Share

2. Kedatangan Naga

Penulis: Bonamija(Mondi)
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-23 15:22:45

Malam semakin larut, Revan biasanya akan menghubungi Mayang sebelum tidur. Kali ini tidak, ia butuh menenangkan hati. Tidak semudah itu melepaskan seorang Mayang Mandasari. Rumah yang dibelinya beberapa waktu lalu di sebuah pinggiran Kota Jakarta bersama dengan Mayang akan diberikan untuk gadis yang namanya akan selalu di hatinya.

 

 

Hingga pagi menjelang, Revan sama sekali tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Rasa kantuknya hilang, entah menguap kemana. Bayangan air mata Mayang menghantuinya ketika nanti harus mengatakan sebuah kejujuran; dirinya dijodohkan.

 

 

"Pagi semua," sapa Adhyatsa saat semua sudah berkumpul di meja makan untuk makan pagi bersama. 

 

 

Kali ini Murni ikut duduk bersama dengan merak semua. Linda dan Santi tampak jijik menatap ke arah kakak iparnya. Revan paham dengan arti tatapan kedua tantenya. Tangan Murni mencekal lengan putra semata wayangnya; memberikan kode agar tidak membuat masalah pagi ini.

 

 

"Baik, karena sudah berkumpul, maka saya akan mengumumkan sesuatu. Minggu depan, kita akan kedatangan keluarga Haris Manggala. Jadi, Revan, kamu harus sudah putuskan hubungan dengan anak babu itu! Saya akan menepati janji ketika kamu sudah memutuskan hubungan dengan anak babu itu!" Tatapan tajam seperti pedang menghunus tepat ke arah Murni dan Revan. "Kamu bersedia? Jika tidak, Bunda kamu akan tetap menjadi babu di rumah ini," lanjutnya dengan sombong.

 

 

Revan menghela napas dengan kasar. Tidak bisa menerima ucapan Kakeknya. Ia tidak habis pikir, mengapa hingga saat ini Adhyatsa masih saja membenci sang bunda. Kebencian yang tidak berdasar.

 

 

"Baik." Revan hanya menjawab singkat dan dingin ucapan Adhyatsa. Saya pergi kerja dulu," lanjutnya sambil beranjak hendak meninggalkan meja makan.

 

 

Revan berangkat ke kantor tanpa sarapan terlebih dahulu. Rasa laparnya mendadak hilang seketika. Muak dengan sikap sang kakek yang otoriter dan selalu merendahkan sang Bunda. Baginya, Bunda adalah wanita yang paling baik.

 

 

Sesampainya di kantor, semua karyawan mengangguk sebagai rasa hormat pada calon pewaris perusahaan ini. Revan--cucu Adhyatsa yang sikapnya sangat dingin itu disegani oleh banyak pihak tanpa kecuali. Tangan dinginnya saat mengerjakan tender dengan berbagai perusahaan selalu mendatangkan hasil. Baru kali ini saja Adhyatsa Group mengalami kemerosotan tajam.

 

 

"Hardi, tolong semua berkas yang harus saya tanda tangani bawa ke meja saya, sekarang!" Revan memerintah sekretarisnya yang sudah bekerja selama satu tahun belakangan. 

 

 

Revan sengaja mencari sekretaris laki-laki karena mereka tidak akan menyusahkan. Bukan karena kelainan seksual yang dideritanya seperti berita yang entah datang dari mana. Dulu, Anggi--sekretaris Revan selalu saja merepeotkan. Mulai baju yang terbuka bagian dada dan paha dan betapa leletnya pekerjaan wanita itu.

 

 

Hingga Revan memutuskan untuk memberhentikan kerja wanita itu. Hardi dengan sigap mengambil semua berkas yang harus dipelajari oleh Revan dan mengekor di belakang calon pewaris perusahaan ini. Hardi tidak banyak bicara saat, ia lebih banyak bekerja dan hasilnya selalu memuaskan Revan. 

 

 

"Baik, Pak," jawab Hardi yang sudah membawa tumpukan berkas yang diinginkan oleh Revan.

 

 

"Oh, ya, bagaimana kontrak kerja sama kita dengan Cakra Buana?" tanya Revan dengan nada dingin.

