Megan Harrison mendatangi Arion, menjewer putranya itu kesal. "Kenapa menghindari Bunda?" decaknya tak terima. "Dari mana aja kamu? Bunda telepon nggak diangkat, Bunda tungguin selesai rapat kamu menghilang." "Bunda, aku sibuk. Ada banyak kerjaan yang harus aku urus. Habis ini juga terjun lapangan buat ngecek proyek. Kata siapa sih aku hindarin Bunda, ada-ada aja." Megan mendengkus, melipat kedua tangan di dada. Pembahasan mereka soal jodoh belum selesai, tapi Arion selalu menghindar jika diajak bertemu, bahkan jarang pulang ke rumah. Sampai saat ini, Arion tak kunjung membawa wanita mana pun padanya untuk dikenalkan—padahal Arion janji. "Bunda tahu kamu nggak punya pacar, kenapa selalu nolak kebaikan Fevita? Kesian anak orang, Arion, jangan tega gitu. Nanti kamu disumpahin nggak laku sampai tua gimana?" cerocosnya tanpa jeda. Megan dapat laporan dari Bagas jika setiap makan siang yang Fevita kirim, selalu Bagas yang makan. Sebenarnya Bagas tidak bermaksud membocorkan rahasia itu d
Arion menatap Airyn yang baru saja tiba tanpa sepatah kata pun dengan tangan terlipat di dada. Kata Bagas, perempuan itu menolak habis-habisan saat dijemput. Banyak sekali alasannya termasuk kebelet buang air dan berdiam diri di kamar mandi dalam waktu yang lama agar Bagas bosan menunggunya. Sayang, Arion menugaskan Bagas menunggu sampai Airyn yang menyerah. Jika Airyn sampai subuh menghindar, maka Bagas tidak boleh beranjak dari sana sampai subuh tiba. Kalau kata Bagas, “Gadis gila ini banyak gaya sekali.”“Siapa yang mengajari kamu bermain-main dengan saya?”Airyn memejam, menunduk dalam merasa bersalah. Dia tidak menyangka Bagas akan menunggunya selama ini. “Biasanya makan malam jam berapa, Airyn?” Karena sama sekali tidak mendapat sahutan, Arion terpaksa menggertak Airyn. “Saya bicara sama patung atau bagaimana ini? Mulut kamu ketinggalan di toilet rumah sakit?”“Maaf, aku telat.”“Kenapa tidak sampai subuh saja?”Airyn menatap Arion takut. “A—aku bakal masak sekarang.” Lantas b
Pagi-pagi Sera datang ke ruangan Guntur, dia mencari Airyn sebelum gadis itu berangkat ke kampus. “Ai, Mama minta uang dong. Seratus aja, beras abis, Mama belum makan apa pun dari semalam.” Mengulurkan tangannya, setengah memelas dan memaksa.“Ma, Mama nggak liat keadaan Papa gimana? Tabungan aku tinggal sedikit, nanti kalau perlu sesuatu gimana? Lagian kemarin Mama udah ambil uang Kak Oni sejuta, masa udah abis aja?” Bukannya ingin jadi anak durhaka, tapi Sera sangat keterlaluan padanya. Tidak habis-habis mengganggu ketenangan hidup Airyn.“Berani kamu tanya kayak gitu ke Mama? Kamu pikir uang sejuta itu kayak seratus juta, kah? Sekali makan juga abis, Ai, kayak debu ketiup angin. Cepat kasih Mama uang, nanti kamu tinggal poroti saja kekasih kamu yang kemarin. Mumpung kaya, jangan sia-siakan kesempatan.”Pasti uang itu Sera habiskan untuk judi atau ikutan pesta miras dengan teman-temannya.“Dia bukan pacar aku, Ma. Jangan malu-maluin, aku nggak enak kalau Mama terus-terusan meminta u
"Saya tidak mau tahu, hilangkan jejak Airyn, baru kamu kirim filenya ke Bunda. Lagian ngapain sih Bunda kepo banget. Saya tidak mungkin menghamili anak itu."Bagas mencebikkan bibir. "Hanya belum. Saya lihat Anda ini memang napsu kepada anak di bawah umur. Menggelikan."Arion menatap Bagas muak. "Menurut kamu, kira-kira bunda akan merestui Airyn sebagai menantunya, tidak?""Saya lihat, tidak." Bagas menaikkan bahu, cuek dan seolah memang bisa menerawang masa depan."Airyn anak baik.""Bibit, bebet, bobotnya tidak sesuai dengan kriteria Bu Megan. Apalagi ibu Anda sangat menjunjung martabat keluarga dan aktif kumpul bersama teman sosialitanya. Coba bayangkan, bagaimana cara Bu Megan memperkenalkan Airyn jika dia berasal dari keluarga dan lingkungan seperti itu? Saya rasa, Airyn juga akan malu mengakui asal usulnya.""Jika Anda menikah, media pasti berada di garis depan meliputi berita itu dan mencari tahu segala hal tentang calon menantu Harrison. Ingat waktu Andre dulu? Litzi sedikit t
