Raline tampak melihat lekat-lekat kepada dua orang yang duduk di depan kelas yang ada di seberang kelasnya. kedua orang tersebut adalah Kanaya dan Tristan. Mereka tampak sedang menikmati bekal dari kotak makan siang berwarna merah muda itu.
"Sepertinya itu buatan kanaya" gumam Raline yang sedang duduk sendiri dan melihat dari luar jendela keakraban mereka berdua.
Di lihatnya, Sesekali Kanaya menyuapi Tristan Sandwich yang ada di kotak makan siang itu.
*********************
Dalam perjalanan menuju Kantor..
Raline yang sedang fokus menyetir mobil terganggu dengan suara ponselnya, yang ternyata dari My enemy yang tidak lain adalah Tristan.
"Jangan ganggu aku sedang sibuk menyetir" jawab Raline ketus,setelah menerima panggilan dari Tristan.
"Setelah ini belok kiri" ucap Tristan yang membimbing Raline yang sebelumnya sudah salah jalan. Mau tidak mau Raline mendengarkan perkataan Tristan melalui sambungan telpon yang sudah ia loudspeaker.
*
Waktu perjalanan yang mereka butuhkan untuk sampai di kantor lebih dari satu jam.
Raline tampak menghela nafas sesaat setelah berhasil memarkir mobil putihnya di Parkiran khusus Direktur Utama. Tristan yang juga baru memarkir mobilnya, menghampiri Raline yang terlihat tidak baik-baik saja karena terlalu tegang.
"Keras kepala" ucap Tristan sembari mengelus Rambut Raline.
"Sembarangan main pegang-pegang" bentak Raline,lalu menepis tangan Tristan.
"Ingat ini kantor,saya atasan anda !" ucapnya ketus.
Langkah kaki Raline terlihat angkuh, segera menuju ke dalam kantor. Ia ingin cepat-cepat menghindar dari Tristan yang membuatnya jengkel terus menerus.
Cukup banyak alasan kenapa Raline membenci seorang tristan, disamping Tristan pernah menolak cintanya dan juga membuang surat cinta yang sudah ia simpan selama dua tahun.
Alasan sebenarnya adalah karena Raline yang menaruh curiga kepada Tristan dan kanaya yang tampak baik-baik saja saat bertemu kemarin, padahal Raline mengetahui bahwa Tristan sangat menyukai kanaya sewaktu sekolah. Raline menduga bahwa Tristan dan kanaya hanya menginginkan Harta nya.
Pak Anton dan Nita tampak sudah berada di depan pintu masuk. mereka menunggu atasannya tersebut, tetapi karena sudah merasa kecewa dengan Pak Anton, Raline hanya melewatkan Pak Anton dan Nita yang sudah menunggunya.
Langkah kaki Nita dan Pak Anton mengikuti Raline yang tampak terburu-buru menuju Lift.
"Bu, ini jadwal Hari ini. nanti siang ada rapat dengan investor bersama dengan GM" ucap Anita sembari berjalan menuju lift.
"Ya sudah siapkan semua dokumennya" ucap Raline yang masih tampak dingin.
Sesaat setelah di dalam lift..
"Pak Anton,mulai besok jemput saya kembali" ucap Raline tegas.
"Tapi non?" celetuk pak anton.
"Tidak ada tapi" ucap Raline yang tampak menahan emosinya.
*
Di luar ruangan Direktur utama...
"Ibu ada?" tanya Tristan kepada Anita yang sedang duduk di meja nya.
"Iya ada pak" jawab Nita
Raline yang terlihat sibuk dengan dokumennya terganggu dengan suara ketukkan dari luar.
"Masuk" ucapnya.
Tristan yang sudah masuk ke ruangan Raline mengajaknya untuk menghadiri Rapat yang sudah terjadwal hari ini dengan Investor yang akan mengucurkan dana untuk proyek terbaru Perusahaan mereka.
