MasukYanto terdiam sejenak, hatinya seolah tak mempercayai semua itu.
"Ya, sudah. Nanti abang tegur mbakmu itu dan untuk ibu gendut yang menganiaya kamu itu, apa kamu tahu siapa namanya?"
"Bu Lela, Bang."
"Baiklah, besok-besok kalau abang ketemu dengan ibu itu, abang akan minta pertanggungjawabannya karena sudah membuat kamu seperti ini."
"Terimakasih, Bang."
"Ya, sekarang kamu pergilah membersihkan tubuhmu dan kemudian istirahat saja. Untuk sementara jangan kemana-mana dulu. Sekarang abang harus segera balik ke kantor."
Seperti tiba-tiba teringat sesuatu, Runi pun bertanya.
"Oh ya, Bang. Abang kenapa bisa ada di rumah jam segini? Bukankah Abang harusnya ada di kantor saat ini?"
"Abang pulang ke rumah karena ada berkas abang ketinggalan dan berkas itu diperlukan untuk meeting siang nanti," jelas Yanto.
"Oh gitu. Ya udah, kalau gitu hati-hati ya, Bang," ucap Runi.
Yanto mengangguk dan setelahnya dia segera berjalan menu
Setelah memperhatikan beberapa saat, orang misterius itu segera pergi berlalu dari sana dengan langkah lebarnya.Sementara itu, ketiga orang yang tidak menyadari bahwa tadi mereka sedang diawasi tampak masih sibuk keluar masuk toko mencari barang yang diinginkan.Setengah jam berlalu dan akhirnya Randy berhasil menemukan hadiah yang disukainya. Wajah Randy tampak sumringah, sebelah tangannya menenteng sebuah paper bag yang berisikan hadiah yang sudah dibungkus kertas kado yang cantik.Di sisi lain, Yanto pun merasa lega karena ini berarti dia bisa segera pulang ke rumah. Hatinya sedikit was-was karena dia tidak memberitahukan kepergiannya kali ini kepada Viana.Hal ini lantaran baterai ponselnya mendadak lowbat dan dia tidak membawa charger ke kantor sehingga dia tidak bisa menghubungi Viana.Oleh karena itu Yanto merasa yakin bahwa pada saat ini Viana pasti sedang cemas menunggu kepulangannya karena tidak biasanya dia pulang terlambat tanpa member
"A-Apa? Om ikut sama Randy?" tanya Yanto balik untuk meyakinkan pendengarannya"Iya, Om. Adek, om dan mama. Kita bertiga pergi bersama-sama. Om mau ya?" Randy bertanya dengan penuh harap.Yanto menjadi bingung dan serba salah untuk menjawabnya. Di satu sisi dia ingin menolaknya, tapi di sisi lain dia merasa tak tega untuk mengabaikan permintaan Randy, apalagi dia juga segan kepada Feyla kalau sampai menolak."Om, mau ya Om? Kalau Om gak mau, aku gak mau makan lagi," rajuk Randy memasang wajah cemberutnya.'Waduh, bagaimana ini. Apa yang harus aku lakukan? Ikut atau tidak...ikut atau tidak...' Yanto menimbang-nimbang dalam hati.Kesempatan ini langsung dimanfaatkan oleh Feyla untuk memaksa Yanto dengan cara halus."Maafkan Randy, Mas. Dia memang kayak gitu. Kalau sudah nyaman sama seseorang, dia susah lepas dari orang itu. Mau nya orang itu selalu ada di sampingnya dan jika dia merasa nyaman dengan Mas, mungkin karena dia melihat sosok ayahny
Sejak saat itulah, sekarang setiap pulang sekolah, Randy tidak langsung pulang ke rumah, tetapi dia datang ke kantornya Feyla untuk bertemu dengan Yanto.Yanto tidak merasa keberatan akan hal ini. Dia justru senang karena dalam hatinya telah tumbuh kasih sayang untuk Randy. Kerinduan Yanto yang begitu menginginkan kehadiran seorang anak dalam pernikahannya kini terobati dengan kehadiran Randy.Rekan-rekan satu divisinya yang melihat hal tersebut mulai sibuk berspekulasi atas kedekatan keduanya."Eh, Dik, Lo ngerasa ada yang aneh gak tentang hubungan Yanto dengan Randy?" cetus Joni di kala Yanto dan Randy sedang keluar pada jam istirahat siang itu."Aneh gimana?" Dika malah balik bertanya."Yaelah... payah Lo, Dik. Masak Lo gak bisa ngeliat keakraban antara Yanto dan Randy, anaknya Bu Feyla. Chemistry mereka itu lho, seperti ayah dan anak," ungkap Yanto.Dika terlihat berpikir sebentar."Oh, itu. Iya, gue ngerasa juga, sih. Tapi untuk
