"Kalau begitu ayah bisa panjang umur hingga ratusan tahun" ucap Ayah dengan senyum cerahnya.
Tristan melirik ke arah Raline yang sudah terdiam, ia hanya bisa tersenyum melihat wajah pasrah istrinya itu.
Bukan hanya itu yang mengejutkan Raline,lagi-lagi ayah meminta sesuatu yang membuatnya tertegun.
"Ayah sudah pesan tiket ke bali,dan juga resort disana. jadi kalian bisa Honeymoon selama 5 hari" Ucap Ayah.
"Yah,Raline masih banyak pekerjaan. hari ini saja tidak masuk kerja,pasti sudah menumpuk dokumen yang akan di tandatangani,apalagi harus 5 hari di bali" Ucap Raline yang menolak permintaan kedua ayahnya ini.
Ayah bersih keras agar anak dan menantu nya itu dapat menghabiskan waktu berdua di bali.
"ini biar ayah cepat dapat cucu,sweety" jawab Ayah dengan wajah memelas.
"Yah.." Jawab Raline yang menekan suaranya.
"Baiklah yah,kami akan pergi honeymoon sesuai rencana" ucap Tristan memotong ucapan Istrinya.
Raline yang sedan
"Bahagia?" Gumam Raline dalam hati. Pandangannya kosong.. Tetapi banyak hal yang menumpuk dalam pikirannya.. Sedangkan Tristan masih meladeni ibu ini,yang sejak tadi memuji dirinya dan istrinya. "Sayang.." "Sayang.." "Raline.." Panggil Tristan,yang menyadarkan lamunan Raline. Raline menoleh kearah Tristan yang sedang merangkulnya. Kemudian melepaskan Rangkulan hangat suaminya ini. "Ahh..?" Gumamnya yang tersadar. "Ayo pulang" Ucap Tristan sebelum mengambil Troli yang ia letakkan di belakang mereka. Kaki Raline melangkah terlebih dahulu meninggalkan Tristan yang tepat dibelakangnya. Sesampai di Apartemen... Raline tertegun,ia terus menopang Dagu. Sedangkan Tristan tengah sibuk di dapur membuat mie goreng telur mata sapi untuk istrinya itu. Suara televisi tidak menganggu konsentrasi Raline yang sedang termangu. ia memandang jauh ke imajinasinya, entah ap
"Kenapa Disini?" Tanya Raline. "Aku ada urusan pekerjaan di Bali" Jawab Roy dengan Nada santai nya yang khas. "Wah, bisa kebetulan sekali" Ucap Raline yang terlihat senang. Tristan terus saja merangkul pinggang istrinya ini. Tatapan mata nya Tajam, ia tidak bisa menyembunyikan Rasa ketidaksukaannya terhadap Lelaki yang terlalu bergaya kebarat-baratan ini. "Come on Tristan, aku tidak akan menculik istrimu ini" Gumam Roy sembari bercanda. Kemudian terkekeh. Raline spontan melepaskan Rangkulan Tristan yang terlalu Erat terhadap tubuh nya. Tetapi, Tristan merangkul pinggang istrinya ini kembali. Raline tidak bisa berbuat apa-apa, karena ia kalah kuat atas suaminya ini. "Dimana nanti menginap?" Tanya Raline. "Di Nusa dua" Jawab Roy. Raline tersenyum simpul setelah mendengar Jawaban Roy. "Kenapa tersenyum,Kau membuat ku Takut line" Gumam Roy sembari bercanda. "Kami juga sudah menyewa Resort di Nu
Bibir Tristan terus menciumi Bibir Raline... Melumatnya... Dinikmati nya... Raline terlena,ia membalas ciuman suaminya Dengan penuh Gairah... Ciuman ini terus berlanjut.. Tristan melingkar kan tangannya ke pinggang istrinya ini.. Ia lanjutkan aktivitas penuh kehangatan ini.. Dibawa nya tubuh Raline menuju ke ranjang besar kamar ini... Perlahan... Perlahan... Dijatuhkan tubuh ramping istrinya dengan lembut di kasur yang empuk ini. Tubuh Gagah Tristan berada diatas tubuh Ramping Raline sekarang. Dicumbui terus menerus Bibir lembut ini... Lalu menjalar ke tekuk leher.. Hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh Raline,ia merasakan kenikmat yang tidak pernah ia Rasakan. Nafasnya tersengal.. Matanya terpejam.. Diciuminya tekuk leher Kanan dan kiri Raline,yang membuat Raline semakin merasakan merinding disekujur tubuhnya. Tristan kembali mencumbu bibir
TING...Pintu Lift terbuka..Raline bersama dengan Tristan kembali ke lantai 20 untuk beistirahat.Kaki Raline melangkah terlebih dahulu untuk sampai ke kamar yang berada di ujung lantai ini,tubuhnya tampak sudah lelah. ditambah kondisi kesehatannya yang masih belum pulih seutuhnya."Sayang,tunggu"panggil Tristan yang masih berada dibelakang.Raline terus saja berjalan dan berpura-pura tidak mendengar panggilan dari suaminya itu. perkataan Tristan masih melekat dalam ingatannya,dan itu membuat sekujur tubuhnya bergidik malu. ia tidak menyangka hanya dalam waktu singkat rasa suka nya terhadap cinta pertamanya itu muncul kembali,padahal tujuan ia menikahi suaminya tidak lain adalah untuk melindungi Ayah.Tubuh Raline terdiam di depan pintu,ia ingat ia tidak membawa kunci kamar. kunci itu berada di suaminya yang terdengar kakinya melangkah perlahan mendekatinya yang sedang berdiri diam.Tangan Tristan Melingkar di pinggang istrinya dari
