Raline perlahan melangkahkan kakinya kearah mereka berdua. Wajahnya dingin tetapi mengguratkan kebencian teramat sangat dengan apa yang ia lihat sekarang.
Tristan yang sedang asyik mengobrol dengan Kanaya terdiam melihat Raline yang sudah ada di depannya. Raline tidak berbicara apapun, dia hanya menatap sesaat mereka berdua kemudian pergi masuk ke dalam rumah.
Raline adalah tipe wanita yang akan diam jika ia benar-benar marah dengan seseorang dan yang paling memahami hal ini adalah Sang ayah dan juga Pak Anton.
Tristan yang tadinya ada disamping Kanaya mengejar Raline yang pergi tanpa kata. Dia memahami bahwa Raline terlihat sangat marah dengan apa yang ia lihat.
Tangan Raline ia raih dan ia pegang erat-erat, ia tidak ingin Raline menduga yang bukan-bukan dengan apa yang ia lihat tadi.
Tatapan dingin dan tajam Raline jelas terlihat, Sesaat dirinya memandang wajah wanita yang ada di depannya ini.
"Lepaskan" Ucap Raline dingin.
Punggung wanita itu terlihat perlahan meninggalkan Tristan yang masih tertegun.
*
*
Waktu menunjukkan pukul 6 pagi...
Raline terlihat sedang berada di Taman bunga belakang ditemani oleh beberapa pelayan rumah tangga. Dia terlihat merapikan beberapa bunga yang tampak tidak beraturan.
Taman bunga ini adalah taman milik almarhum ibunda Raline, yang Sangat menyukai Bunga Mawar,sebenarnya ada satu bunga yang lebih ibu nya sukai yaitu bunga tulip tapi jenis bunga itu sangat sulit dipelihara di negara ini. Ada beberapa jenis bunga mawar disini dari bunga mawar merah hingga mawar hitam yang sangat langkah.
Tristan mendekati Raline yang memotong beberapa rumput liar yang hidup diantara bunga-bunga cantik itu.
"Good morning" Sapa Tristan.
Tatapan wajah Raline tidak seperti biasa. Biasanya Walaupun dirinya merasa jengkel dengan Tristan Raline pasti akan membalas ucap Tristan tetapi tatapan wanita yang ada didepannya ini tampak berbeda.
"Bu,bahan makanan sudah siap?" Tanya Raline pada salah satu pelayan dirumah nya ini. Pagi ini Raline akan membuat sarapan untuk ayahnya.
Raline terlihat melengos tanpa memperdulikan Tristan yang tadi menyapanya.
*
Di Meja makan besar ini sudah tersaji beberapa makanan yang sudah dimasak oleh Raline.
Senyum Raline mengembang sesaat melihat Ayah keluar dari kamarnya yang berada di lantai satu. "Yah ayo makan" ucap Raline sembari merangkul ayahnya dan menuntunnya menuju meja makan.
Tristan menatap Raline yang tampak baik-baik saja pagi ini, tetapi mengacuhkan dirinya.
Setelah itu mereka bertiga menyantap sarapan pagi bersama.
"Yah Raline setuju menikah dengan Tristan" ucap Raline sembari menyuap makanan ke mulutnya.
Semua yang ada di meja makan Tampak terkejut tidak terkecuali Tristan. Dia menatap tajam Raline yang sedang memperlihatkan senyum pura-pura nya kepada mereka semua. Kanaya terlihat tertunduk, ia tahu jelas apa maksud Raline menerima perjodohan nya dengan Tristan.
*
Mobil yang dikendarai oleh Pak Anton melaju sesaat setelah ayah dan juga Kanaya mengantarkan kepergian Raline.
Senyum Raline yang sedari tadi mengembang berubah Dingin. "Pak stop" ucapnya.
"Pindah duduk di depan" Ucap Raline kepada Tristan yang sekarang duduk di sampingnya.
Helaan nafas Tristan terdengar berat,lalu ia pindah untuk duduk di kursi depan.