Walaupun, Raline masih enggan melihat Tristan dia tidak bisa mencampuri urusan pribadi dengan pekerjaan. Karena kepentingan perusahaan lebih penting daripada rasa benci nya terhadap Tristan.
Raline menutup dokumen yang sudah ia tandatangani,dan bangkit dari duduknya untuk menghadiri rapat yang akan dilaksanakan 30 menit lagi.
Raline yang baru keluar ruangan memanggil Pak Anton yang sudah berdiri menyambut Raline yang akan pergi bersama Tristan.
"Pak Anton mobil sudah siap?" tanya Raline sesaat keluar dari ruangannya.
"Kata pak Tristan pakai Mobilnya saja non" jawab Pak Anton.
"Pakai mobil saya saja, cepat siapkan " ucap Raline tegas
Tristan yang ada disamping Raline, tampak menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar perintah Raline yang tidak boleh dibantah oleh Pak Anton.
*
Raline yang duduk sendiri di kursi penumpang, melarang Tristan untuk duduk disampingnya. Dengan terpaksa Tristan duduk disamping Pak Anton yang sedang mengemudikan mobil.
"Pak Tristan tolong periksa kembali dokumennya" Ucap Raline yang sedang sibuk memeriksa beberapa dokumen dan memberikannya kepada Tristan.
Raline yang terkenal professional sangat berhati-hati dengan apa yang ia lakukan, tidak terkecuali dengan dokumen yang akan di presentasikan kepada para investor hari ini,dia tidak ingin memeriksa nya sendiri.
Tidak berapa lama mereka tiba di tempat pertemuan..
Gedung Tinggi tempat Diadakannya Rapat..
Penampilan elegan Raline saat melangkahkan kakinya, menegaskan bahwa dirinya lah pemilik perusahaan elektronik terbesar di asia. Perhatian terlihat dari beberapa orang di perusahaan investasi ini kembali menegaskan bahwa dia adalah wanita yang mendominasi.
Para investor menyambut Raline dan juga Tristan dengan ramah. Tristan sebagai Manager umum mempresentasikan Proposal Proyek yang sudah di targetkan semester depan dengan sangat baik.
*
Setelah satu jam, rapat pertemuan dengan Perusahaan ini selesai dengan nota kesepakatan antar dua belah pihak.
"Baiklah semoga kerjasama ini berjalan dengan lancar" Ucap Raline setelah Rapat ini usai.
Mereka lalu berpamitan untuk kembali..
Di dalam mobil..
"Non, kata bapak hari ini makan malam dirumah bersama Pak Tristan" ucap Pak Anton. Raline menghela Nafas sekali lagi, terpaksa ia menuruti perintah sang ayah.
*
Ayah yang tadinya berada di ruang kerja, langsung keluar menyambut Raline dan Tristan yang baru datang. Pelukan hangat sang ayah tampak erat merangkul Raline dan juga Tristan. Tatapan tajam Raline mengarah Ke Tristan yang juga menatap nya yang sekarang ada dipelukkan ayah.
"Ayo makan" Ucap Kanaya yang tampak Ramah. Raline hanya membalas dengan wajah masam nya.
Sedangkan Tristan membalas ajakan Kanaya Dengan Ramah. Tatapan dingin Raline tertuju Ke arah Tristan Yang sedang tersenyum simpul kepada Kanaya.
"Ck..Dasar Pembohong" Gerutu Raline yang melihat mantan sepasang kekasih ini saling bertatapan.
Walaupun Raline mengetahui kisah Kanaya dan Tristan dia tidak ingin Ayah sampai tahu, dia takut Penyakit Jantung sang ayah kambuh kembali.
Darmawan sendiri harus istirahat Total di Amerika setelah melakukan operasi Transplantasi jantung pada tubuhnya. Setelah itu dia menyerahkan beberapa tanggung jawab pada anak tunggal nya ini.
"Sweety, Makan" Ucap Ayah sembari memberikan lauk yang tersaji diatas meja.
