Home / Romansa / Madu Dari Suamiku / Bab 6 Dasar Madu Busuk

Share

Bab 6 Dasar Madu Busuk

Author: Fatmah Ain
last update Last Updated: 2022-08-04 19:21:16

Sudah sebulan Lika tinggal di rumahku, tentu sebagai pembantu. Selama itu pula semua pergerakannya dan Mas Bagas berada dalam pantauanku. Aku sudah seperti CCTV, yang selalu aktif. Tak sekalipun kubiarkan mereka memiliki waktu berdua. Meskipun sedikit lelah, karena harus siaga 24 jam, menjaga Mas Bagas, tapi tak apalah, asalkan bisa mencegah hubungan mereka, akan aku lakukan. Bukan karena  cemburu ...  tidak sama sekali. Sejak aku tau Mas Bagas telah menduakanku, perlahan rasaku padanya terkikis, sedikit demi sedikit memudar.

Meski ku akui sulit untuk menghapus semua rasa yang ada, karena walau bagaimanapun, dua tahun bukanlah waktu yang singkat, meskipun juga tidak terlalu lama, tapi aku tidak  bodoh. Kewarasanku masih mendominasi.  Aku hanya tidak mau mereka bersenang-senang, sebelum urusan Mas Bagas denganku selesai. Setelah kami berakhir, barulah akan kuikhlaskan mereka berdua untuk bersama.

   Sejak Lika menjadi pembantu di rumahku, waktuku banyak untuk bersantai. Enak ternyata, semua pekerjaan sudah di ambil alih olehnya. Waktuku banyak untuk mempercantik diri. Gaji Mas Bagas pun aku yang mengatur. Kalau dulu aku cuek, berapapun yang pria itu berikan akan kusyukuri, tapi tidak untuk saat ini, dan kedepannya. Akan kuambil semua yang menjadi hakku, sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan suamiku itu.

Ting nong!  Ting nong!

   Sedang santai menonton TV, terdengar suara bel dari luar.

   "Lika ... Lika …." Dengan suara nyaring aku memanggilnya. Sengaja, biar kayak di tipi-tipi, kala majikan memanggil pembantunya. 

   Tapi sudah berapa kali panggilan, tetap tidak mendapat sahutan dari yang dipanggil. Entah kemana madu busuk itu. Suara melengking kayak gini, masih nggak didengarnya. Dasar budak.

   "Kemana sih, ini siLika. Pagi-pagi sudah hilang." Aku ngomel sendiri. Dengan malas kuangkat badan berdiri dan melangkah menuju pintu. Entah apa yang pembantu palsu itu lakukan di dalam sana. 

   "Hai, cinta ...." Suara yang sangat ku kenal menggema ke seluruh sudut rumah. Ternyata sandra yang datang. Pas memang Sahabatku ini datang, jadi aku punya teman ngerjain Alika, si madu busuk. Apalagi Sandara juga sepertinya memang kesal dengan maduku itu. 

   "Assalamu'alaikum," ucapku menyindirnya. "Kebiasaan, kalau masuk rumah tuh ucap salam, bukan can cin can cin, sudah kayak bule aja," ujarku lagi, menasehati sahabatku itu, tapi ia itu malah nyengir, nggak jelas.

   "Assalamu'alaikum ustadzah," balasnya tersenyum jahil, lalu mencolek dagu. Dasar Sandra.

   "Ayo masuk … tumben kemari? Kamu gak kerja?" tanyaku pada wanita cantik itu. Semenjak aku menikah, Sandra jarang sekali ke rumahku. Mungkin karena sejak awal dia tidak menyukai Mas Bagas. Apalagi sekarang, bertambah lagi rasa tidak sukanya pada suamiku itu.

   "Libur aku," ucapnya, diiringi langkah kakinya menuju sofa ruang tamu.

   Aku mengikuti langkah Sandra dari belakang. Sahabatku itu menghentikan langkahnya, hingga otomatis kakiku juga menghentikan langkah.

Perempuan bergamis marun, dipadukan dengan pasmina putih, yang hanya dikait peniti dibawah dagu, lalu satu hujung pasminanya diletakkan diatas bahu itu, celingak-celinguk. Seperti mencari sesuatu.

  "Madumu mana?" tanyanya sambari menaik turunkan alis antusias. Mungkin di otaknya sudah terbayang seribu macam rencana.

   "Lika ... Alika ...." teriakku nyaring. Sedari tadi aku memanggil, tapi madu busuk itu tak kunjung datang. 