Tristan terus mengelus dan mengusap perut istrinya ini, ia sesekali menghela nafas panjang karena terus merasa khawatir akan keadaan Raline yang masih terlihat pucat pasi.Melihat Istrinya yang sudah tertidur pulas,Tristan menyudahi usapannya. ia menarik selimut agar menutupi tubuh Raline,Tatapannya nanar melihat istrinya yang tidak merasakan sakit lagi setelah tertidur. dielusnya Kepala ,kemudian mengusap lembut Pipi Raline.Tubuhnya beranjak saat Cahaya matahari tampak menyentuh wajah teduh istrinya yang tengah tertidur.Ditutupnya perlahan gorden berwarna abu-abu itu..Hingga tidak dapat membuat Matahari menyentuh wanita berharganya kembali.Ia yang sejak bangun tidak sempat membersihkan diri,melangkah menuju Kamar mandi untuk mandi.Tubuhnya ia rebahkan di dalam Bathub yang cukup untuk dua orang masuk di dalamnya ini. Pandanganya tampak kosong,kemudian ia ambil gelas yang sudah berisi Wine yang ia pesan tadi malam.Ia
Hari ke-3 Honeymoon...Hujan terus saja mengguyur sejak tadi pagi..Raline termangu menatap televisi yang sedang menyala,ia merasakan kebosanan karena harus duduk seharian di dalam kamar hotel. Sedangkan,Tristan sedang mandi.Derrrt...derrrt..derttt..Suara getaran Ponsel Raline terdengar. ia segera beranjak dari sofa depan televisi,kemudian mengambil ponsel nya yang terletak diatas kasur."Ya,Nit" Jawab Raline.Nita baru saja menghubunginya memberitahu semua dokumen sudah ia kirim melalui surel."Oke,Baiklah.Bagaimana dengan TC Corpooration?" Tanya Raline kepada sekretarisnya itu."Semua jadwal di Reschedule bu" Jawab Anita."Baiklah,dua hari lagi saya pulang. jadi pertemuannya bisa diadakan setelah kepulangan saya"Ucap Raline sebelum memutuskan panggilan telpon ini.Ia kembali duduk di sofa depan televisi,di utak atiknya Remote untuk mencari Program acara yang menarik untuk ia tonton."Kenapa Drama itu ti
Raline tampak masih tertegun..dipandangi tekuk lehernya yang sudah penuh oleh tanda merah dari suaminya itu.Dirabahnya beberapa Tanda merah di permukaan kulitnya yang halus ini."kalau seperti ini,terpaksa harus ditutupi sampai leher" Gerutunya sebelum mengambil pakaian di lemari.Tristan yang sedang menunggu Raline, tengah sibuk dengan gadgetnya. ia harus menyelesaikan beberapa dokumen mengenai project yang harus ia periksa sebelum ditandatangani oleh direktur utama yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Dengan teliti Tristan memeriksa Beberapa isi dokumen di tablet nya.Tidak lama kemudian Raline menemui Tristan yang sedang berada di ruang kerja."Kamu sudah siap?' Tanya Tristan yang masih melhat layar Tabletnya.Tristan kemudian menutup Layar Tabletnya dan melihat Raline yang sudah berada di depan meja kerja." Kenapa memakai pakaian ini?" tanya Tristan sembari beranjak.Raline mengenakan baju dengan turtlen
Wanita ini dengan santai nya duduk disebelah Tristan. Tristan pun tidak melarang atau menolaknya.Seperti Ada api terbakar di relung hati Raline,sekali lagi ingin ia jadikan sate wanita yang bernama Jessica ini."Hai,aku belum berkenalan secara resmi denganmu" Ucap Jessica sembari menyodorkan Tangan kanannya untuk bersalaman dengan Raline yang duduk di depannya."Jessica wailey" Jawabnya dengan logat agak kebule-bule an.Raline mendengar cara berbicara wanita ini tersenyum sinis. Selama 4 tahun dia tinggal di Amerika,ia tidak pernah bertemu dengan bule dengan gaya kebule-bulean seperti ini.Raline membalas dengan senyum kecut,sembari terus mengutak atik ponselnya untuk mengalihkan pandangannya.Tristan tampak memperhatikan gerak gerik Raline yang terlihat tidak nyaman. ia sudahi aksi bisunya,kemudian ia beranjak untuk duduk disebelah istrinya itu. Jessica melihat pergerakan Tristan yang berubah Haluan duduk didepannya nya sekarang. Seperti a