 

 

"Mereka belum memutuskannya, Pak. Ada kemungkinan tawaran kerja sama kita ditolak oleh Pak Bima." Hardi sangat takut saat menyampaikan informasi ini.

 

 

Revan berhenti sejenak. Ia harus mencari cara agar beberapa perusahaan mau bekerja sama dengan Adhyatsa Group. Mereka kalah saing dalam hal modal dan banyak perusahaan besar meragukan perusahaan milik kakeknya itu. Hardi sangat takut karena pagi ini raut wajah Revan sangat suram. 

 

 

"Baiklah. Biar aku cari cara lagi untuk meyakinkan mereka. Kamu bisa kembali untuk bekerja," kata Revan saat hendak masuk ke ruangan kerjanya. 

 

 

Waktu sudah semakin mendesak. Tagihan bank juga tidak bisa ditunda lagi. Banyak karyawan yang meminta haknya untuk gaji dua bulan. Mendadak kepala Revan berdenyut nyeri. 

 

 

Tidak ada pilihan lain kecuali setuju dengan apa yang dikatakan oleh sang kakek. Minggu depan, ya, minggu depan mereka akan mengadakan pertemuan dengan keluarga Haris Manggala. Revan sama sekali tidak punya pilihan. Rencananya akhir pekan ini akan ke Bandung untuk menemui Mayang. 

 

 

"Selamat siang, Pak. Ada tamu yang menunggu di luar. Bolehkah diizinkan masuk?" Hardi tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang kerja Revan saat ini.

 

 

"Kamu bisa ga sih ketuk pintu dulu! Ga sopan! Aku sibuk ga bisa terima tamu dari mana pun!" Revan sedang tidak ingin diganggu saat ini.

 

 

"Tapi, mereka dari perusahaan Cakra Buana. Ada perwakilan mereka yang hendak bertemu dengan Bapak sekarang," kata Hardi sambil memberikan informasi pada Revan.

 

 

Revan meletakkan penanya di atas meja dengan kasar. Moodnya sedang turun naik. Seolah takdir sedang mempermainkannya saat ini. Sama sekali tidak mempunyai pilihan lain.

 

 

"Minta masuk mereka. Atau di ruang khusus tamu saja," kata Revan sambil beranjak dari kursi kebesarannya itu.

 

 

"Ba-baik, Pak." Hardi segera menemui utusan sari Cakra Buana Group.

 

 

Revan segera menuju ke ruang khusus tamu. Ia sudah bisa menduga jika Pak Naga--utusan dari Cakra Buana akan memberikan kabar buruk kali ini. Revan hanya perlu mempersiapkan diri saja saat ini. Gagal bekerja sama dengan mereka akan membuat perusahaan ini semakin terpuruk. 

 

 

"Selamat siang Pak Revan," sapa Pak Naga dengan ramah.

 

 

Revan menyambut uluran tangan Pak Naga dan mempersilakan laki-laki dengan kisaran usia tiga puluh tahun itu untuk duduk. Naga adalah anak dari pemilik perusahaan Cakra Buana. Entah apa yang membuatnya datang ke kantornya saat ini.

 

 

"Jadi?" tanya Revan langsung pada pokok permasalahannya.

 

 

"Tenang, Bro, ga usah terlalu formal. Kedatanganku saat ini, hanya ingin menawarkan kerja sama. Ya, kerja sama kita memang hampir gagal. Tapi, aku berubah pikiran. Gimana kalo kita bagi hasil enam puluh dua untuk Cakra dan sisanya untuk Adhyastsa? Lumayanlah agar perusahaan ini ga langsung bangkrut," kata Naga sambil tersenyum jumawa merasa bisa menekan perusahaan kakek Revan ini.

 

 

Dada Revan kembang kempis mendengar ucapan Naga. Sebuah penghinaan terselubung. Membalut penghinaan dengan embel-embel kerja sama yang membuatnya muak. Orang-orang seperti Naga memang tidak layak untuk diajak kerja sama.

 

 

"Maaf, saya tidak bisa. Jika ada keuntungan maka pembangiannya harus adil. Lima puluh-lima puluh. Bukan seperti yang Anda sebutkan tadi. Tidak apa perusahaan ini gagal mendapatkan tender dari perusahaan Cakra Buana. Sukses selalu," kata Revan dengan dingin dan sambil beranjak pergi dari ruang tamu perusahaan.

