“Wah mulut anak ini manis sekali!” pikir William seraya mengusap puncak kepala Oliver lalu berkata lagi, “Aku kasih tahu ya, kau tidak boleh sembarang meminta pria yang kau temui untuk menjadi Papa-mu.Bukankah nanti itu bisa membuat Papa dan Mama-mu marah jika mereka mendengar apa yang kau pinta tadi!”“Tidak akan, Karena sudah tidak ada Papa!” jawab Oliver dengan nada sedikit tercekat.William menelan Salivanya, entah mengapa tenggorongkannya terasa ikut tercekat. Hatinya tersentuh ketika Oliver berkata seperti itu. Pada saat ini ponsel William berdering, nama Reina tertera di ponselnya.William berdiri dan berkata kepada Robert, “Urus barang-barang kita dulu!” lalu dia membalikan badannya untuk menerima panggilan ponsel dari Reina.Pada saat ini, Xu’er melihat Oliver. Dia pun segera berlari ke arah bocah itu, sementara William masih sibuk dengan sambungan di ponselnya. Dengan cepat Xu’er langsung menggendong Oliver sambil bergumam, “Apa kau mau membuat Mama dan Ibu baptis mu ini t
“Tidak ada!” imbuh Xu’er sembari menerabas masuk ke dalam toilet pria.Seorang wanita cantik tiba-tiba masuk ke dalam, sontak saja para pria yang ada di dalam sana langsung tersentak. “Hei! Apa kau tidak salah masuk?” ujar dari salah satu pria yang ada di dalam.“Benaran tidak ada di sini!” imbuh Xu’er bertambah cemas.Mayleen baru saja masuk ke toilet pria. Tapi, langsung saja ditarik keluar oleh Xu’er. “Oliver tidak ada di dalam!”“Tidak di dalam, lalu pergi ke mana?” tanya Mayleen dengan tercekat.“Oh ya ampun anak itu, benar-benar ingin melepaskan jantungku dari tempatnya!” imbuh Mayleen mulai menangis.“Tenang, kita tidak boleh panik!” imbuh Xu’er sambil memikirkan sebuah cara, lalu berkata lagi. “CCTV…CCTV!”Mereka pun langsung pergi ke bagian keamanan. Melihat Mayleen yang menangis sampai hidung dan matanya memerah. Kepala keamanan hotel pun pada akhinya memperbolehkan mereka untuk melihat rekaman CCTV. “Seorang anak kecil baru saja dilarikan ke Rumah sakit. Tapi, aku tidak ya
Di kediaman Fang, terlihat semua sudah dipersiapkan dengan rapih untuk menyambut kedatangan Oliver. Menikah selama empat tahun, tidak kunjung hamil, membuat Fang Fang sangat menyayangi keponakannya itu.“Bibi..!” teriak Oliver yang baru saja tiba.Fang Fang yang sedang menata meja makan, langsung saja meletakan sendok dan garpu yang sedang dia pegang. Berlari kecil memenuhi panggilan kesayangannya. Dia pun bersimpuh untuki menangkap tubuh kecil Oliver.“Bibi, aku rindu sekali!” mulut manis Oliver sedang mencari perlindungan agar Pamannya tidak marah lagi kepada dirinya.Fang Fang langsung saja berdiri dan menatap suaminya. Li Jancent mengusap tengkuk lehernya. “Dia tidak mengira jika Oliver pandai sekali mengadu dalam hening!”“Tidak boleh ada yang memarahi kesayanganku!” imbuh Fang Fang.“Haiya, ayo kita makan, Aku sangat lapar!” imbuh Li jancent sembari mengajak mereka ke ruang makan.Mayleen langsung memeluk Fang Fang. “Bagaimana kesehatanmu akhir-akhir ini?”“Semakin sehat!” jawab
TIGA TAHUN YANG LALU"Brak" terdengar tendangan pintu di salah satu kamar rumah sakit. Li Jancent berdiri di sisi ranjang Li Mayleen. Baginya sudah menyelamatkan nyawa adiknya ini, maka dia sudah tidak kekhawatiran terbesarnya lagi. Li Jancent sudah siap menerima resiko terbesar, namun itu sepadan asalkan Li Mayleen selamat.Gu William langsung saja memberikan pukulan keras ke perut Li Jancent. Gu William memandangi Mayleen yang masih terpucat. "Bawa dan pindahkan dia!" perintah William kepada beberapa staff dokter. "Apa yang mau kau lakukan kepadanya? lepaskan dia!" pekik Li Jancent seraya mencoba berdiri menahan sakit. Namun Gu William sekali lagi memukul Li Jancent, "aku akan menikahi adikmu, dan akan memastikan dia hidup seperti di neraka!" ancam William. "Dan kau, aku akan memastikan kau akan tinggal membusuk di penjara untuk waktu yang lama," tukas William lagi.Bagi William, Li Jancent dan Mayleen adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian Lisa, karena Li Jancent ment
