Home / Thriller / MY WAY / INSIDEN KECIL DI PERPUSTAKAAN

Share

INSIDEN KECIL DI PERPUSTAKAAN

last update Last Updated: 2022-12-06 14:04:37

"Ayo Michelle, kita ke kantin sama-sama!

Hari ini aku ingin makan makanan enak setelah satu bulan diet tak makan berkalori!" ajak Gillian Moore, yang tak lain teman dekat sekaligus sahabatku sejak aku bersekolah di North high School Dallas selama 4 semester ini.

"Aku sedang tak ingin ke mana-mana Gillian, kau bisa mengajak Matt jika kau mau," sahutku pendek dengan tetap membaca buku kamus global yang baru saja aku temukan di perpustakaan kemarin.

"Astaga, sampai kapan kau akan menjadi kutu buku Michelle!? kau tak seperti menikmati hidupmu dengan baik saja," ucap Gillian berkomentar, wajah cantiknya berubah masam menatapku yang seperti tak peduli dengan ajakannya.

Aku hanya tersenyum tipis menanggapi.

"Maafkan aku, aku sedang tak berselera makan hari ini, aku harus menyelesaikan bab terakhir buku ini dan mengembalikannya ke perpustakaan sekolah sekarang," ucapku menjelaskan.

"Aku akan menyusulmu nanti Gillian setelah aku kembalikan buku ini ke perpustakaan, kau bisa mengajak Matt dulu karena dia sudah menunggu di kantin," sambungku lagi seraya berdiri dari bangku tempat duduk dengan membawa kamus tebal yang baru saja selesai kubaca.

"Ok, baiklah kalau begitu..

Aku ke kantin dulu ya dan kau -, awas saja kalau kau tak menyusul kami di sana nanti!" sahut Gillian berlagak mengancam dan kemudian tersenyum lebar berjalan keluar kelas.

..

..

Aku berjalan menyelusuri lorong-lorong rak buku di perpustakaan sekolahku yang cukup besar ini, mengamati setiap lorongnya dengan sekilas.

Suasana perpustakaan tampak cukup sepi, karena kupikir kebanyakan siswa lebih memilih berkumpul di kantin atau sekedar nongkrong di luar kelas saat jam istirahat tiba.

Tak salah memang Gillian menyebutku si gadis cantik kutu buku, karena aku memang lebih senang membaca buku daripada melakukan kegiatan yang bagiku kurang manfaat dan tidak guna.

Yah, karena kupikir aku harus menjadi siswa yang berprestasi untuk menghidupi diriku sendiri sekarang.

Berbeda dengan mereka yang sebagian tak perlu bersusah payah belajar hanya untuk mendapatkan beasiswa seperti aku karena keadaan ekonomi keluarga mereka yang mumpuni.

Tak apa, aku sudah biasa dengan keadaan ini.

Aku mendesah pelan dan tersenyum tipis menguatkan hatiku sendiri.

Bbrraaakkk!!!!

Suara benda terjatuh mengejutkan dan membuyarkan lamunanku.

"Suara apa itu?!" tanyaku dalam hati, mataku sibuk mencari sumber suara itu berasal.

Suara benda terjatuh dan kemudian disusul suara rintihan pria.

Aku berlari cepat mencarinya dan alangkah terkejutnya saat kulihat seorang pria tengah jatuh tersungkur, merintih menahan sakit di kaki kanannya yang tertindih rak buku yang tampak jatuh menimpanya.

"Astaga?!!

Bagaimana bisa terjadi?!!" seruku spontan seraya berlari mendekati pria yang tengah kesakitan itu.

"Bagaimana keadaanmu? kau tak apa-apa?" tanyaku pada pria itu.

Kulihat wajahnya yang nampak agak pucat meringis menahan sakit di pergelangan kaki kanannya.

"Tolong..., kakiku- , aaghh!!" pekiknya kesakitan.

Maka dengan sigap aku pun mendorong dan mencoba mengangkat rak buku yang lumayan berat itu. Aku menengok ke kanan dan kiri, kalau-kalau ada seseorang yang bisa membantu kami saat ini, tapi nihil tak ada siapapun.

Ruangan ini tampak sepi, seperti tanpa kehidupan. Kemudian tanpa pikir panjang, aku mencoba membantu memapah pria itu untuk berdiri.

"Apakah sanggup?" tanyaku khawatir.

"Aaough!!" teriaknya kesakitan, sepertinya dia kini memang benar-benar merasa kesakitan saat mencoba menampakan kakinya yang beralaskan sepatu itu ke lantai.

"Kau harus ke bawa ke UKS, untuk segera diobati kalau tidak itu akan cukup berbahaya untuk kakimu," ucapku cemas.