 

 

Naga tidak terima dengan perlakuan dan sikap Revan yang dianggapnya tidak sopan. Bocah ingusan yang sok pandai! Naga memang mempunyai tujuan jahat; membuat perusahaan Revan bangkrut secara perlahan. Caranya dengan mengubah pembagian hasil keuntungan bersama. 

 

 

"Tunggu! Penolakanmu dengan sombong akan mempersulit keadaan perusahaan ini. Ingat, pengaruh Cakra Buana sangat besar saat ini!" Naga mencekal lengan Revan dengan kasar.

 

 

Revan segera melepaskan cekalan tangan Naga dengan cepat. Ia menatap tajam ke arah Naga yang saat ini sedang merasa di atas angin. Lihat saja besok dan seterusnya, Revan akan membuat perusahaan milik keluarga Naga akan bertekuk lutut di bawah kaki perusahaan ini.

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   Akhir Cerita

    Tidak butuh waktu lama, Angga segera menemui kedua orang tua Ara. Angga sama sekali tidak mau membuang waktu percuma. Ia benar-benar mencintai sosok Anggara Manggala. Angga tidak peduli dengan status janda yang melekat pada Ara.Keluarga besar Angga juga menerima siapa pun calon menantu mereka. Hal terpenting adalah, mereka bisa saling mencintai dan kelak hidup dengan bahagia. Calon mertua Angga adalah orang biasa. Mereka pernah dibantu oleh Haris Manggala secara finansial."Terima kasih Pak Haris menerima lamaran dari putra kami," kata Suminto yang merasa sangat bersyukur setelah lamaran mereka diterima baik oleh keluarga besar Haris Manggala. "Sama-sama. Saya tidak mungkin menolak lamaran Angga. Saya tahu bagaimana karakter Angga. Angga sosok pekerja keras dan satu, dia setia." Haris memuji sosok calon menantunya. "Ara pernah gagal dalam rumah tangga. Semoga Angga adalah jodoh terbaik untuk anak saya," kata Haris penuh harapan."Saya juga berharap seperti itu. Nak Ara orang yang ba

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   107. Jawaban

    Revan menatap tajam Mayang. Ia menduga jika ibunya Kala mengatakan hal buruk pada Ara. Mayang tidak bisa ditebak isi pikiran dan hatinya. Revan merasa telah menikahi orang yang berbeda."Aku permisi," kata Ara tidak mau ikut campur masalah rumah tangga mereka.Ara melirik sekilas ke arah anak laki-laki kecil itu. Hatinya sangat sedih karena anak Revan berkebutuhan khusus. Anak itu tidak terawat dengan baik karena faktor ekonomi. Akan tetapi, Ara tidak bisa berbuat banyak untuk mereka."Ra, maukah kamu menikah kembali dengan Mas Revan?" Pertanyaan Mayang sukses membuat langkah Ara terhenti seketika. "Aku akan mundur dan tidak lagi mengganggu kalian nantinya. Aku sadar, aku banyak salah dan sudah sangat jahat padamu," lanjut Mayang yang saat ini meneteskan air mata.Tubuh Ara mendadak kaku dan tidak mau menoleh lagi. Ia merasa sakit ketika mendengar permintaan Mayang. Rasa cinta yang dipendam untuk Revan mendadak hilang begitu saja. Entahlah, hanya Ara dan Tuhan saja yang tahu."Ra, aku

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   106. Reuni

    Penundaan jadwal reuni kampus Ara membuat Revan frustasi. Ia harus semakin lama menunggu bertemu dengan mantan istri pertamanya itu. Padahal, Revan sudah mempersiapkan semua hal dengan baik. Kini terpaksa harus menyimpan semua itu.Sementara itu, Ara memutuskan untuk membuka hati untuk Angga. Ia menyadari satu hal, tidak semua laki-laki sama di dunia ini. Angga tampak sangat baik dan sopan. Sosok Dokter itu juga sangat menghormati wanita."Sudah lama di sini?" tanya Ara saat baru saja keluar dari dapur dan melihat Angga duduk seorang diri di ruang tamu.Angga terjengit kaget karena sedang sibuk melamun saat ini. Ia pun segera beranjak dari duduknya. Ara tersenyum melihat tingkah Angga. Ia menatap ke arah Dokter muda itu."Maaf, aku nggak bermaksud mengejutkan," kata Ara dengan tulus."Oh, tidak. Aku hanya ...." Angga tidak melanjutkan ucapannya."Ada apa? Ada yang ingin dibicarakan dengan Bu Salamah?" tanya Ara sambil menatap Angga yang tampak cemas.Biasanya Angga akan berbicara deng