Tristan melirik Raline dari kaca dalam mobil, Raline yang sedang duduk di belakang tampak menatap kosong keluar jendela mobil.
*
DM Company and Coorporation,Pukul 09.00.
Anita sudah ada di depan pintu masuk untuk menyambut Raline dan Tristan.
"Mana jadwal hari ini" sambil menyodorkan tangan nya kepada Anita.
Tristan yang ada disampingnya tidak dipedulikan sama sekali oleh Raline. Ia sibuk melihat jadwal yang akan ia lakukan hari ini.
*
Di ruangan Tristan..
Tristan tampak menatap tajam foto yang ada di atas mejanya, foto Raline. Entah sejak kapan foto itu sudah ada di mejanya.
Ia terus berpikir lalu menutup matanya, Ia serius merncerna dengan apa yang Raline katakan pagi ini bahwa dirinya setuju untuk menikah.
Helaan nafas Tristan terdengar berat sekali lagi. Ia mulai Mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi pada Raline.
"Dendam"gumam Tristan.
*
Di ruang Direktur utama..
Raline tampak sibuk dengan dokumen- dokumennya, sesekali ia menatap kosong, entah apa yang sedang ia pikirkan. Wajahnya Dingin dan dadanya tampak sesak setelah melihat kejadian semalam.
*************
Setelah melihat Tristan dan kanaya di Kebun Bunga..
Raline tampak angkuh berjalan menuju ke kamarnya. Tiba-tiba kakinya terhenti setelah berada di tengah tangga yang ia naiki. Wajahnya memucat dan dadanya sesak.
Tiba-tiba Air mata nya menetes membasahi pipinya, dia merasakan kekecewa teramat sangat dengan apa yang ia lihat tadi.
"Pandangan mata Tristan masih sama seperti 7 tahun lalu saat melihat Kanaya" gumam nya dalam hati. Semalam tangisannya meledak sejadi-jadinya tanpa Tristan ketahui.
***********
Tok..tok..tok.
Suara Pintu terdengar. "Masuk" jawabnya yang tersadar dari lamunannya.
Tristan lah yang ada di hadapannya sekarang, wajah Tristan tampak menatap dalam ke arah Raline yang sedang duduk yang juga menatap nya.
"Ada apa?" Tanya Raline dengan senyum tipisnya.
"Kenapa menerima perjodohan ini" ucap Tristan
Wajah Raline yang tersenyum berubah dingin. Tatapannya tajam dan diam sejenak.
"Bukankah ini yang kalian harapkan?" Tanya Raline ketus.
"Tidak perlu bersandiwara di depanku, bapak Tristan Handoko, aku hanya menuruti apa yang menjadi Rencana kalian berdua Kepada keluarga ku" ucap Raline sekali lagi dengan tatapan penuh kebencian.
Tristan yang mendengar ucap Raline mencerna maksud dari wanita ini. Langkah kaki Raline perlahan mendekati nya yang sedang berdiri di depan meja kerjanya.
"Aku akan menghancurkan dirimu dan Kanaya" Gumam Raline membisikkan ke telinga Tristan.
Raline benar-benar sudah membenci Tristan dengan sepenuh hatinya. Dia sudah mengambil kesimpulan, bahwa Tristan mendekati dirinya hanya demi Kanaya, sedangkan Kanaya menjadi istri dari ayahnya karena ingin mengambil Hartanya.
"Aku sibuk sekarang, masalah pernikahan ini akan aku serahkan semua kepada sekretaris ku nanti kau bisa tanyakan pada Nita" ucap Raline yang kembali duduk di kursinya.
Tristan benar-benar memahami dari tatapan Raline, bahwa dia sangat membenci Tristan.
Suasana hening seketika, Tristan masih menatap Raline. Kemudian langkah kakinya menuju pintu untuk keluar.
Tatapan Raline yang dingin berubah menjadi Nanar, seperti ada silet yang mengoyak hatinya sekarang.
*
Jam tangan sudah menunjukkan pukul 07 malam..
Raline masih terdiam di dalam ruangannya, ia bahkan tidak memeriksa beberapa berkas yang ada di atas mejanya sekarang. Tidak lama kemudian Pak Anton mengetuk pintu.
