19
“Saya mulai pemeriksaan sekarang....”
Raka mulai memeriksa kondisi Mrs Johan. Mega mengganti alat medis yang harus di ganti, mengganti infus. Memberikan beberapa suntikan yang sudah di resepkan Dokter Rico padanya. Kebanyakan adalah beberapa serum antioksidan.
“Saya kira Mrs Johan hampir mencicipi teh setiap hari,” celetuk Mega. Ia rasa, teh sudah cukup untuk antioksidan agar menjadi anti kanker. Tapi ternyata, wanita ini terkena kanker. Luar biasa, hidup memang sulit di tebak.
“Dulu, waktu suami saya meninggal.” Mrs Johan mulai bercerita.
20 Raka langsung meraih tubuh Mika agar beban tubuh gadis itu bisa ia topang. Mika meremas dada kirinya dengan sangat tersiksa. Kesadaran wanita itu masih ada. Tapi kendali tubuhnya menghilang. Terdengar isakan yang sangat memilukan yang berasal dari Mika. Tanpa sadar, Raka sudah mendekapkan tubuh Mika ke dalam pelukannya. “Jangan menangis....” pesan Raka. Tapi Mika mendengarnya, tapi tetap saja dia mengabaikan pesan Raka. Tangisan Mika malah kian menjadi jadi. “Semuanya ada di tangan Tuhan. Bukan di tangan Dokter ....” Raka masih bersuara dengan lemah lembut, sembari seseka
21 Raka masih mengusapkan tangannya ke rambut Mika. Ia tak menyadari kalau gadis itu sudah bangun. “Kamu dapat besukan pertamamu. Jadi saya harap, kamu.... lekas sehat.” Kalimat itu menjadi penutup keberadaan Raka di ruangan Mika. Setelah yakin kalau Raka benar benar keluar dari ruangannya. Mika memutuskan untuk bangkit. Membuka mata dan melihat keadaan. Begitu tercengangnya Mika saat mendapati bunga matahari di mejanya, bersebelahan dengan parcel buah. Ini harusnya membahagiakan. Tapi kenapa perhatian yang Mika dapatkan dari keluarganya, bersamaan dengan kepergian Mrs Johan. Rasanya, M
22 Raka tersenyum simpul dan mulai berjalan. “Ayo.” Ajak Raka dan Mika mengikuti langkah laki laki itu. Raka melambatkan langkah kakinya. “Kamu udah ngerasa baik baik aja?” tanya Raka. Ia tak melihat ke arah Mika. Ia memilih lurus ke depan. Mika bingung harus bertanya apa. “Maksud dokter, Mrs Johan?” tanya Mika, kalau di tanya tentang wanita yang baru pergi selamanya itu, Mika akan menjawab kalau ia tidak baik baik saja. “Bukan.&r
23 Mika sebenarnya ingin kabur, tapi Raka punya cara yang paling ampuh untuk mencucuknya seperti kerbau penurut yang berjalan di belakang tuannya menuju ke ladang. Raka memegang botol infus Mika. Sesaat Mika seperti melihat cengiran puas di bibir Raka. Tunggu...!! Apa ini salah lihat? Raka tersenyum...? “Ayo ikut saya.” Ucap Raka seperti perintah juga ancaman karena di saat yang bersamaan Raka menunjukan botol infus yang bisa ia cabut dengan cara menariknya. Mika jadi ngilu sendiri membayangkan rasa sakitnya. “Tapi dok-“ “Engga ada tapi tapi.” Jelas sekali Raka t
24 Itu artinya Raka menyukainya? Secara terang terangan! Hati Mika seperti di selundupi rasa yang asing, tapi Mika sendiri juga menyadari. Perasaan ini bisa di definisikan. Tapi Mika takut mengakuinya, tapi laki laki di sampingnya ini malah dengan terang terangan mengakuinya, perasaan Raka maksudnya.... “Jangan ngegombal dok.” Sela Mika sembari memalingkan wajahnya, tak ingin bertatapan dengan Raka. Lebih lama lagi ia bertatapan degan Raka, ia akan terbakar. “Saya serius kok, kenapa harus gombalan? Apa kamu menganggap perasaan saya juga, sebuah candaan??” Raka malah mendekat
25 Mika menyerah, akhirnya ia mengikuti usulan Raka. Walaupun tidak mengaitkan tangan satu sama lain, tapi mereka bergerak berjejeran. Raka memaksa Mika untuk memasukan tangannya ke dalam saku jas Mika. Dan ternyata.... wanita itu menurut dan memasukan tanganya ke kantong jas putih itu. Awalnya ragu, tapi sekarang Mika menikmatinya. Berjalan menunduk menahan sebuah senyuman. Bahkan Raka di sebrang Mika, mati matian agar tetap terlihat biasa saja dan tidak meloloskan senyuman. “Kamu mau saya bawakan makanan?” “Eh?” Mika merespon bingung karena pertanyaan mendadak Raka, padaha
26 Mika ingin berlari dan mencari Raka untuk meminta perlindungan. Tapi langkah laki laki itu lebih cepat dari dugaan Mika. Dalam hitungan kurang dari lima detik. Ken sudah ada di hadapan Mika dan menghalangi pintu ruangan Mika. Menghalangi wanita itu agar tidak masuk ke ruanganya seperti kemarin. “Kita perlu ngobrol!” sergah Ken dengan nafas yang memburu, berkali kali gagal menemui Mika karena pengawasan ketata sekuriti sialan! “Aku engga mau.” Mika menerjang tangan Ken berusaha untuk meraih gagang pintu dan berlindung di ruangannya, semoga saja Mika bisa seberuntung seperti hari itu.&
27 Raka mengeratkan pelukannya pada Mika, menggeret tubuh lemas Mika yang sudah tak bertenanga dan mendudukan wanita itu di sofa. Dengan pelukan yang tak lepas sedikitpun Raka menutup pintu agar tak ada yang bisa mengganggu Mika. Raka menenangkan Mika. “Jangan takut....” ucap Raka menenangkan. Ia mengusap rambut Mika dan punggung Mika bergantian untuk memberikan ketenangan pada perempuan yang sedang menangis terisak di dekapannya itu. “Saya..... takut...” rengek Mika seperti meminta perlindungan lebih dari Raka. Laki laki itu berharap, ia ada di tempat dan waktu kejadian saat Mika sedang di sakiti orang orang itu. Jujur, yang paling menyakiti Mika bukanlah cacian Istri Ken. Tapi pandangan orang orang yang merendahkan dan menyakitinya secara