Tristan yang berada di samping Raline juga memberikan Sepotong paha Ayam untuk Raline makan. "Aku tidak rakus"Bisik Raline Kepada Tristan.
Senyum simpul Tristan terlihat sesaat mendengar Perkataan dari Raline. Sedangkan Kanaya sedang sibuk menyajikan beberapa Lauk yang masih ada di dapur.
"Duduklah, sayang" Ucap Darmawan kepada istrinya itu.
Raline harus menahan dalam-dalam emosi nya melihat suasana yang membuat nya tidak tahan untuk berlama-lama ada di meja makan ini.
*
Malam ini Ayah meminta Raline dan Tristan untuk menginap di rumah. Raline yang sebenarnya enggan untuk menginap terpaksa menuruti permintaan sang ayah.
Kamar tidur bernuansa putih ini, Sudah beberapa hari lalu tidak ada penghuninya, tetapi selalu dibersihkan oleh para pelayan setiap hari. Tristan yang juga menginap dirumah, tidur di kamar Tamu di samping kamar milik Raline.
"Bu, tolong bawakan saya cappucino" ucapnya sembari duduk di ranjang besarnya ini.
Pekerjaan yang masih belum selesai, Raline selesai kan di dalam kamarnya. Beberapa panggilan telepon masuk dari beberapa staff yang terlibat dalam Proyek ini.
Kebetulan GM ada disebelah kamarnya,jadi dia tidak perlu repot-repot untuk menghubungi Tristan.
Dengan memakai Gaun tidur putih berbahan sutra miliknya, Raline melangkah kan kakinya untuk menemui Tristan yang ada di kamar sebelah.
Tok..tok..
Beberapa kali Raline mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban apa-apa dari dalam. Langkah kaki Raline terdengar pelan mencari Tristan di beberapa sudut Ruangan, tapi tidak kunjung ia temui.
"Dimana dia?" Gumam Raline
Ada satu tempat yang Belum ia lihat,Taman bunga di belakang. Pintu besar menuju taman bunga terbuka, langkah kaki Raline perlahan menyusuri taman dengan luas lebih dari 500 meter ini.
Tatapan mata nya menajam setelah ia melihat Kanaya dan Tristan sedang tertawa bahagia saling bertatapan dan mengobrol ditengah kebun ini yang akan terlihat Romantis untuk sepasang kekasih.
"I HATE YOU" Gumam Raline Yang sedang menatap Dingin mereka berdua.
Raline perlahan melangkahkan kakinya kearah mereka berdua. Wajahnya dingin tetapi mengguratkan kebencian teramat sangat dengan apa yang ia lihat sekarang. Tristan yang sedang asyik mengobrol dengan Kanaya terdiam melihat Raline yang sudah ada di depannya. Raline tidak berbicara apapun, dia hanya menatap sesaat mereka berdua kemudian pergi masuk ke dalam rumah. Raline adalah tipe wanita yang akan diam jika ia benar-benar marah dengan seseorang dan yang paling memahami hal ini adalah Sang ayah dan juga Pak Anton. Tristan yang tadinya ada disamping Kanaya mengejar Raline yang pergi tanpa kata. Dia memahami bahwa Raline terlihat sangat marah dengan apa yang ia lihat. Tangan Raline ia raih dan ia pegang erat-erat, ia tidak ingin Raline menduga yang bukan-bukan dengan apa yang ia lihat tadi. Tatapan dingin dan tajam Raline jelas terlihat, Sesaat dirinya memandang wajah wanita yang ada di depannya ini. "Lepaskan" Ucap Raline dingi
