Siren menyimpan disck itu di dalam tasnya, kemudian ia pun kembali bekerja lagi. Siren menyelesaikan tugas membuat laporan bulanan kinerja para direksi dan staffnya. Setiap bulan kinerja mereka akan diriview oleh perusahaan dan akan ada bonus untuk yang kinerjanya bagus. Saat Siren fokus mengetik, suara handphonenya berdering, ia pun merogoh tasnya. Siren melihat kontak Abraham yang terpampang di sana, ia pun menggulirnya ke atas. "Halo!" sapa Siren. "Apa yang terjadi ha! Kenapa harga saham perusahaan anjlok begitu drastis? Aku memintamu untuk mengawasi pergerakan saham dan melaporkannya padaku setiap menitnya bahkan jika mungkin setiap detiknya." sentak Abraham marah pada Siren. Siren tersenyum licik, tapi sejurus kemudian ia merubah mimik wajahnya menjadi sendu, ia mengubah nada bicaranya menjadi sangat menyedihkan. "Maafkan aku Pak, aku tidak bisa melakukan semua pekerjaan secara bersamaan, tanganku hanya ada dua, mata dan telingaku pun sama. Jika Bapak terus menuntutku untuk b
Siren menyusuri gang sempit sejurus kemudian menghilang, ia pergi menyelinap dengan kemampuannya. Ia kini sudah berada dalam sebuah mobil van.Siren merogoh tasnya, kemudian ia menyerahkan disk pada orang yang ada di sampingnya."Ini data perusahaan itu," ucap Siren sambil menyodorkan disk itu."Bagus! Kinerjamu sungguh luar biasa, pantas Tuanku begitu mempercayaimu dan begitu mengandalkanmu," ucap orang itu.Siren tak menanggapi ucapan laki-laki yang ada disampingnya itu, ia kini sibuk membuka semua atribut yang ada pada dirinya.Siren membuka wignya, lalu kontak lensa di matanya. Kini mata coklat madu itu nampak jelas, lalu ia merobek kulit wajahnya dan terpampanglah wajah La Rossa. ia membuka gigi palsunya dan menghapus lipstik di bibirnya.La Rossa membersihkan wajahnya dengan tissue, ia kemudian menoleh ke samping. Ada Jonathan sang asisten Gilbert."Berikan sisa pembayarannya," pinta La Rossa tegas."Katakan apa yan
La Rossa memejamkan matanya, ia bergumam dalam hatinya,"Gilbert, apakah itu kamu,'Hati La Rossa tiba-tiba terasa sakit ketika mengenangnya, ia merindukannya sama rindunya terhadap ke dua orang tuanya. Ia kehilangannya sama persis seperti ia kehilangan orang tuanya. Di waktu yang bersama La Rossa harus kehilangan semua orang yang ia cintai.La Rossa masih memejamkan matanya, tapi kesadarannya tetap terjaga. Selama hidupnya ia tidak pernah merasa tenang meski dalam mimpinya sekalipun.Sejak kejadian 20 tahun yang lalu ia tidak pernah menikmati yang namanya tidur nyenyak, untuk mengobatinya ia akan berlatih sepanjang hari hingga ia merasa lelah, dan memudahkannya untuk tidur cepat. Selama itulah ia mengasah kemampuannya dalam bertarung dan menggunakan senjata, hampir semua senjata ia kuasai.Kecepatan gerakannya tidak ada yang menandingi dalam kelompoknya, ia adalah anggota terbaik dalam kelompok Vangsed.Tidak hanya itu, La Rossa juga ja
La Rossa menyelinap dari mobil satu ke mobil yang lainnya, kecepatannya di luar nalar manusia. Julukan Manusia Tanpa Bayangan ia dapatkan dari kecepatannya berpindah tempat yang nyaris tak terlihat.Ia mengetuk sebuah mobil sedan butut di antara barisan mobil lainnya yang tengah menunggu lampu hijau. Pintu mobil terbuka, La Rossa langsung menyelinap masuk.“Apa kabar Ros?” sapa seseorang yang ada dibalik kemudi.“Kamu sendiri bagaimana?” La Rossa balik bertanya.“Seperti yang kamu lihat. Aku terus mencarimu, dan syukurlah akhirnya bertemu,” ungkap orang tersebut.“Sudah aku katakan berulang kali Jhon, cari pasangan hidup agar tidak kesepian. Aku tidak akan selamanya berada disisimu,” ujar La Rossa.Ternyata orang itu adalah Jhonny Andrea. Orang yang selama ini bersama La Rossa.“Aku tidak akan mencari pasangan sebelum kamu menemukan pasanganmu,” balas Jhon.La Rossa terdiam, ia tidak mengatakan apa pun lagi. Suasana sunyi.“Vangsed masih mencarimu, ia tahu kamu masih hidup,” Jhon meli
