankan jika kau mau jadi atlet lari, itu tidak boleh ya!” Fang Fang pun tertawa mendengar jawaban dari dokter pribadinya itu. Li jancent menoleh kepada Alan, “Aku membutuhkan bantuamu apakah bisa?” “Tentu saja!” jawab Alan sambil menepuk-tepuk bahu kawan baiknya itu. Pada saat ini, W
“Ambulan! Panggil ambulan!” teriak Fang Fang sembari mendekat kepada Mayleen.“Kau kenapa!” imbuh panik Fang Fang sembari memeluk Mayleen.Pada saat ini, di Kediaman Fang. Ketika Li jancent mendengar keadaan Mayleen dia pun langsung berlari dengan kencang, hati dan otaknya sepertinya baru saja pergi meninggalkan tubuhnya. Rasa ketakutan yang sama, takut kehilangan seperti dulu kala terasa kembali masuk ke dalam hati.Dia bahkan tidak memperdulikan kemungkinan dia bertemu dengan William. Yang ada di hati dan di kepalanya hanyalah tentang Mayleen. Suara Sepatu Li jancent ketika berlari di koridor begitu terdengar jelas. Dia berlari dengan cepat sampai-sampai tidak memperhatikan keadaan sekitarnya.“Bugh!” Li Jancent baru saja menabrak seseorang.Dia dan pria yang ditabrak itu pun sama sama jatuh ke lantai. Dengan cepat Li Jancent bangun dan mengulurkan tangannya kepada pria yang baru saja dia tabrak. “Tuan, maafkan aku!”Gerakan tangannya langsung terhenti ketika dia melihat pria yang b
“Tentu saja kau dengan Dokter jeniusmu!” imbuh Kakek Fang.Fang Fang memperhatikan ekspresi wajah Li jancent lalu bertanya, “Apakah itu betul?”Kakek Fang berdehem, Li Jancent pun segera menganggukan kepalanya. Fang Fang bertanya lagi, “Apa Kakek memaksamu untuk menikah denganku?”Li jancent melihat kepada Kakek Fang yang sedang menatapnya dengan tatapan tegas sampai membuatnya berdehem dan terbatuk sedikit. “Tidak ada yang memaksa dan tidak ada yang dipaksa!”Terlihat jejak samar senyuman di wajah Fang Fang. “Nah sudah dengar sendiri bukan? Sekarang ayo ikut kakek untuk pulang!” ajak Kakek Fang kepada cucunya itu.Setelah kakek dan cucu itu pergi, Li jancent pun menarik kursi dan mendekat ke sisi ranjang Mayleen. Dia pun merebahkan kepalanya di dekat adiknya itu dan menarik tangan Mayleen lalu meletakan di kepalanya seraya berkata, “Aku akan menikah!”Di lobi Rumah sakit, Reina dengan manis langsung menggandeng tangan William. “Kontraknya berhasil ditanda tangani, apa kau tidak ingin
“Wah mulut anak ini manis sekali!” pikir William seraya mengusap puncak kepala Oliver lalu berkata lagi, “Aku kasih tahu ya, kau tidak boleh sembarang meminta pria yang kau temui untuk menjadi Papa-mu.Bukankah nanti itu bisa membuat Papa dan Mama-mu marah jika mereka mendengar apa yang kau pinta tadi!”“Tidak akan, Karena sudah tidak ada Papa!” jawab Oliver dengan nada sedikit tercekat.William menelan Salivanya, entah mengapa tenggorongkannya terasa ikut tercekat. Hatinya tersentuh ketika Oliver berkata seperti itu. Pada saat ini ponsel William berdering, nama Reina tertera di ponselnya.William berdiri dan berkata kepada Robert, “Urus barang-barang kita dulu!” lalu dia membalikan badannya untuk menerima panggilan ponsel dari Reina.Pada saat ini, Xu’er melihat Oliver. Dia pun segera berlari ke arah bocah itu, sementara William masih sibuk dengan sambungan di ponselnya. Dengan cepat Xu’er langsung menggendong Oliver sambil bergumam, “Apa kau mau membuat Mama dan Ibu baptis mu ini t