Tristan yang baru saja mengucapkan kata-kata ancaman untuk Raline, tiba-tiba merangkul calon istrinya ini dengan mesra. "Apa kau sinting, jangan sentuh aku"celetuk Raline. Pak Anton yang berada di belakang mereka mendekati dan menegur Tristan. "Ini Calon istri saya pak" ucap Tristan dan terus merangkul mesra Raline menuju ke apartemen nya. Raline mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan rangkulan Tristan tapi tidak berhasil karena kalah kuat dibandingkan Tristan yang memiliki tubuh yang tinggi dan berotot ini. Wajah Raline tampak masam di dalam dekapan Tristan, yang terus menerus mendekapnya di dalam Lift. "Aku sesak" gerutu Raline Mendengar Kalimat itu yang keluar dari Raline sontak membuat Tristan melepaskan dekapannya dan membiarkan Raline untuk bernafas. "Lelaki gila" Gerutu Raline. Tristan mendekati Raline perlahan. "Ini di dalam lift, aku bisa melakukan apa saja terhadap mu" bisik Tristan di telinga Raline. Sontak saja Raline menjauh dari Tristan yang sedang tersenyum Simp
Raline Tampak sangat cantik dengan balutan Gaun pengantin bertabur Swarovski itu. Tristan Menatapi Calon pengantin nya itu dengan Tatapan kekaguman. "Cantik sekali, istriku" Gumamnya Dalam Hati. Langkah kaki Raline bersama Sang ayah mendekati meja Ijab Qabul. Semua yang hadir, memberikan pujian mereka untuk kecantikan Pengantin perempuan Ini. Tangan Tristan lalu menyambut Tangan Raline yang diberikan oleh ayah yang sedari tadi menggenggam tangan anak gadisnya ini. Prosesi Ijab Qabul berjalan dengan lancar hanya dengan satu kali helaan Nafas. Kedua pengantin Tampak meminta restu kepada Masing-masing Orang tua mereka. Sedangkan, Tristan Yang sejak kecil sudah menjadi Yatim piatu membawa Paman dan juga Tantenya yang Sudah membesarkannya untuk memberikan restu. Suara pembawa acara kembali terdengar, Lala sedang Sibuk mengarahkan jalannya Acara hari ini. "Baiklah sekarang saatnya Pengantin pria mencium pengantin wanitanya" Ucap Lala yang terdengar seperti mengerjai Raline. Sontak S
Ayah menggenggam tangan putri cantiknya ini sepanjang perjalanan menuju apartemen. yang akan ditempati oleh Raline dan juga Tristan. "Sweety, Barang-barang sudah Anton Pindahkan ke rumah suamimu"Ucap Ayah yang berada di kursi penumpang bersama Raline. Pak Anton yang Sedang Menyetir mengiyakan perkataan atasannya itu. Sedangkan Tristan sedang duduk di kursi depan di samping kursi kemudi. Raline seperti ingin berteriak sekarang,dia harus pindah ke apartemen Tristan Alih-alih tinggal di apartemennya sendiri. "Apartemen milik Kamu Akan Di sewakan saja" Ucap Ayah. "Jangan disewakan yah"Celetuk Raline yang sedang mencari cara agar apartemen nya tidak jadi disewakan. Sontak ayah menoleh menatap Raline, wajahnya menyiratkan penuh tanda tanya. "Ehmm.. Begini Yah, Lala lagi cari tempat Tinggal yang dekat kantor"Ucap Raline. Setelah Acara pernikahan nya, Raline meminta Lala untuk bekerja dengan nya sebagai penasehat hukum di perusahaannya. Walaupun, sudah ada tim penasehat tetapi Raline i
Mobil Hitam milik Tristan melaju dengan kecepatan sedang. Ia bersama Raline akan pergi ke Mall untuk mengambil Gaun dan juga Tuksedo yang sudah mereka pesan dan yang akan mereka Pakai pada pesta Perayaan pernikahan yang diadakan Oleh para kolega mereka Nanti malam. "Aku ini suamimu bukan supir mu" Celetuk Tristan yang melihat Raline duduk di kursi belakang. Raline hanya melengos setelah Tristan berkata seperti itu. Dirinya sudah lelah sejak pagi bersitegang dengan Suaminya ini. * Hari ini Mall cukup Ramai, karena adalah hari libur. Tristan yang tadinya ingin menggandeng Raline, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Istrinya ini. Butik yang menjadi tujuan mereka berada di Lantai dua. Raline yang berjalan di belakang Tristan terus saja menjaga menjaga jarak. "Selamat datang" Sambut pemilik butik dan beberapa Pegawai yang sudah mendapatkan kabar bahwa Raline dan Tristan akan datang Hari ini. Gaun dan tuksedo yang Sudah disiapkan di perlihatkan kepada mereka berdua. Gaun berwarna mera