"Baiklah Pak, saya pulang sekarang" ucap Raline yang terdengar gontai.
*
Di dalam mobil..
"Sweety, pestanya mau seperti apa?" Tanya ayah yang terdengar bersemangat di telepon.
"Terserah ayah saja" ucap Raline yang sudah berada di dalam mobil menuju apartemen nya.
Ia lalu memutuskan panggilan dari sang ayah.
"Non, ada apa?" Tanya Pak Anton yang sedang mengemudi.
Dia paham bahwa ada alasan kenapa Raline menerima perjodohan yang tidak ia inginkan ini.
Tiba-tiba air mata Raline menetes. Hanya di depan Pak Anton lah selama ini Raline mengungkapkan keluh kesahnya. Tangisan Raline baru terhenti saat sampai di parkiran basemen apartemen nya.
Raline turun dari mobil, lalu kakinya melangkah menuju Lift yang berada di Basemen ini.
Tristan tampak menunggu Raline di dalam mobilnya, ia keluar saat Raline sudah sampai. Mata sembab Raline masih terlihat, Tristan menghampiri nya, ia lalu terdiam sejenak memperhatikan Raline yang seperti habis menangis. Lalu ia mengatakan sesuatu.
"Baiklah kita akan menikah dan jangan harap kamu bisa lepas dariku setelah aku menjadi suami mu" ucap Tristan Terdengar mengancam.
Hi, Terimakasih untuk para pembaca My Enemy My Husband,yang sudah mengikuti kisah cinta manis antara Raline dan juga Tristan. Terimakasih juga atas Support nya dengan memberikan bintang dan juga memberikan Review yang membuat saya semakin bersemangat untuk menyelesaikan novel pertama saya di GoodNovel.Semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi dan membuat kalian menghargai akan keberadaan orang-orang terkasih yang selalu berada bersama kalian, selalu mencintai, dan memberikan yang terbaik untuk kalian.Jangan lupa katakan cinta untuk keluarga, pasangan, dan teman-teman kalian.Jika ada pertanyaan, atau hal lain, kalian bisa kirim melalui komentar.Stay terus untuk menunggu novel kedua saya di GoodNovel ^_^Thank you so much,...Nellamuni
Ballroom Hotel, Pukul 11.00.Baru saja prosesi ijab qabul dilaksanakan, Lala dan juga suami nya Roy tengah mengambil gambar dengan buku nikah yang ada di tangan mereka. Mereka saling merangkul dan memeluk dengan mesra hingga membuat Raline terus tersenyum bahagia melihat kedua sahabatnya itu akhirnya di persatukan dalam ikatan pernikahan.Tristan yang berada disamping sang istri,terus menemani dan menggenggam tangan Raline, yang sudah sibuk sejak tadi pagi hingga menjelang siang ini mengurusi setiap persiapan,karena ia tidak mau pernikahan sahabatnya terjadi satu saja kesalahan."Sayang,duduk dulu" Ucap Tristan yang terus menemani Raline berdiri.Mereka lalu duduk di kursi tamu, Tristan dengan cepat berjongkok dan melepaskan sepatu Raline dengan tinggi 3 cm ini."Sudah aku katakan, jangan pakai High heels. lihat kaki kamu jadi bengkak" Gerutu Tristan."Cuma 3 cm sayang" Jawab Raline"Ya tapi kamu yang susah" Gerutu Tristan sembari mem
Di dalam kamar Apartemen, Pukul 20.30.Raline yang sedang bersender di kasur, sedang memegangi ponselnya. Ia sedang merekam video saat Tristan yang tengah memijat telapak kaki nya.“Tristan Handoko, menurut anda siapa wanita paling cantik di dunia?” Tanya Raline dengan terus memegangi ponsel merah nya ini.Tristan terkekeh, ia ambil minyak zaitun di dalam botol yang terletak diatas nakas lalu ia tuangkan di tangannya. Kemudian ia pijatkan dengan lembut di telapak kaki sang istri.“Ehmm,nama nya Raline Putri Darmawan” Jawab Tristan.Raline mencicit senang, ia lalu mendekatkan ponselnya ke wajah sang suami, lalu ia perlihatkan Tristan yang tampak menggemaskan dengan piyama pasangan yang ia beli tadi sore bersama dengan Lala.Raline lalu membalik ponselnya,lalu ia rekam dirinya sendiri.“Ini dia Raline Putri Darmawan” Ucapnya sembari tersenyum malu.Ia rekam kembali suaminya yang sedang memijat