Pria itu hanya mengangguk mengiyakan, kukalungkan tangannya ke sepanjang bahuku agar ia bisa berdiri dan berjalan pelan.

Dengan susah payah aku berusaha menyeimbangkan berat tubuhnya yang lumayan berat untuk seorang pria.

"Pelan - pelan saja, kau tak perlu memaksakan diri.Yang penting kita bisa sampai ke UKS" ucapku simpatik.

"Terima kasih, maaf telah membuatmu repot" sahutnya seraya menatapku dengan tatapan lemah.

"Tak apa, aku hanya mencoba menolong semampuku," sahutku tulus seraya tersenyum tipis.

Sesampainya di ruang UKS yang letaknya lumayan cukup jauh dari ruang perpustakaan, pria itu langsung ditangani oleh petugas di sana. Aku pun bisa bernafas lega karenanya.

Maka saat itu pun, aku segera berpamitan untuk segera masuk ke kelasku, karena waktu istirahat sudah berakhir 10 menit yang lalu.

..

..

Sesampainya di kelas, Gillian memarahiku karena tak menyusulnya bersama dengan Matt, siswa pria yang cukup populer di sekolah ini.

Aku pun menceritakan apa yang sudah terjadi padaku di ruang perpustakaan itu sehingga tak bisa menyusul mereka dan Gillian hanya mendesah mencoba mengerti.

"Matt, sangat kecewa karena kau tak berada di sana, kau harus menjelaskannya sendiri Michelle," ucap Gillian.

"Yah, aku mengerti," sahutku pendek.

Mattew Steward adalah seorang teman pria di kelas lain yang mendekatiku beberapa bulan ini, ia adalah seorang pria yang tampan dan dari keluarga cukup berada.

Entah bagaimana awalnya ia mendekatiku melalui Gillian, beberapa kali ia mengajakku untuk berkencan, namun dengan halus aku menolaknya.

Kalau pun aku pergi hang out bersama Matt, Gillian pun ikut serta, itu pun karena permintaanku sendiri dan Matt sejauh ini tak menolaknya.

Walaupun Matt populer di kalangan siswa wanita di sekolah ini karena prestasinya di olahraga dan dengan didukung wajahnya yang tampan, aku belum bisa membuka hati ini untuk siapapun.

Entah kenapa rasa trauma itu masih ada, trauma masa lalu saat aku berusia 12 tahun dan ibuku memutuskan menikah kembali dengan seorang pria brengsek yang sempat menjadi ayah tiriku.

******

( POV 3 )

Ia mencari keberadaan gadis itu, gadis cantik yang telah menolongnya saat insiden di perpustakaan karena kecerobohannya sendiri.

Ia tak bisa membayangkan jika, gadis itu tak datang dan menolongnya waktu itu.

Mungkin ia akan terlambat ditangani dan hal itu dapat menyebabkan cedera berat pada pergelangan kaki kanannya.

Karena itu ingin sekali mengucapkan terima kasih untuk sekali lagi pada gadis itu.

Sekaligus ingin mengenalnya lebih jauh.

Gadis cantik yang baik hati dan tidak sombong, itulah kesan pertama dirinya pada seorang Michelle Scullys.

Kedua mata bulatnya yang tajam sibuk mencari-cari keberadaan sosok gadis cantik berambut hitam ikal panjang yang dicarinya itu.

Cukup lama ia menunggu di depan halaman sekolah pagi itu. Hingga beberapa menit kemudian berlalu, dan senyum mengembang di wajahnya yang tampan.

Ia melihat sosok yang dicarinya itu tengah berjalan bersama dengan seorang teman wanitanya menuju ke dalam gedung sekolah.

Tanpa pikir panjang, dengan langkah kakinya yang mantap ia menghampiri gadis itu dengan senyum tak lepas di wajahnya yang sesegar pagi.

"Permisi...., maaf apa kau Michelle Scullys?" sapanya mengejutkan kedua gadis cantik didepannya sekarang.

"Ya?" jawab gadis berambut panjang ikal itu.

"Apa kau mengingatku?" tanya pria itu.

"Ah, kau bukankah yang waktu itu....?" sahut gadis yang bernama Michelle Scullys itu beberapa detik saat mengamati wajah pria tampan di depannya sekarang.

Pria itu mengangguk semangat dan tersenyum lebar.

"Perkenalkan aku Teddy Johnson, maafkan aku karena waktu itu kita belum sempat berkenalan dan aku kemari untuk mengucapkan terima kasih atas pertolonganmu waktu itu," ucapnya.

"Oh, tidak apa. Kenapa kau harus repot-repot begini, aku tulus melakukannya karena kita adalah teman walaupun yah, secara langsung belum pernah berkenalan," sahut Michelle seraya tersenyum manis menyejukkan.