Raline dan Tristan tampak sangat serasi ketika saling bergandengan bersama. Tristan membantu Raline yang kesulitan berjalan karena kakinya masih terkilir, Sedangkan Raline terpaksa menerima Bantuan Tristan. Satu persatu Tamu yang tidak lain adalah kolega perusahaan miliknya menghampiri Raline dan Tristan untuk mengucapkan selamat atas pernikahan mereka. Tidak lama, tangan besar menepak pundak Raline dengan lembut. "Roy?!" Celetuk Raline, kedua mata besarnya yang berbinar. Raline terlihat senang bertemu dengan Roy. Dia tampak akrab dengan Roy yang tidak lain adalah teman satu kampus nya dulu saat masih di Amerika. "Apakabar Roy?" Tanya Raline antusias. Tristan yang ada disamping Raline menatap tajam kedua orang yang tengah asyik berbincang sendiri. "Ini?" Tunjuk Roy pada laki-laki yang berdiri disamping Raline. "Perkenalkan saya Tristan suami Raline" Ucap Tristan dengan wajah Dingin nya. Raut wajah Raline yang sedari tadi Tampak masam, berubah 180 derajat setelah bertemu dengan
Raline terlihat cantik dengan gaun malam yang tertutup. Raline memang sangat tidak suka berpakaian terbuka, karena itu setiap pakaiannya akan terlihat anggun dan sopan. Tristan yang terlihat sudah menunggu Raline dari tadi tampak terpana melihat penampilan istrinya ini, yang membuatnya selalu berdecak kagum. Raline terkenal sangat cantik sejak dulu, tetapi dia adalah tipe gadis kutu buku sehingga para siswa laki-laki tidak berani untuk mendekatinya. jika dibandingkan dengan kanaya sendiri, Raline masih jauh lebih cantik, tetapi karena kanaya sangat pandai bersolek membuat kanaya lebih di sukai untuk menjadi pacar. "Kenapa melamun? takjub dengan kecantikkan aku" jawab Raline yang terdengar sombong. Tristan yang tadinya duduk,kemudian bangkit mendekati Raline yang baru saja keluar dari kamar. "Kenapa cantik sekali, lipstiknya coba jangan yang merah yang warna kulit saja" Gumam Tristan protes. "kalau waran kulit, pucat dong" ejek Raline
Raline masih mengatur Nafasnya dalam-dalam setelah Tristan menciuminya dengan kasar. Tiba-tiba air mata menetes membasahi pipinya. Raline beranjak dari lamunan nya untuk mengunci pintu kamar dengan rapat. "Bruk....!!" Di hempaskannya pintu kamar... "Tristan kau sudah gila, kenapa kau terus menciumi ku. cium saja Kanaya tercinta mu itu !!" Teriaknya di dalam Kamar. Sedangkan, Tristan Yang duduk di sofa ruang tamu sembari mendengarkan ocehan istrinya itu mengatur emosi nya yang sempat naik. Raline terus saja berteriak dan menyebut-nyebut nama Kanaya diantara pertengkaran mereka. Tristan bangkit dari sofa untuk membuka pintu kamar. Tapi Raline sudah menguncinya dari dalam di tambah dengan pengait pintu sehingga Tristan tidak bisa membuka pintu memakai kunci cadangan. "Sayang, buka dulu" Ucap Tristan yang terdengar lembut. Raline tidak bodoh untuk membukakan pintu untuk Tristan. Bisa saja lebih dari sekedar Ciuman y