Share

Bersiaplah Malam Ini

Author: Herlina Teddy
last update Last Updated: 2023-03-07 21:31:50

Bab 4

"Apa benar, orang yang membenci kita, lama kelamaan bisa jatuh cinta kepada kita?"

Tadi di kantin, Giandra terpaksa harus menutup mulutnya dan tak meminta tanggapan Karina. Ia tak nyaman keberadaan Irvan di sana. Meski tak suka tetapi bukan berarti ia bisa mengusirnya. Itu tempat umum dan siapa saja boleh mengunjunginya. Apalagi suasana di sana cukup ramai, ia tak mau memantik kerusuhan dengan mengomel saat Irvan sengaja merayu dan menggombal. Ia menahan padahal kupingnya panas dan gatal. Ia berusaha secepat mungkin menyelesaikan aktifitas makan dan segera pergi meninggalkan kantin.

"Maksud kamu, Pak Darren, ya?"

"Ih, sembarangan aja kalau ngomong." Cepat sekali Giandra menebas kalimatnya.

"Lalu?"

Tatapan itu penuh membidiknya. Karina bisa menebak jalan pikirannya karena Gian pernah bercerita sekilas tentang sikap sinis dan dingin si atasan. Hanya sepintas saja, tidak begitu detail.

"Bukan siapa-siapa. Aku hanya sekadar tanya doang. Apa ada kemungkinan seperti itu?"

Karina menggeser sedikit kursi ke arah meja Giandra yang kebetulan duduk bersebelahan. Jam istirahat akan usai sepuluh menit lagi, mereka masih punya waktu mengobrol atau berleha-leha sebelum harus fokus dengan beberapa desain mebel yang akan dikumpulkan dalam waktu dekat.

"Menurut penelitian dari London, sih, mengemukakan bukti bahwa batas antara perasaan benci dan cinta memang sangat tipis."

Gian mengosongkan ruang dalam otak agar bisa mencerna kalimat dari artikel tersebut. Dalam hati, wanita itu menaruh kagum kepada si jenius berkacamata yang sedang menatapnya intens. Meski ada beberapa bagian yang Gian begitu paham maksudnya.

"Jadi saranku, sebaiknya kita jangan terlalu benci atau terlalu cinta kepada seseorang. Karena apa? karena bisa jadi perasaan itu akan berubah dan berbalik tanpa kamu sadari."

Kalimat terakhir beriringan dengan jari telunjuk Karina mencolek hidung Giandra sembari tersenyum menggoda. Tanpa sadar, Gian membalas senyuman tipis. Otak dalam tempurung kepalanya sekilas mengingat sorot mata berani nan tajam milik Darren.

***

"Sorry, Gi. Kamu terpaksa harus tinggal di sini dulu. Mas Darren tidak ...."

Menjeda kalimatnya, Emma sedang memikirkan lisan yang pas agar menjaga perasaan adik madunya. Sembari meletakkan koper ke ruang tengah, otaknya terus mencari alasan yang cocok. Sore itu, sepulang kantor, Emma mengantarnya ke tempat tinggal baru.

"Tak mau tinggal bareng aku, ya?"

Perempuan bermata bulat itu mencoba menebak dan yakin tebakannya benar. Sikap penolakan Darren di malam pertama dan hari kedua sudah menjawab semuanya.

"Bukan, bukan itu. Mas Darren hanya tidak mau para tetangga atau kerabat tahu soal ini, pas mereka datang mengunjunginya, dan melihat kamu ada di sana. Dia belum siap menerima kenyataan kalau sudah menikahi kamu sebagai istri sirinya. Karena, hm ...."

Kentara sekali Emma dengan susah payah menjelaskan keinginan Darren sebenarnya. Yaitu tak ingin sering melihat dan tak mau satu atap dengan istri barunya.

"Iya, Bu. Aku paham, tidak perlu menjelaskan secara detail. Aku juga tidak begitu mengharapkan pengakuan status istri Pak Darren. Aku tahu batasanku yang hanya dibayar karena sebuah perjanjian di atas kertas."

"Kamu tahu, kan, dia sangat mencintaiku. Dia belum bisa berpaling. Dia tipe pria yang setia."

"Beruntung Bu Emma punya suami seperti dia."

"Kamu jangan terlalu sering memujinya. Aku tidak mau kamu punya hati kepada suamiku. Tugasmu hanya menerima benih lalu melahirkannya dalam keadaan sehat. Hanya itu, aku harap kamu tidak menghianatiku kelak."

Wanita itu pun berlalu tanpa menunggu jawaban Giandra. Langkah kakinya berhenti di depan kamar dan masuk ke sana.

"Ini kamarmu."

Giandra pun mengekori dan mengedar pandangan ke seluruh ruangan yang serba cokelat muda dan putih. Bersih dan harum. Perabotan terbuat dari kayu mahal nan artistik. Kasur berukuran king lengkap dengan selimut cokelat senada dengan kain seprai.

"Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa hubungi aku. Japri saja. Satu hal yang harus kamu prioritaskan selama tinggal di sini yaitu tolong jaga kebersihan apartemen. Mas Darren tidak suka kotor. Dulu, ini tempat tinggalnya sebelum kita menikah. Dia tinggal sendiri tapi bisa menjaganya hingga masih bersih dan rapi seperti ini."

Giandra mengangguk paham dan terus mengikuti langkahnya dari belakang. Emma menunjukkan letak dapur, kamar mandi sampai balkon yang letaknya di kamar. Namun, ada satu tempat yang tidak dipublikasikan Emma.

"Itu kamar apa, Bu?" tanya Gian setelah Emma hanya melewati ruangan itu.

"Itu, itu diabaikan saja. Aku juga tidak tahu persis apa isi di dalam sana. Mas Darren tidak mengizinkan siapapun membuka pintu dan kuncinya pun aku tak tahu letaknya ke mana."

Meski katanya tidak diizinkan, entah mengapa justru Giandra semakin tertantang untuk mengetahui ada rahasia apa di balik kamar itu. Jiwa kepo dalam hati mulai meronta-ronta.

"Aku harus tahu rahasia apa yang tersimpan di balik pintu itu." Gian bergumam dalam hati.

***

"Gian, bersiaplah. Suamiku sudah menuju ke apartemen. Gunakan pakaian dinas dan parfum yang aku belikan kemarin. Bersikaplah manis dan lembut agar malam ini berhasil. Jika semuanya sesuai rencana, kamu bisa bebas dengan cepat. Jangan mengecewakan aku."

Angka dialog di ponsel menunjukkan delapan lima belas tatkala pesan di aplikasi hijau dari Emma diterimanya dengan setengah hati. Jujur, ia belum siap dan rela menyerahkan kehormatannya untuk pria yang tidak dicintai, kendatipun berstatus suami. Bimbang merajai hati.

Bagaimana kalau pria itu benar-benar datang? Apa yang harus dilakukan? Dia belum pernah melakukannya meski dia sering mendengar cerita atau curhatan hati teman sosialita maupun teman kerja di EO. Ini akan menjadi pengalaman pertama yang ia sendiri tak begitu mengharapkannya.

Terkadang, ia berpikir. Istri siri dan istri simpanan, di mana letak perbedaannya? Tetap tersingkir dari kehidupan yang sesungguhnya. Tetap menjadi yang kedua, bukan? Selalu menjadi bahan olokan atau sindirian orang, bukan begitu? Miris, dia sama sekali belum pernah kepikiran akan menyandang sebagai duri dalam daging rumah tangga orang.

Namun, nasi sudah menjadi bubur. Sertifikat rumah juga sudah ada di tangan ibu, biaya kuliah setahun juga sudah masuk ke rekeningnya. Hanya sisa pembayaran selanjutnya akan diterima jika ia berhasil melahirkan bayi dari Darren.

Jam sepuluh malam, langit semakin menghitam. Ratu malam bergantung di sana cukup menenangkan hati yang gundah. Pemandangan malam yang sangat ia sukai sejak dulu, membawanya terlempar ke masa lalu.

"Mana uangnya, Bu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
D'naya
Makin seru nih
goodnovel comment avatar
D Lista
giandra menurut sama emma
goodnovel comment avatar
Silver Girl
semangat Gian
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42D I Promise You

    Gian menghentakkan tangan Darren yang menggenggam tangannya saat mereka sudah menginjak lantai kantor."Kenapa?" Tanpa melepasnya, dia menoleh ke arah Gian sambil terus berjalan menuju lift."Nggak enak dilihat anak-anak. Aku jadi grogi."Tersenyum lebar, Darren malah mengganti posisi tangan, merangkul bahu wanita yang jalan bersisian dengannya."Mas!" Mata Gian semakin melotot."Kamu istri sah sekarang. Kenapa malu? Ini kamu lihat apa yang aku bawa?"Gian menggeserkan bola mata menuju ke arah tangan yang memegang setumpuk kartu undangan. Dia mengerutkan kening lalu mendongak kepala mencari jawaban."Karyawan di sini harus kenal dengan nyonya Lesmana yang baru dan aku akan mengundang mereka semua.""What?"Tanpa memberi kesempatan Gian melayangkan protes, Darren membawanya masuk ke dalam lift bersama karyawan lain yang menyembunyikan rasa ingin tahu. Darren tampak tak peduli sedangkan Gian ber