"Sudahlah, Dek, Runi. Jangan berdebat lagi. Tidak enak didengar oleh Randy," lerai Yanto sambil menunjuk ke arah Randy yang tengah bergantian menatap Viana dan ibunya dengan ekspresi bingung.Viana melirik ke arah Randy dan kemudian memutuskan untuk mengambil sikap diam guna menjaga perasaan Randy.Akan tetapi, Runi yang masih belum puas mengeluarkan unek-uneknya terus berbicara dengan ngegas."Cih, sok selangit banget gayanya. Kalau suami sampai berpaling, harusnya istri instrospeksi diri dong, apa kurangnya dia. Jangan sedikit-sedikit nyalahin orang. Nggak fair banget, sih. Dia yang salah, orang lain yang kena getahnya.""Runi, CUKUP! Jangan banyak bicara lagi!" bentak Yanto tanpa sadar. Bagaimanapun juga, dalam hatinya dia tidak terima istrinya dijelekkan di depan orang apalagi menurutnya topik pembicaraan makin ngawur dan melenceng kemana-mana.Bentakan Yanto spontan membuat Randy terkejut. Bocah itu melongo dan menatap Randy sedikit takut. Per
"Ayo, Randy! Kita pulang sekarang!" ketus Feyla dengan raut wajah setengah masam saat dia sudah berada di teras rumah dimana Yanto dan Randy sedang asyik bermain mobil-mobilan di lantai teras. Sikap ketus yang Feyla tunjukkan itu bukan lagi settingan tetapi sungguhan. Perasaan dongkolnya menyebabkan Feyla untuk sesaat lupa bahwa dia dan Runi tengah menjalankan sebuah sandiwara saat ini.Mendengar suara Feyla, dua lelaki berbeda usia itu serentak mendongakkan kepala menatap ke arah Feyla."Yah...kok cepat kali pulangnya, Ma. Randy kan lagi asyik main sama om Yanto," protes Randy.Mendengar nama Yanto disebut, seketika itu juga Feyla tersadar akan sikap ketusnya dan dalam hati dia merasa was-was dan berharap Yanto tidak sampai menyadari hal tersebut. Bagaimanapun juga, saat ini dia ingin membangun image sebagai perempuan baik yang lemah lembut di hadapan Yanto.Oleh karena itu, dengan cepat dia segera memasang senyum manisnya walau terkesan dipaksakan.
Feyla yang memahami makna kedipan mata tersebut mengangguk kecil."Mmm...ini, aku ke sini mau ngasih ini ke kamu," ucap Feyla seraya menyodorkan sebuah paper bag ke arah Runi."Wah, apa ini, Kak?" tanya Runi dengan wajah berseri.Memang hal inilah yang Runi harapkan dari sandiwara ini. Dia sengaja memilih hari ulang tahunnya untuk dijadikan momen mereka melaksanakan rencana mereka itu dengan tujuan agar Feyla datang ke rumahnya dengan membawa hadiah karena Runi sudah memperkirakan bahwa tidak mungkin Feyla datang ke sana dengan alasan memberi selamat ulang tahun kepada Runi tanpa membawa hadiah apa pun."Ini hadiah untuk kamu. Kamu ulang tahun kan hari ini? Selamat ulang tahun ya," ucap Feyla tersenyum manis sambil melirik sekilas ke arah Yanto yang masih setia menjadi penonton interaksi mereka berdua."OMG, ternyata Kakak ingat juga hari ulang tahunku. Wah, aku sungguh terharu sekali, Kak. Aku kira Kakak bakalan lupa karena kita sudah lama lost co