   "Likaaaaaaa."  Sekali lagi aku berteriak. Wanita busuk itu memang memancing emosi.

   Dari arah dapur Bibik muncul. Wanita paruh baya itu berlari tergopoh-gopoh, menghampiriku dan Sandra di ruang tamu.

   "Iya, Bu," ucapnya, masih ngos-ngosan.

   "Lika mana, Bik? Dari tadi dipanggil nggak datang-datang." 

   "Itu, Bu. Nyonya Lika … eh, Lika lagi di kamar," ucap Bibik keceplosan. Ia langsung memegang mulutnya dengan sebelah tangan, lalu menundukkan kepala. Mungkin wanita yang hampir memasuki umur 50 tahun itu, takut karena keceplosan memanggil Lika nyonya. Kutanggapi hanya dengan senyum kecil. Aku tau, ibu palsu ini, mungkin takut pada Alika.

  Sandra mengerutkan keningnya heran. Mungkin sahabatku itu bingung karena Bibik memanggil Lika Nyonya. Sementara denganku hanya  memanggil Ibu. Aku memang belum sempat memberitahu apa status Lika di rumah ini pada Sandra. Makanya wanita itu terlihat bingung.

   "Ngapain jam segini masih di kamar, Bik?" tanyaku dengan nada jengkel. Berani-beraninya wanita itu. Dengan kasar aku mengangkat kaki, menapaki jejeran keramik berwarna putih, melangkah menuju kamar Lika,  yang di ikuti Sandra dari belakang.

   "Lika ... Lika ...." teriakku lantang. Tangan ini dengan kasar menggedor-gedor pintu kamar. Wanita itu benar-benar menguji kesabaranku. Dasar benalu!

   Baru saja tanganku ingin menggapai handle pintu, tapi Lika membukanya duluan dari dalam. Wanita itu muncul dengan rambut yang acak-acakan. Mataku melotot hampir keluar dari tempurungnya, kala melihat penampilan madu busuk suamiku ini, begitupun dengan Sandra.

   "Ini madu kamu, Wi?" tanya Sandra berbisik di telingaku. Kutanggapi pertanyaan sahabatku itu dengan sekali anggukan.

   "Ada apa sih, Dewi," tanyanya dengan nada malas.

   Astaga naga .…

Benar- benar tidak punya sopan santun. Berani sekali perempuan busuk ini. Tanpa banyak kata, aku melangkahkan kaki menuju dapur. Sampai di meja makan, kuisi gelas dengan air putih sampai penuh, dan tergesa-gesa balik ke kamar Lika.

   Byurrrr!

   "Banjir ...." teriak Lika, saat isi gelas di tangan kusiram ke kepalanya. Nyawanya belum sepenuhnya kembali ke alam nyata, dengan kasar wanita itu menyapu wajahnya dengan kedua tangan. 

   Sontak aku dan Sandra tertawa besar melihat madu busuk suamiku itu. Mungkin ini terlihat sedikit kejam, tapi salah sendiri, suruh siapa jam segini masih saja tidur. Bahkan ayam sudah menghambur ke luar kandang sedari subuh.  Lah … dia masih saja tidur. Dasar perempuan busuk!

   " Kamu keterlaluan," teriaknya. Mungkin nyawanya sudah kembali full, hingga bisa mengeluarkan suara dengan lantang.

  "Turunkan suaramu. Saya tidak budek," ucapku santai, sambil memeluk kedua tangan di depan dada.

   Lika seketika terlihat gugup. Wanita itu mungkin menyadari kesalahannya. Ia terlihat menelan air liurnya yang basi, saat matanya melihatku yang sedang menatapnya dengan sorot mata yang membunuh.

   "Saya menggaji kamu bukan untuk bersantai, dan tidur-tiduran. Kamu biarkan ibu kamu mengerjakan semua pekerjaan, sementara kamu hanya berpangku tangan. Dasar anak durhaka, masuk neraka tau rasa kamu!" ucapku panjang lebar. Sandra yang tidak mengerti perkataanku menatap bingung. Sahabatku itu mencolek pinggangku  dengan ujung jari telunjuknya, sebagai kode meminta penjelasan.

   "Iya, maaf," ucap madu busuk itu singkat.

   "Pokoknya, aku gak mau tau, sekarang kerjakan semua pekerjaan, biarkan ibumu istirahat. Bibik  istirahat aja ya, biar Lika yang menggantikan pekerjaan Bibik," ucapku. Sengaja kubuat nada seperti memerintah, biar perempuan busuk ini tau siapa dirinya.