"Oh, ya bagaimana dengan kakimu? apakah sudah baikan? Lalu, bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya Michelle penasaran.

"Aku baik-baik saja, seperti yang kau lihat sekarang dan aku sangat bersyukur karena kau telah menolongku waktu itu kalau tidak, entah apa yang terjadi dan aku tahu namamu dari petugas UKS yang kemarin merawatku,"

sahut Ted menjelaskan.

"Kau terlalu berlebihan, tapi syukurlah kau baik-baik saja sekarang," ucap Michelle, senyuman tak lepas di wajahnya yang cantik.

..

..

( POV 1 )

"Oh, Tuhan Michelle aku tak menyangka orang yang kau tolong waktu itu adalah Ted Johnson!

Astaga!! sungguh aku tak percaya!!" Gillian berseru seperti orang gila saat Ted pergi berpamitan meninggalkan kami berdua, aku dan Gillian.

Aku memicingkan kedua mataku, bingung dan penuh tanya dengan reaksi Gillian yang bagiku berlebihan.

"Kenapa? Apakah ada yang aneh?" tanyaku penasaran.

"Astaga, Michelle! Apa kau tahu siapa itu Ted Johnson?!

Kau lihat sendiri kan, dia pria paling populer dan paling tampan di sekolah ini setelah Matt!" serunya heboh.

"Hah?? Aku rasa tidak seperti itu, karena kupikir dia tampak seperti pria tampan yang kesepian," sahutku asal.

"What??!

Bagaimana bisa kau bicara seperti itu, dia adalah pria dingin dan tak banyak bicara apalagi dengan seorang wanita.

Itu yang kutahu dari cerita para gadis disini.

Tak ada yang berani mendekatinya, Michelle.

Sekalipun para pria di sini semua takut dengannya," sahut Gillian menjelaskan, nada suaranya penuh dengan keyakinan.

******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MY WAY   PENGAKUAN

    ( POV 1 )Kulihat Gillian menangis terisak di depan parkiran restoran, kedua matanya menatap sendu mobil milik Michael yang melaju begitu saja tanpa memperdulikannya. Melihatnya seperti itu aku semakin yakin jika Gillian begitu mencintai Michael Rouis, hal itu membuatku semakin puas karena berhasil membuatnya merasa menyesal. Rasa cintanya begitu besar pada pria sebaik Michael Rouis namun sifat picik dan serakahnya tetap tak berubah.Ya, pria bernama Alex Miles adalah orang suruhanku yang kuperintahkan untuk menggodanya. Jika ia wanita yang setia, ia tidak mungkin menerima ajakan pria yang baru dikenalnya bukan? Namun, seperti yang aku tahu, sifat Gillian yang serakah itulah yang telah menghancurkan dirinya sendiri. Dengan kata lain ia gagal menjadi wanita yang setia hanya dengan iming-iming pria tampan dan kaya, sungguh ironis."Apa sekarang kau merasa menyesal Gillian Moore? Akan aku pastikan Michael Rouis tak akan mau kembali dengan wanita serakah dan picik sepertimu," sindirku saa

  • MY WAY   SEBUAH HUKUMAN

    Siang itu di butik milik Gillian Moore kedatangan seorang pria tampan dengan penampilan perlente yang luar biasa. Gillian dapat menebak jika pria itu mungkin seorang CEO di sebuah perusahaan besar, karena mobil yang pria itu kendarai adalah mobil sports edisi terbatas berharga fantastis. Tahu mendapatkan calon pelanggan dan mangsa empuk yang rupawan, Gillian Moore pun melayani pria itu dengan memasang penampilan sebaik mungkin di depannya sekarang."Selamat siang, Tuan. Selamat datang di butik saya, apa ada yang bisa saya bantu?" sapa Gillian dengan senyuman ramah dan paling cantiknya.Pria itu melepas kacamata hitam yang dipakainya dan itu membuat Gillian semakin terpesona dengan mata biru pria di depannya sekarang."Carikan aku jas dan kemeja yang terbaik untukku, Miss," sahut sang pria."Oh, tentu. Silakan, Tuan. Di sebelah sini! Banyak pilihan yang cocok untuk anda pilih dan bisa anda coba," tawar Gillian penuh semangat.Gillian pun sibuk mempromosikan koleksi jas dan kemeja terba

