Klik tanda vote ya kak agar bisa tetap eksis di aplikasi. Jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya: 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(ONGOING)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (24)"Apa kau benar-benar mau pergi bersamaku ke Jepang, Al," tanya Erlangga pelan."Aku ....""Aku mengerti maksudmu. Tak perlu jelaskan apapun lagi," Erlangga memotong ucapan Alea.Wanita itu menarik napas saat melihat Erlangga berjalan pergi meninggalkannya. pria itu bahkan melepaskan gengaman tangan mereka, apakah Erlangga marah dengan keputusannya untuk bertahan dengan Wisnu dia tak tau."Wah pasangan paling serasi di dunia. Wajah kalian kenapa? Apa tak terpuaskan berbagi peluh semalam?""Diam! Keluar dari rumahku sekarang. Kalau tidak aku akan panggil polisi."Alea marah besar mendengar ucapan ibu mertuanya. Berani sekali wanita itu menghina dia dan Erlangga."Apa kau tak punya malu perempuan tua. Selama ini kau tak mengiginkan aku jadi menantu, kau bahkan menikahkan Wisnu dengan wanita yang bekerja di klab malam. Kau juga tau wanita itu dalam keadaan hamil waktu itu, daripada kau sibuk menganggu ku lebih baik kau urus anak gadismu, takutnya karena terlal
Maaf, Aku Pantang Cerai! (25)"Erlangga sayang tunggu!"Erlangga dan Alea berbalik, untuk melihat siapa yang memanggil dengan nada manja itu. Alea langsung mengenali wanita bertubuh indah dengan pakaian kurang bahan itu."Aiko Wijaya."Alea dan Erlangga menyebut nama wanita itu bersamaan. Setelah itu Alea memberi jarak antara dirinya dan Erlangga."Tuan Erlangga, saya pergi makan siang dulu. Akan kembali sebelum jam makan siang berakhir."Tanpa menunggu persetujuan Erlangga. Alea segera pergi meninggalkan pria itu, untuk menghadapi wanita pilihan orangtuanya.Tit ...tit ...tit ....Alea terkejut saat berada di samping mobil Erlangga. Benda itu berbunyi sebagai tanda kalau kuncinya terbuka."Masuk, tunggu aku sebentar."Alea berbalik setelah mendengar ucapan Erlangga. Dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan."Maaf pak Erlangga, saya sedang ingin makan di pinggir jalan. Sebaiknya saya pergi duluan.""Alea! Silahkan pergi kalau mau menyesal karena mengabaikan perintahku."Alea terdi
Maaf, Aku Pantang Cerai! (26)"Mas ...."Alea tak melanjutkan panggilannya saat melihat Wisnu melintas di depan rumah. Pria itu bahkan tak menoleh sama sekali, ada rasa sakit namun dia coba tahan, mungkin ini yang terbaik agar pria itu bisa berubah menjadi lebih baik lagi."Masuk Al, sudah sore pergi mandi dan istirahat. Aku tak mau kau sakit, jangan berpikir sesuatu yang tak penting. Aku pulang sekarang."Alea mengangguk lalu masuk ke rumah. Pak Jaja terlihat kembali menutup pintu pagar, setelah memastikan Alea tak lagi berniat keluar dan Erlangga melajukan mobilnya pergi setelah mengantar Alea."Bibi masak apa? Harum banget aromanya."Alea melangkah ke dapur menghampiri pembantunya. Wanita itu melihat di atas kompor ada kolak yang baru mendidih, entah kenapa dia jadi sangat ingin merasakan kolak itu."Mbak Alea, itu masih panas."Alea tak memperdulikan ucapan pembantunya. Dia mengambil mangkok dan menuang sedikit kuah kolak lalu meminumnya."Enak sekali Bi. Bisa di jual kalau begini.