“Tidak ada!” imbuh Xu’er sembari menerabas masuk ke dalam toilet pria.Seorang wanita cantik tiba-tiba masuk ke dalam, sontak saja para pria yang ada di dalam sana langsung tersentak. “Hei! Apa kau tidak salah masuk?” ujar dari salah satu pria yang ada di dalam.“Benaran tidak ada di sini!” imbuh Xu’er bertambah cemas.Mayleen baru saja masuk ke toilet pria. Tapi, langsung saja ditarik keluar oleh Xu’er. “Oliver tidak ada di dalam!”“Tidak di dalam, lalu pergi ke mana?” tanya Mayleen dengan tercekat.“Oh ya ampun anak itu, benar-benar ingin melepaskan jantungku dari tempatnya!” imbuh Mayleen mulai menangis.“Tenang, kita tidak boleh panik!” imbuh Xu’er sambil memikirkan sebuah cara, lalu berkata lagi. “CCTV…CCTV!”Mereka pun langsung pergi ke bagian keamanan. Melihat Mayleen yang menangis sampai hidung dan matanya memerah. Kepala keamanan hotel pun pada akhinya memperbolehkan mereka untuk melihat rekaman CCTV. “Seorang anak kecil baru saja dilarikan ke Rumah sakit. Tapi, aku tidak ya
Di kediaman Fang, terlihat semua sudah dipersiapkan dengan rapih untuk menyambut kedatangan Oliver. Menikah selama empat tahun, tidak kunjung hamil, membuat Fang Fang sangat menyayangi keponakannya itu.“Bibi..!” teriak Oliver yang baru saja tiba.Fang Fang yang sedang menata meja makan, langsung saja meletakan sendok dan garpu yang sedang dia pegang. Berlari kecil memenuhi panggilan kesayangannya. Dia pun bersimpuh untuki menangkap tubuh kecil Oliver.“Bibi, aku rindu sekali!” mulut manis Oliver sedang mencari perlindungan agar Pamannya tidak marah lagi kepada dirinya.Fang Fang langsung saja berdiri dan menatap suaminya. Li Jancent mengusap tengkuk lehernya. “Dia tidak mengira jika Oliver pandai sekali mengadu dalam hening!”“Tidak boleh ada yang memarahi kesayanganku!” imbuh Fang Fang.“Haiya, ayo kita makan, Aku sangat lapar!” imbuh Li jancent sembari mengajak mereka ke ruang makan.Mayleen langsung memeluk Fang Fang. “Bagaimana kesehatanmu akhir-akhir ini?”“Semakin sehat!” jawab
TIGA TAHUN YANG LALU"Brak" terdengar tendangan pintu di salah satu kamar rumah sakit. Li Jancent berdiri di sisi ranjang Li Mayleen. Baginya sudah menyelamatkan nyawa adiknya ini, maka dia sudah tidak kekhawatiran terbesarnya lagi. Li Jancent sudah siap menerima resiko terbesar, namun itu sepadan asalkan Li Mayleen selamat.Gu William langsung saja memberikan pukulan keras ke perut Li Jancent. Gu William memandangi Mayleen yang masih terpucat. "Bawa dan pindahkan dia!" perintah William kepada beberapa staff dokter. "Apa yang mau kau lakukan kepadanya? lepaskan dia!" pekik Li Jancent seraya mencoba berdiri menahan sakit. Namun Gu William sekali lagi memukul Li Jancent, "aku akan menikahi adikmu, dan akan memastikan dia hidup seperti di neraka!" ancam William. "Dan kau, aku akan memastikan kau akan tinggal membusuk di penjara untuk waktu yang lama," tukas William lagi.Bagi William, Li Jancent dan Mayleen adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian Lisa, karena Li Jancent ment
Tubuh Mayleen seakan membeku tidak bisa bergerak, selama ini hatinya sudah mengijinkan suaminya ini memiliki banyak selir, selama dia tidak melihat langsung apa yang sedang mereka lakukan. Tapi kali ini tepat di depan matanya Mayleen melihat rambut William yang berantakan, dasi yang sudah terlepas dan juga beberapa kancing kemeja yang terbuka."Maaf Direktur Gu, jika aku menggangu," ujar Mayleen seraya membalikan badannya dan bergegas pergi. Namun baru beberapa langkah menjauh, William malah telah menangkap tubuh Mayleen, "kata siapa kau boleh pergi," ujar William."Bukankah kau dan Nona Reina…" ujar Mayleen terbata."K-kalian teruskan saja, anggap saja aku tidak ada," tukas Mayleen."Sudah mengganggu kesenanganku, dan sekarang mau pergi," bisik William seraya menggigit telinga Mayleen. William malah menarik Mayleen masuk ke dalam kamar utama, lalu menutup pintu dan melupakan jika ada Reina disana. William melemparkan tubuh Mayleen di ranjang besar di kamar itu. Mayleen meronta ker