Tubuh Mayleen seakan membeku tidak bisa bergerak, selama ini hatinya sudah mengijinkan suaminya ini memiliki banyak selir, selama dia tidak melihat langsung apa yang sedang mereka lakukan. Tapi kali ini tepat di depan matanya Mayleen melihat rambut William yang berantakan, dasi yang sudah terlepas dan juga beberapa kancing kemeja yang terbuka."Maaf Direktur Gu, jika aku menggangu," ujar Mayleen seraya membalikan badannya dan bergegas pergi. Namun baru beberapa langkah menjauh, William malah telah menangkap tubuh Mayleen, "kata siapa kau boleh pergi," ujar William."Bukankah kau dan Nona Reina…" ujar Mayleen terbata."K-kalian teruskan saja, anggap saja aku tidak ada," tukas Mayleen."Sudah mengganggu kesenanganku, dan sekarang mau pergi," bisik William seraya menggigit telinga Mayleen. William malah menarik Mayleen masuk ke dalam kamar utama, lalu menutup pintu dan melupakan jika ada Reina disana. William melemparkan tubuh Mayleen di ranjang besar di kamar itu. Mayleen meronta ker
William melepaskan kungkungannya dari tubuh Mayleen, dan pergi meninggalkannya begitu saja. Mayleen terduduk simpuh di lantai. Mayleen memegangi dadanya seraya berpikir jika jantung ini tidak ada di tubuhnya, maka saat ini dia pasti sedang bersenang-senang dengan kakak-nya menikmati hidup meski harus berjuang untuk sehat.Mayleen, menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar suara tangisannya tidak terdengar. Hatinya begitu sakit menjalani hari-hari bersama William dan bahkan terkadang harus berbagi ranjang dengannya, itu terasa seperti sedang berbagi ranjang dengan iblis.Mayleen mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam tas-nya lalu langsung saja pergi melajukan mobilnya menuju ke rumah keluarga Li dulu. Jika sedang merindu maka terkadang Mayleen berkendara jauh-jauh ke rumah lamanya, hanya untuk memandangi dan mengenang masa-masa manis bersama keluarganya. Rumah itu, semenjak Li Jancent di penjara sudah bukan milik mereka lagi. Setelah puas menatapi, barulah Mayleen kembali ke rumah u
Mayleen masuk ke ruangannya dan melemparkan berkas laporan tadi keatas meja kerjanya. Meyleen berdiri menghadap jendela, di luar sedang hujan deras, jari-jari lentik Mayleen bergerak mengikuti arah air yang terjatuh di jendela. Kepala Mayleen terasa panas, lalu dengan impulsifnya mayleen melepaskan sepatunya, stockingnya dan juga blazernya. Mayleen melepas kuncir kudanya dan menggerai rambutnya. Dia pergi keluar dari ruangan dan menaiki lift menuju ke roof top. Gu Hansen melihatnya dan segera saja menyusul Mayleen. Diatas roof top, Mayleen merentangkan tangannya dan menengadahkan kepalanya kelangit. dia mulai menangis, betapa pun berusaha menguatkan hati, namun lagi-lagi selalu saja William bisa membuatnya menangis.Tiga tahun tinggal bersama, terkadang berbagi ranjang, betapa pun Mayleen tidak menginginkannya tapi William adalah pria pertama yang menyentuhnya. Malam pertama yang bahkan si pria tidak sadar jika itu adalah benar-benar malam pertama Mayleen bersama dengan seorang pria
Mayleen memijit-mijit alisnya, "sungguh pasangan yang serasi," gumam Mayleen merutuki Reina dan William.Dirinya pun merebahkan diri di ranjang besarnya itu, air matanya terjatuh memikirkan kakaknya yang pasti sekarang tidur dengan tempat tidur kecil dan kasur yang tidak nyaman. Keluarganya benar-benar telah dihancurkan oleh William. Mayleen adalah Nona Muda dari keluarga Li, meski tidak sekaya dan sekuat keluarga Gu, namun keluarga Li juga bukan keluarga yang kesusahan. Pabrik pengalengan buah warisan dari orang tua mereka berjalan cukup baik, sementara kakaknya adalah dokter bedah jantung terbaik yang memiliki wajah tampan dan karir yang cemerlang, jenius di bidangnya. Namun sekarang semua itu telah menjadi pecah berkeping-keping tiada sisa semenjak jantung Lisa ada di dalam tubuhnya dan memompa segala gerak dan nafas dalam tubuhnya.Meski merutuki William namun Mayleen harus tetap bersikap patuh dan baik, semua itu hanya demi Li Jancent yang telah menukar hidupnya untuk dirinya. J