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42C Keputusan Emma

    Pria itu Agung Wirawan yang kebetulan bertemu dengan Lidya di London dan berkenalan. Sudah lama dia tak pulang ke Indonesia sampai akhirnya dia menemukan flash disk rekaman CCTV. Entah siapa yang memindahkan rekaman itu ke dalam flash disk yang tak sengaja dia temukan di meja kerja sang papa.Di sana terlihat jelas Puspa memasukkan sesuatu ke dalam minuman si suami di dapur. Lalu, tak lama pria itu mendatangi meja makan dan meminumnya setelah disuguhkan Puspa. Hanya butuh sepuluh detik, papa Agung kejang dan mengeluarkan buih dari mulutnya. Sementara Puspa melipat tangan ke depan dada dan tak terlihat panik sama sekali. Sampai akhirnya, tubuh suaminya lemas dan melosot ke lantai."Mama membunuh papa?"Setelah menyaksikan sepotong cuplikan di layar laptop, mulut Emma membeo dengan pelan."Jangan panggil dia Mama. Dia bukan mama kita. Mama kita sudah tenang di surga. Wanita keji itu tak lain adalah seekor binatang yang kejam. Demi menguasai semua ha

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42B Kakak Emma

    "Jangan bunuh anakku! Pergi kalian! Pergi!"Suara keras memenuhi ruangan 3x3 meter. Dengan tangan yang terikat, terselip di baju khusus rumah sakit jiwa, Puspa meronta. Terkadang dia tertawa tak jelas ketika melihat sesuatu yang lucu baginya."Apa lihat-lihat? Belum pernah lihat wanita kaya dan cantik seperti aku?" Tawa di akhir kalimat itu membuat bulu kuduk Gian dan Emma merinding. Mereka tak diperbolehkan masuk karena khawatir Puspa akan melukai dan bertindak kasar. Mereka berdiri di depan pintu dengan jendela kaca di tengahnya. Hanya dengan cara ini, mereka bisa melihat wanita yang sudah divonis menderita gangguan jiwa oleh dokter.Seminggu lalu, saat melihat darah mengalir keluar dari perut Irvan, Puspa merasa sangat menyesal. Tidak sengaja telah menghilangkan nyawa darah dagingnya sendiri. Tak lama kejadian itu, beberapa polisi serta Darren masuk ke dalam ruang yang beraroma amis dan tak menemukan Gian.Emma. Wanita itu duduk sambi

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 42A Ajukan Banding

    Mendengar kabar duka itu, Gian sangat terpukul. Dia tak menyangka bayi dalam perutnya tidak bisa bertahan sampai dia dilahirkan. Namun, dia tahu rasa nyeri di perut semalaman itu sudah memberi isyarat bahwa kondisi si janin sedang tidak baik-baik saja. Tidak ada yang bisa disesali, bukan kesalahan Darren karena terlambat datang menolongnya. Keesokkan harinya, Gian terpaksa menjalankan tindakan kuret yang ditemani Darren. Dokter mengizinkan lantaran wanita itu butuh pendamping yang menguatkannya. Dia bisa tiba-tiba menangis jika mengingat sesuatu hal sedih yang baru terjadi. Suasana hatinya tak menentu dan belum stabil.***"Bagaimana akhirnya Mas bisa menemukan aku di kota itu?"Setelah seminggu keadaannya sudah stabil, Gian memberanikan diri untuk bertanya hal yang ingin diketahui. Dia sudah bisa menerima apapun yang telah menimpa pada calon bayinya. Ikhlas dan pasrah."Selama ini diam-diam aku menautkan GPS di ponselmu dan aku bisa lel

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 41C Sadarkan Diri

    Namun jika dipikir kembali, Gian bisa mengambil semua hikmah yang terjadi. Dengan semua rangkaian permasalahan yang rumit itu, dia bisa kembali ke kehidupan masa lalunya. Bertemu Darren dan menjadi istrinya yang memang tak disengaja. Benar kata orang, skenario Tuhan tidak ada yang tahu bagaimana ending-nya. Akan tetapi dia percaya, semua akan indah pada waktunya.Entah apa yang dijawab Hardi, Gian tak bisa mendengarkannya. Nyeri menjalar di seluruh kepala ketika dia berhasil mengingat kejadian demi kejadian. Menutup mata, dia larut dalam mimpi. Lelah hati dan fisik membuatnya hanya bisa pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya. Haus, lapar, sakit di sekujur tubuhnya bergabung menjadi satu paket. Deru napasnya terlihat berirama dan kesadaran itu menghilang.***"Sayang, kamu bisa mendengarkan aku? Bagaimana kabarmu? Apakah kamu membaik?"Perlahan, orang yang dipanggil membuka mata dengan mengerjapkan berkali-kali. Aroma obat khas rumah sakit menero