Airyn was-was ketika mengetahui Sera ada di rumah. Entah apa yang akan dilakukannya lagi, Airyn takut Mamanya menggeledah rumah untuk mencari uang. Tidak ada tabungan yang Airyn sembunyikan, dia tidak berbohong.“Kamu yakin baik-baik saja?” Bagas menaikkan alis. Tampak jelas raut Airyn berubah, dia kelihatan diam beberapa saat sebelum turun dari mobil.Airyn tersadar, kemudian mengangguk dan segera turun. “Terima kasih, Pak Bagas. Bapak pulang aja, aku aman kok.” Sera berdiri di ambang pintu, melipat kedua tangan di pinggang dengan raut penuh permusuhan. Airyn lumayan panik, makanya cepat-cepat menyuruh Bagas pergi.“Ma, udah makan malam?”“Mama perlu uang, Ai. Minta uang lagi dong, Mama ada hutang yang harus banget dibayar. Kalau sampai besok uangnya nggak ada, Mama bakal dilaporin ke polisi.”“Hah? P—polisi? Kok bisa, Ma?” Airyn luruh, kakinya seketika lemas. Kondisi sang papa belum membaik, kini Sera ikut membuat masalah.“Mama waktu itu pinjam uang lima juta buat rayain ulang tah
Pagi-pagi buta, Arion bangun berniat ingin membuat sarapan untuknya dan Airyn. Anggap saja sebagai rasa simpati Arion kepada gadis itu setelah menerima perlakuan tidak baik. Namun, setibanya di lantai bawah, Arion tidak menemukan siapa pun di ruang tengah.Keadaan sekitarnya sudah rapi dan wangi, termasuk selimut yang dikenakan Airyn semalam. “Loh, ke mana dia?” Arion mengambil sepucuk surat yang Airyn tinggalkan di meja.—Terima kasih, Pak Arion. Aku udah beberes, dan siapin sarapan. Aku pulang—“Bisa-bisanya anak ini bertindak di luar dugaan saya terus.”Arion mengecek rekaman cctv, ingin melihat apa saja yang Airyn lakukan sepanjang pagi ini.Pada layar komputer itu terlihat jika Airyn sedang buru-buru bangun, lalu menyiapkan sarapan sambil beberes. Beberapa kali Airyn lari-larian ke dapur, mengejar penggorengan agar tidak gosong dan cuci piring juga.Selesai masak dan semua bersih, Airyn mengecek dompet, dia kelihatannya sedang berdecak sebal karena tidak menemukan uang sepersen p
Gawat!Hari pertama Airyn magang dia sudah mendapat masalah. Semalam di dekat rumah Airyn terjadi kebakaran, alhasil hampir semua tetangga termasuk Airyn begadang untuk saling memadamkan api dan berjaga-jaga agar api tidak semakin menjalar. Sialnya, pagi ini Airyn bangun terlambat—padahal alarm berdering sejak jam lima pagi, belum lagi harus membuat sarapan dan mengantarkannya ke rumah sakit. Airyn terlanjur berjanji pada sang papa untuk membuatkan sarapan sehat, sebab nanti siang atau sore Guntur sudah boleh pulang.Arion Harrison: Airyn, ini sudah jam berapa?Airyn mengabaikan pesan itu, berlarian di lorong rumah sakit menuju ruangan Guntur. Airyn tidak peduli dia terlambat, yang penting papanya senang dulu. Urusan dengan Arion, Airyn akan mencari alasan dan meminta maaf.“Ai, kenapa lari-larian? Sampai keringetan gini.”Napas Airyn tidak beraturan, berusaha mengulas senyum dan menggeleng. “Pa, ini sarapan buat Papa. Dihabisin, ya! Hari ini aku magang dan udah telat, jadi aku buru-b
Airyn Gershon: Pak Arion, ini pizza dari Bapak?Arion Harrison: Habiskan!Airyn Gershon: Besar dan banyak bangettttttttt, Bapak Arion. Bisa jebol perut aku.Arion Harrison: Banyak ngeluhnya kamu ini.Airyn menatap layar ponselnya jengah. “Aku makan secukupnya aja, nanti sisanya biarin Pak Arion sama Pak Bagas yang habiskan.” Dia menggembungkan pipi, menghela berat. Aroma pizza sangat menggugah selera, Airyn tidak sabar melahapnya. “Aish! Enak banget sih makanan orang kaya. Aku tambah yakin Pak Arion yang beneran kirim makanan waktu itu, soalnya menunya juga hampir sama aja.” Mata Airyn berbinar, mengangguk-angguk riang sambil bersenandung. Dia sedang memperbanyak dokumen yang Arion suruh, sesekali sambil memisahkannya agar tidak tercampur dengan dokumen lain.Impian Airyn sekali bisa bekerja di kantor sebesar ini setelah lulus kuliah, semoga nanti dia bisa berkesempatan mendapatkan posisinya di sini.Kurang lebih setengah jam Airyn memperbanyak beberapa dokumen itu, akhirnya selesai