   Antara ragu dan segan, Bibik masuk ke dalam kamar menuruti perintahku.

   "Sekarang, buatkan minum untuk tamu saya." Lagi aku menyuruhnya. Sebelum aku dan Sandra meninggalkan istri siri Mas Bagas itu, kulihat wanita itu tertunduk dengan bibir monyongnya. 

   "Dasar nenek lampir," umpat Lika yang masih bisa kudengar. Wanita itu berjalan dengan menghentakkan kaki, tapi bodo amat, aku gak peduli. Berani menggangguku maka siap-siap dengan pembalasan seorang Dewi.

   Sikapku tergantung bagaimana kamu. Jangan berharap kebaikan dariku, jika kamu saja masuk ke istanaku sebagai pencuri. Kau bisa mengambil Mas Bagas, suamiku, tapi jangan berharap bisa menjadi ratu. Karena level seorang ratu berbeda dengan selir. Bak langit dan bumi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Madu Dari Suamiku   Bab 69 Kehilangan Suami

    "Saat aku dan Mas Diki tau, kalau itu kamu. Kami berencana akan mendekatkan kalian. Kayak Mak comblang gitu," ucap Sandra dengan kekehan diakhir kalimat. Aku menyimak semua kalimat dari Sandra tanpa protes. Aku ingin mendengar kenyataan tentang Pak Rayhan. Entah kenapa, hatiku begitu antusias ingin mengetahui semuanya.Sandra menggerakkan kembali badannya ke posisi awal, sahabatku itu menatap langit-langit sejenak sebelum melanjutkan kata. "Wi ... Pak Rayhan itu sangat mencintai kamu. Dalam banget, aku dan Mas Diki saksinya. Dia mengorbankan semuanya untukmu. Bahkan saat dia tau kalau Bagas itu dalang dari putusnya kamu sama Andi, Pak Rayhan marah banget, tapi saat dia kembali, untuk mengungkap segalanya, kamu sama Bagas sudah menikah dan melihatmu bahagia, lagi-lagi dia mengorbankan perasaannya hanya untuk kamu, Wi. Kasian tau!" Dalam hati bersorak riang. Entah kenapa, ada rasa bahagia yang mengalir ikut serta dalam setiap aliran darah, memompa jantung berdebar kencang. Namun seka

  • Madu Dari Suamiku   Bab 68 Cinta Sejati

    Pak Rayhan mengantarku ke hotel tempat aku dan Sandra menginap. Alunan lagu menunggu kamu yang di bawakan oleh Anji, membuat aku semakin terbawa suasana sepanjang perjalanan. "Lagu ini untukmu." Suara Pak Rayhan memecah keheningan malam. Aku menautkan alis mengingat sesuatu. Ku miringkan badan menghadap Pak Rayhan yang sedang menyetir."Jadi ... lagu ini sengaja Bapak nyanyikan saat di pantai waktu itu?" Laki-laki beralis tebal itu melirik sebentar, dan mengukir senyum lalu melihat lagi lurus ke depan. Pembawaannya yang bersahaja, semakin menambah ketampanannya yang seakan tak hilang meski di telan gelap malam. Membuat hatiku berdecak kagum.Pak Rayhan mengangguk pelan. "Iya," jawabnya singkat, tapi memanah tepat di jantung hatiku. "Lirik lagunya, pas denganku yang sedang berjuang menunggumu, pemegang hati." Sumpah! Kata-katanya membuat aku meleleh. Aku yakin, wanita manapun akan mencair, dengan kata-kata Pak Rayhan barusan. So sweet sekali."Gombal." Astaga! Rasanya ingin ku cabe

  • Madu Dari Suamiku   Bab 67 Menikmati Rasa

    "Maksudnya?" Ku tautkan kedua alis. "Ya ... anda 'kan Pak Rayhan. Pria aneh yang selalu muncul dimana saja. Di pantai! Di rumah makan Padang! Di trotoar depan kantorku! Di bandara! Sudah kayak siluman," ucapku kesal. Sudah di depan mata saja, masih mau main teka-teki. Bertele-tele.Pak Rayhan menatapku dengan tatapan sayu, lalu menarik kedua sudut bibir. Mengukir senyum yang sangat terpaksa. Pria itu merogoh saku celana mengeluarkan remote, lalu balik badan menghadap layar. Ku perhatikan setiap gerakannya dengan melipat dahi. Heran dan penuh tanya.Aku menatap layar yang sudah berganti poto. Di depan sana, terpampang sebuah poto yang di dalamnya tercetak sosok dua pria. "Mas Andi," gumamku. Aku mengenali sosok yang sedang tersenyum menghadap kamera dengan merangkul pundak teman di sebelahnya. Namun tidak dengan pria berkacamata dengan rambut yang sedikit griting. Sekilas, seperti pernah melihatnya, tapi tidak mengenal."Iya ... dia Andi. Dulu kami adalah teman, dan sampai sekarang