  • MY WAY   HATI YANG MULAI RAGU

    ( POV 3 )Sepulangnya dari apartemen Judith Hills, Michael Rouis tak bisa berhenti berpikir dengan semua cerita yang wanita cantik berambut merah itu ceritakan. Tentang kisah pilu sebuah pengkhianatan hingga berujung kehilangan. Dan yang paling membuatnya terkejut adalah nama kekasih tercintanya disebut dalam cerita Judith Hills. Apakah Judith berbohong dengan ceritanya? Dan apakah Judith hanya mengarang cerita saja agar ia bersimpati padanya?Namun mungkinkah itu? Lalu jika iya apa motifnya? Hati kecil Michael menyangkal itu semua, jika Judith Hills tak mungkin berbohong dengan semua yang baru saja ia ungkapan padanya. Wanita itu berkata jujur, karena sebodoh apa pun dirinya, Michael tahu orang yang berkata jujur atau tidak. Semua terlihat di mata Judith Hills, jika wanita itu memang memiliki trauma atas masa lalu buruk yang pernah ia alami. Jika semua yang Judith Hills ungkapan adalah benar, lalu berarti benar jika Gillian Moore adalah sahabat sekaligus pengkhianat yang ada dalam ce

  • MY WAY   PRASANGKA

    ( POV 3 )Michael Rouis melajukan mobilnya cukup kencang, ia menuju ke alamat yang dikirim Kelly. Sebuah apartemen di pusat kota Dallas. Entah kenapa ia merasa cemas pada Judith Hills, wanita yang belum lama ia kenal dan pastinya tak ada hubungan apapun antara dirinya dengan wanita cantik berambut merah itu. Apa penyebabnya Michael sendiri tak tahu pasti, kenapa Judith Hills begitu istimewa di matanya? Dan keluarganya pun seperti merasakan hal yang sama seperti dirinya. Sungguh berbanding terbalik dengan Gillian sang kekasih, Michael sendiri tak tahu apa penyebab adiknya Kelly dan putrinya, Lizzy kurang menyukai dan tidak bersimpati pada sang kekasih? Apakah ada yang salah dengan pilihannya? Namun, untuk saat ini Michael tak ingin peduli, ia akan memperjuangkan Gillian agar putri semata wayang dan adiknya mau menerima pilihan hatinya.Ia sendiri tak menyangka tindakan impulsif dirinya pada Judith Hills, hingga ia sampai meninggalkan sang kekasih dan lebih memilih untuk menemui wanita

  • MY WAY   GILLIAN MOORE

    ( POV 3 )Di sebuah apartemen, tampak sepasang kekasih sedang memadu cinta bersama. Mereka berdua saling memagut dan bermain bibir dengan panas. Sang wanita berambut blonde yang duduk di atas pangkuan sang pria tampak agresif dan mendominasi. Suara deru nafas yang saling beradu pun terdengar jelas di dalam apartemen itu. Sang wanita kini tampak dengan tak sabaran melepas kancing kemeja yang dikenakan sang pria sedangkan sang pria hanya pasrah di bawah kendali wanitanya yang kini telah berhasil melepas kemeja kekasihnya dan melemparkannya ke sembarang tempat, sang pria kini hanya mengenakan celana panjang saja, dadanya yang bidang terekspos dengan jelas membuat suasana malam itu menjadi panas karena dilingkupi gairah dari sepasang kekasih yang tengah di mabuk asmara itu.Mereka melepaskan ciumannya dan kini kedua netra mereka saling bertemu satu sama lain dalam diam. kedua bibir mereka merekah dan berkilau karena saling bertukar saliva sejak tadi dengan panas. Tatapan mereka bertemu, t

  • MY WAY   PENDEKATAN

    ( POV 1 )Pagi itu aku sengaja bangun lebih pagi dari biasanya, setelah mandi dan berganti baju dengan pakaian yang aku bawa dan kupersiapkan sebelum aku sampai di sini, di rumah Michael Rouis, aku pun turun ke lantai bawah dan menuju ke dapur. Di sana kulihat Kelly sedang sibuk memasak di dapur seorang diri, dan karena itu aku berinisiatif untuk mendekatinya."Ada yang bisa dibantu, Kelly?" tawarku padanya saat kulihat wanita berambut pirang itu tengah sibuk meracik sayuran."Ah, Judith. Anda sudah bangun? Bagaimana tidurmu semalam? Apakah nyenyak?" Kelly bertanya perhatian."Nyenyak, bahkan sangat nyenyak. Mana mungkin aku tidak tidur nyenyak di rumah keluarga Rouis yang hangat dan menyenangkan seperti ini?" sahutku dengan tersenyum tulus."Terima kasih, syukurlah kalau begitu," Kelly menjawab dengan tersenyum lebar."Biar saya bantu menyiapkan sarapannya ya?" tawarku sekali lagi."Ah, tidak perlu Judith. Anda adalah tamu, tidak perlu repot membantu di dapur seperti ini." Tolak Kell

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status