Maaf, Aku Pantang Cerai! (27)"Hamil Dok?"Erlangga tak tau harus merasa bahagia atau sedih saat mendengar kehamilan Alea. Di satu sisi dia senang wanita yang dia cintai ternyata tidak mandul, sedang di satu sudut yang lain dia merasa kalau anak itu akan semakin menguatkan ikatan antara Alea dan Wisnu."Kenapa dengan wajahmu itu, Lang? Jangan bilang kau membawa kabar buruk padaku."Alea mencoba duduk di tempat tidur. Wajahnya terlihat bingung dengan ekspresi Erlangga."Aku hanya bingung harus bilang apa, Al? Ini sungguh kejutan yang luar biasa, sayangnya aku bingung kau akan senang atau sedih setelah mendengarnya?"Erlangga masih belum siap untuk mengatakan pada Alea soal kehamilannya. Dia hanya takut wanita itu semakin stress memikirkan masalah rumahtangganya."Apa ini tentang kehamilanku?"Prang ....Terkejut membuat Erlangga menjatuhkan gelas di tangannya. Alea menarik napas panjang, berarti benar kalau dia sedang hamil sekarang."Miris betul nasibku Lang. Rumahtangga ku kacau-balau
Maaf, Aku Pantang Cerai!(28)"Jadi kau tak tau kemana Wisnu pergi? Tak bilang atau pamitan gitu?"Sela bertanya setelah dia berada di taman belakang bersama Alea. Sedangkan Erlangga memilih pergi ke kantor, tentu dengan perasaan tak rela harus pergi tanpa Alea."Dia pamitan Sel, hanya tak bilang mau kemana."Alea menitikkan airmata lagi. Meski sudah menguatkan tekad demi merubah nasib pernikahannya, tapi masih saja dia sedih berpisah dengan suaminya. Sela menarik napas saat melihat kerapuhan hati sahabatnya."Pantang cerai tapi kau harus rela terpisah dengan suamimu Al. Terus apa bedanya dengan bercerai, aku masih tak habis pikir denganmu, bisa terpikir hal konyol ini. Aku tak tau apa yang akan Wisnu lakukan kalau dia tau yang sebenarnya terjadi."Sela memeluk Alea yang terus menangis. Sepertinya hormon wanita hamil itu mulai mendominasi perasaan Alea. Jadi semakin cengeng."Kita pergi jalan yuk, daripada kau sedih terus memikirkan Wisnu yang tak tau pergi kemana. Kita habiskan waktu s
Maaf, Aku Pantang Cerai! (29)WISNU :"Kau pikir pakai otakmu itu Nu. Mau sampai kapan kau menyusahkan ibu, sampai sekarang kau tak mendapat kerja. Kalau begini lebih baik kau pergi, muak ibu melihat wajahmu itu masih saja kau mengurusi Alea sampai babak belur begitu."Aku benar-benar tak menyangka ibu bisa bicara seperti itu. Apa dia lupa kalau semua ini terjadi karenanya, sampai kesialan terus melanda hidupku. Sampai sekarang aku tak tau kenapa bisa terlibat korupsi yang tidak aku makan hasilnya.Semua bermula dari keputusanku mengikuti permintaan ibu. Saat itu aku hanya ingin membuat suasana tenang, tanpa berpikir kalau tindakanku menyakiti Alea. Pernikahan kedua itu hanya siri makanya aku rahasiakan, siapa sangka Alea mengetahuinya. Dia bahkan meminta bantuan Erlangga pria yang sangat mencintainya."Mau apa kau? Kalau mau makan beli sendiri. Itu hanya cukup untuk ibu dan Citra."Sakit sekali hatiku mendengar ucapan ibu. Apa ini balasan atas perbuatan ku pada Alea, berkali-kali dia
Maaf, Aku Pantang Cerai! (30)ALEA :"Ibu hanya seorang janda yang menghidupi dua orang anak. Aku mohon pengertian mu jika ibu terlihat keras pada kita, anggap saja itu tanda kasihnya pada kita."Itu ucapan mas Wisnu saat awal kami menikah. Saat itu kami tinggal di rumah ibu mertua, warisan dari bapak mertua. Sebenarnya ibu punya rumah warisan orangtuanya juga, tapi dia tak mau meminjamkan rumah itu pada kami. Lebih memilih rumah itu menjadi tua dan tak terurus."Buat apa sibuk mau tinggal mandiri? Di sini saja kalian bisa menabung dan nanti bisa membeli rumah sendiri."Ucapan ibu memang manis awalnya tapi akhirnya sangat menyakitkan. Apalagi dia bahkan tega meminta mas Wisnu menikah lagi, saat kami sudah sedikit berharta, sedangkan mas Wisnu justru menuruti saran ibunya.Permintaan yang akhirnya membuatku memilih memberi pelajaran pada suamiku dan keluarganya, satu-satunya yang tak aku lakukan adalah cerai, karena mas Wisnu tak sempat menyentuh wanita itu bahkan pernikahan itu gagal t
Maaf, Aku Pantang Cerai! (31)"Kasihan sih, tapi kan tidak mungkin aku beri pinjaman tiga juta. Sedangkan dia hanya kerja serabutan, di tempatku saja cuma sehari mencuci baju, bagaimana bisa aku beri pinjaman sebanyak itu tanpa jaminan."Aku yang sedang ingin membeli udang ke tukang sayur. Sayup mendengar gosip itu entah siapa orang yang mereka jadikan bahan obrolan pagi ini."Alea, syukur kau keluar dari rumah. Aku lihat kau jarang kelihatan, pasti kau belum tau gosip hangat keluarga suamimu."Aku menarik napas saat salah satu wanita pengosip itu menegurku. Rasanya ingin pergi saja tapi belum sempat membeli udangnya."Iya Mbak, maaf tapi saya tidak suka bergosip. Sayang amal ibadah saya yang tak seberapa ini."Aku mencoba tersenyum agar wanita itu tak sakit hati. Sayangnya aku salah, wanita itu justru membuatku marah dengan mulutnya."Aku rasa bukan karena tak mau bergosip. Kau hanya tak ingin kalau orang lain tau siapa kau sebenarnya, wanita serakah yang tak tau diri. Kau menguasai u