Di dalam Butik Gaun Pengantin,Pukul 13.30. Raline sudah tampak bosan duduk di sofa hitam,tepat di depan ruang ganti calon mempelai perempuan. Ia tidak henti nya menguap, menunggu Lala yang sejak tadi terlalu banyak protes mengenai gaun nya yang kekecilan. Tidak berapa lama,Lala keluar kembali dengan gaun putih yang sudah diperbaiki. Gaun putih berlengan panjang, dengan Garis leher yang memperlihatkan pundak nya. Sahabatnya itu yang sudah cantik, Semakin mempesona dengan gaun pernikahan dengan bahan terbaik yang ditaburi batu swarovski yang sudah di rancang sejak dari empat bulan lalu ini. Dengan mengacungkan ponsel nya,Raline memeperlihatkan Kecantikan Lala melalui panggilan video ini untuk Roy yang sekarang sedang berada di Amerika. Calon suami Lala itu, sedang melakukan perjalanan bisnis sekaligus akan menjemput Nenek nya untuk menghadiri pesta pernikahan mereka yang akan diadakan dua minggu lagi. "Cantik sekali,pengantin ku" Gumam Roy.
"Raline aku akan membunuh mu !!"Pekik Kanaya.Nafas Raline terasa sesak, hampir saja wanita itu mencengkeram lehernya. Beruntung sang suami, bersama dengan Pengawal pribadi mereka terus menjaganya.Teriakan Kanaya tidak terkendali, entah apa yang membuat ia berpikir kalau semua ini adalah salah Raline. Hingga kedua petugas polisi wanita itu,harus mengamankan Kanaya kembali ke dalam mobil."Kamu tidak apa-apa,sayang?"Tanya Tristan.Raline mengangguk,ia hanya terkejut dengan serangan mendadak dari Kanaya.Tidak lama kemudian Tante Debby dan Om Reinald keluar dari rumah ini. Tante Debby langsung memeluk Raline,sedangkan Om Reinald mendekati Tristan untuk mengetahui tentang apa yang sudah terjadi. Tristan menjelaskan semuanya kepada Paman dan Tante nya ini, lalu ia meminta tolong agar Raline segera di bawah ke rumah lama mereka yang tepat berada di sebelah. karena Tristan akan mengurusi Kanaya terlebih dahulu.***Di dalam Rumah Kanaya..
Lala baru saja masuk ke ruang kerja Presiden perusahaan ini, Raline Putri Darmawan. Ia dengan senyuman khas nya mengajak Sahabat tercinta nya ini untuk segera memeriksakan kandungan nya siang hari ini.Raline yang masih memeriksa beberapa dokumen, langsung menghentikan pekerjaannya.Ia melangkahkan kaki untuk mengambil Blazer panjangnya yang tergantung di pengait pakaian yang ada di ruangan ini, lalu ia kenakan ditubuhnya."Ayo" Ucap Lala,langsung merangkul tangan sahabatnya ini.Mereka berjalan menyusuri lantai 30 ini hingga berpapasan dengan Tristan yang sepertinya baru saja akan menuju ke ruang kerja Raline. Untuk kali ini Tristan akan lebih keras kepala, ia akan ikut untuk memeriksakan kandungan istrinya."La,biar aku saja" Ucap Tristan, lalu ia gantikan Lala menggenggam tangan Istrinya.Raline menatap Lala dengan tajam, dengan bahasa rahasia yang hanya diketahui oleh kedua sahabat ini mengisyaratkan bahwa Raline akan memarahinya nanti.