  • Madu Dari Suamiku   Bab 66 Rayhan Aditya

    Ting!Lagi-lagi bunyi pesan masuk dari ponsel dalam genggaman. Sangat mengganggu, untuk sesaat aku merasa benci pada benda pipih yang sedanng ku genggam. Dengan ogah-ogahan jari bergerak membuka pesan. Sudah tau siapa pengirimnya, makanya membuka pun dengan setengah hati.[Kenapa belum bersiap, dan turun ke bawah. Katanya ingin tau siapa aku?] Segara kugerakan jempol membalas pesan misterius yang barusan masuk ke HPku.[Mau sholat isya' dulu! Emang kamu nggak sholat?] balasku dengan di iringi emoticon tersenyum miring.[BTW ... kamu cantik di bawah sinar bulan] Spontan kuangkat tangan ke atas hendak melempar ponsel yang ku pegang . Untung saja otakku berfungsi dengan cepat. Ku edarkan pandangan mengelilingi sekitar. Dari atas ke bawah dari samping ke sisi yang lain, tapi tak juga mendapati wujud pria yang menerorku. Balik badan, segera kuseret kaki masuk ke dalam kamar dengan perasaan frustasi. Kepala seraya mau pecah, memikirkan siapa dia. Jiwa penasaran meronta sampai ke ubun-ubu

  • Madu Dari Suamiku   Bab 65 Dewi Diculik

    Ting! HP di tangan bergetar seiring bunyi 'ting' yang melengking. Gagas ku alihkan pandangan pada benda pipih yang sedang menyala di tanganku. Dengan lincah jari-jari menari di atas layar.[Jangan bergidik. Aku bukan hantu, aku manusia.] Spontan leherku kembali bergerak memutar melihat sekitar. Hati mulai kesal, mengikuti teka-teki yang di ciptakan orang misterius yang hanya kukenal nomer telponnya saja. "Kenapa sih?" ucap Sandra penasaran. Wanita berparas ayu menundukkan kepalanya mendekat pada ponselku."Nah, baca sendiri! Kayaknya ada hantu yang mengikutiku," cetusku kesal. Sandra memandangku sesaat penuh tanya, sebelum membaca pesan yang ada di HPku."Penggemar rahasia ternyata," ucapnya tersenyum mengejek. Kucubit lengannya meluapkan rasa kesal. Bisa-bisanya dia masih bercanda sementara hatiku resah gelisah. "Aw ... sakit, Dewi," pekiknya seraya mengelus lengan yang barusan kucubit. Sahabatku itu meringis akibat rasa perih yang di ciptakan oleh cubitanku. "Rasain," dengusku

  • Madu Dari Suamiku   Bab 64 Pesan Misterius

    "Ayo, silahkan dimakan, Wi. Enak lho ini," ucap Rangga. Ku tanggapi dengan anggukan pelan.Rangga menikmati makanannya dengan lahap, namun tidak denganku. Baru dua suapan yang masuk ke dalam mulut, tapi mulutku menolak suapan yang ketiga. Alhasil, aku hanya mengaduk- ngaduk. Entah kenapa, pikiranku tertuju pada sosok Pak Rayhan. Meski sudah berusaha ku cegah, tapi entah kenapa sosok laki-laki aneh itu menerobos masuk ke dalam pikiran tanpa permisi."Kayaknya ... aku harus membenturkan kepalaku, agar kewarasan kembali," rutuk hati kecilku."Kenap nggak di makan? Nggak enak makanannya? Aku tukar ya." "Hah ... e–enak kok." Ku paksakan tersenyum lalu menyuap makanan ke dalam mulut, meski mulut menolak tapi tetap memaksa mengunyah.Rangga menatapku sejenak lalu melanjutkan kembali makannya. Pria bertopi di depanku ini, juga mungkin merasakan hal yang sama denganku, setelah ungkapan cintanya tadi. Sama-sama merasa canggung.Sebenarnya, dari dulu aku ingin sekali bisa dekat dengan Rangga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status