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 41B Makasih, Bang

    Kebetulan tadi di jam saat Puspa, Irvan dan Emma mau mengunjungi Gian, Hardi dan Jaka yang bertugas. Di dalam sana, dia melihat Gian terikat tali dan berniat melepaskannya jika ada kesempatan yang tepat. Tak lama, dia merasa alam telah merestui hajatnya. Aksi rebutan senjata tadi benar-benar memuluskan niatnya."Gian, ayo turun!"Pandangan Gian mengedar sekeliling dan tak tahu ada di mana. Tadi sepanjang perjalanan, dia menumpang tidur di punggung pria yang sudah lama dia cari. Akhirnya ketemu di tempat dan waktu yang sangat menegangkan. Hardi kembali menuntunnya masuk ke sebuah rumah kosong. Entah rumah siapa, dia tak tahu. Sedikit kotor dan gelap."Aku haus, Bang. Aku mau minum."Hardi meneliti wajah Gian yang semakin pucat, lalu mengedar sekililing ruangan."Abang nggak punya makanan dan minuman, Gi. Kamu sabar, ya. Setidaknya kamu di sini sudah aman. Kita tunggu sampe subuh. Kalau memungkinkan, Abang akan cari warung terdek

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 41A Maafkan Mama

    "Irvan! Anakku!"Jeritan itu terdengar keras lalu tak lama suara tangisan menggelegar. Haru dan sungguh kasihan melihat kedua insan tersebut. Ibu dan anak yang saling merebut senjata yang berakhir dengan tembakan di salah satu dari mereka.Membiarkan aksi itu, Hardi, si sosok serba hitam itu terus melangkahkan kaki sambil terus membantu Gian untuk bisa keluar dari ruangan yang mencekam. Dia tak peduli kalau dirinya akan diancam Puspa atau bertemu dengan polisi yang selama ini paling ditakutkan. Ingat, dia masuk dalam daftar pencarian orang."Kumohon, Jaka. Lepaskan wanita ini. Dia ... Dia adalah adik angkatku yang tengah hamil muda. Bukankah kau memiliki istri yang sedang hamil juga? Jadi, aku mohon belas kasihanmu. Pikirkan jika istrimu berada di posisi wanita ini. Tolong, Jaka. Aku mohon!"Dengan sedikit susah payah, Hardi terus berusaha keras agar bisa meluluhkan hati rekan kerjanya. Jaka yang masuk ke dalam ruangan, hendak mencegat Hardi ketik

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 40C Suasana Mencekam

    Suara Puspa keras tetapi bergetar. Kebencian yang mengakar kuat di hati menguar kala wajah mertua kejam itu terbesit dalam pelupuk matanya. Dendam harus segera dia tuntaskan detik itu juga. Saat lengah, dia tak tahu ternyata diam-diam kaki Irvan terus mendekat dengan pelan. Dengan cepat, tangan Irvan menangkap tangan si mama setelah jarak hanya terbentang satu langkah.Lantaran panik dan refleks aksi itu, Puspa tak sengaja menekan pelatuk pistol sehingga menghasilkan suara tembakan yang keras. Peluru itu melesat entah ke mana. Aksi rebut merebut pun terjadi lagi antara Puspa dan Irvan detik berikutnya.Emma yang berdiri di sana, menyaksikan dengan ketakutan yang dia ciptakan sendiri. Hatinya ngilu selepas mendapatkan pengakuan barusan dari Puspa yang belum pernah dia tahu sebelumnya. Dia? Siapa dirinya? Dari mana asalnya? Siapa orangtuanya? Dia belum tahu siapa dirinya sehingga dia bisa tinggal dan dirawat olehnya.Tiba-tiba suara tembakan kedua terdengar lagi yang membuat kaki Emma ki

  • Madu untuk (Mantan) Tunanganku   Bab 40B Dia Harus Mati

    Kepingan ingatan saat si mertua mengusir lalu membuangnya ke hutan bersama Irvan kecil dan janin di perut. Sayangnya, calon bayi itu harus meninggal di perut karena guncangan demi guncangan saat dia terjatuh. Diri itu diperlakukan kasar oleh kedua bodyguard berjas hitam tersebut.Siapa yang menolongnya saat itu? Siapa yang merasa iba kepadanya? Tidak ada. Dia harus berjuang sendiri menjadi pengemis dan pemulung. Sampai akhirnya, dia terpaksa menjadi pelayan di salah satu bar. Di situlah dia bertemu seorang duda, tengah mencari kehangatan di malam yang dingin. Duda kaya yang mempunyai banyak anak. Jumlahnya berapa, si wanita tak pernah tahu. Memang, Puspa bisa seberuntung itu.Menikah dengan berganti nama dari Merlin menjadi Puspa, si duda menyanggupinya. Setelah menikah, Puspa merengek ingin merombak hidung dan bibirnya di negara ginseng dengan alasan untuk mempercantik diri.Bukan, bukan itu alasan sebenarnya. Dia sudah merencanakan jauh hari untuk membalaskan dendam. Dan, hari itu te

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status