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   105. Pernikahan Hardi

    Sejak kejadian itu, Angga dan Ara dekat. Hanya saja, Ara membatasi kedekatan itu dan hanya sebagai teman. Angga hingga saat ini tidak tahu siapa Ara. Andai ia tahu, maka akan sangat terkejut. Angga mengenal siapa sosok Haris Manggala.Ara sama sekali tidak pernah menyebutkan siapa kedua orang tuanya. Hanya sesekali saja ia menemui kedua orang tuanya. Padahal, sudah hampir tiga tahun bercerai dengan Revan. Ara masih ingin mengobati hatinya."Aku boleh datang ke rumah orang tua kamu?" tanya Angga saat berada di panti asuhan ini."Untuk apa?" tanya Ara sambil tersenyum ramah seperti biasa.Bukan tidak paham arah pembicaraan Angga, hanya saja, Ara tidak mau gegabah dalam banyak hal. Ia masih menutup hati untuk banyak orang. Entah akan sampai kapan, tidak ada yang tahu. Ara juga menolak mentah-mentah cinta Angga dan hanya ingin menjalin hubungan pertemanan saja."Aku ingin melamar kamu pada kedua orang tuamu. Kamu tidak mau pacaran bukan?" tanya Angga sambil menatap intens ke arah mata Ara

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   104. Terpaksa Menjual Aset

    Revan akhirnya menjelaskan pada Mayang jika mengalami kelumpuhan akibat terjatuh tadi pagi. Tentu saja, Mayang sangat syok. Ia tidak bisa menerima keadaan dirinya saat ini. Menyakitkan karma yang harus diterimanya. Revan terpaksa membawa Mayang pulang karena biaya rumah sakit pasti akan membengkak jika Mayang lama dirawat."May, rumah itu mending dijual aja. Toh, itu semua aku yang beli." Revan memaksa Mayang untuk menjual rumah yang telah diubah menjadi kafe."Mas, itu satu-satunya aset kita, kalo kita jual, kita nggak akan punya apa-apa lagi," kata Mayang menolak menjual rumah pemberian Revan."Ck! Kamu tahu nggak? Kebutuhan semakin banyak dan aku banyak nganggur! Jual aja," kata Revan yang tidak sabar dengan sang istri.Mayang mengembuskan napas kasar saat ini. Ia hanya bisa duduk di kursi roda saja sekarang. Darsih tidak pernah datang lagi sejak kejadian beberapa waktu yang lalu. Mayang kali ini merasa sangat membutuhkan sosok sang ibu."Mas, kalo dijual dan kita nggak punya usaha

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   103. Karma

    Masa lalu menyakitkan tidak akan membuat seseorang dengan mudahnya memaafkan. Rahman--saksi kunci yang dulu hampir dibunuh oleh Murni ternyata berhasil selamat. Kedatangan sosok laki-laki yang usianya hampir sama dengan Murni itu sontak mengejutkan banyak orang, terutama Murni dan Adhyatsa. Revan jelas tidak mengenal sosok yang kini berdiri dengan angkuh di depan mereka semua."Ka-kamu masih hidup?" tanya Murni yang saat ini wajahnya tampak sangat pias."Ya! Setelah kamu berusaha meleyapkan nyawaku, kini aku masih berada di sini. Tuhan masih berbaik hati denganku. Murni, bersiaplah menerima hukuman." Rahman mengatakan dengan nada dingin saat ini.Semua terdiam, suasana pun mendadak hening. Rahman dengan amarah dan dendamnya pada Murni. Akan tetapi, tak lama polisi datang untuk menangkap Murni. Revan tidak bisa berbuat banyak saat ini.Semua sudah jelas, Revan bukan anak kandung Panji Adhyatsa. Ia merasa sangat sakit saat ini. Revan salah satu korban dari keserakahan Murni. Tidak ada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status