La Rossa pergi meninggalkan kediaman Aisyah, ia tidak ingin melibatkan orang-orang yang di cintainya.Sementara itu, Jonathan sedang menelepon atasannya yaitu Gilbert. “Apa yang terjadi?” cecar Gilbert begitu sambungan telepon itu tersambung.“La Rossa menghilang,” tegas Jonathan.“Apa maksudmu dengan menghilang!” teriak Gilbert tidak sabar untik mendengar kelanjutan berita yang Jonathan sampaikan.“La Rossa menghilang saat aku akan mengantarkannya ke tempat yang sudah kami sediakan untuknya. Ia minta turun di lampu merah, saat aku akan mengikutinya ia sudah menghilang,” jelas Jonathan.“Bodoh! Lalu bagaimana dengan tawaran itu?” tanya Gilbert“La Rossa menolak, ia minta 10%,” jawab Jonathan.“Berikan saja!” perintah Gilbert.“Aku tidak bisa memutuskan tanpa adanya persetujuan darimu,” jawab Jonathan.“Lalu?”“ Kami belum mendapatkan kesepakatan,”“Jika ia meminta semuanya pun akan aku berikan. Jangankan harta bahkan aku rela menyerahkan nyawaku untukknya,” ucap Gilbert, ada kesedihan
Deg! jantung Jonathan berpacu dengan cepat ada rasa kecewa yang menjalar di hatinya, ia merasa bahwa penantian yang Gilbert lakukan sia-sia. Semua pengorbanannya dan harapannya. "Halo, kamu masih di sana kan?" tanya La Rossa ketika ia tak kunjung mendapat jawaban jua. "Iya Ros, tentu bisa. Siapa orang yang begitu beruntung mendapatkan kasih sayangmu itu?" tanya Jonathan. Ia merasa penasaran siapa orang yang La Rossa sayangi itu sampai-sampai ia membutuhkan pengawalan. "Bukan urusanmu!" ketus La Rossa. Ia paling benci jika ada orang yang selalu mau tahu urusan orang lain, padahal tidak ada kapasitasnya di sana. "Sudah berulang kali aku katakan, jangan pernah ingin tahu akan urusan orang lain! Atau kamu akan terjebak di dalamnya dan mencari mati sendiri!" pesan La Rossa dingin dan angkuh. "Siapkan dua orang pengawal terbaik yang kamu miliki! Aku minta mereka untuk mengawal sahabatku Aisyah, kamu pasti sudah tahu 'kan keberadaan mereka?" ucap La Rossa. Jonathan tercengang kaget saat
La Rossa menatap kembali Komrad dengan tatapan penuh kebencian. Ia tahu persis karakter Komrad yang licik dan penuh tipu muslihat. Sudut mata La Rossa menangkap pergerakan mencurigakan dari Komrad. Ia membalas serangan anak buah Komrad dengan gerakan yang cepat dan gencar. Beberapa anak buah Komrad tersungkur di lantai.Melihat ada celah La Rossa berlari mengejar Komrad yang telah menyelinap keluar dari ruangannya, La Rossa menyusul Komrad dan langsung menghadangnya di depan."Kamu!" sorot mata Komrad merah menatap tajam La Rossa."Kamu mau kabur Komrad?! Sungguh bukan jiwa seorang petarung sejati! Ternyata selama ini nama Komrad hanya bualan semata, Komrad tidak lebih dari seorang pecundang yang berlindung di balik nama besar Vangsed, huh sungguh memalukan!" La Rossa mencibir tindakan yang Komrad lakukan. Tak segan bahkan ia menghinanya juga."Jangan bicara sembarangan! Aku bukan pecundang seperti apa yang kamu katakan," Komrad meradang marah, matanya yang merah semakin merah. Tatapa
La Rossa ambruk di lantai dengan bersimpuh, kakinya sudah tak mampu menopang lagi badannya. Ia menundukan kepalanya. Sejurus kemudian ia mendongakkan kepalanya, ia berbicara dengan dirinya sendiri, "aku tak boleh menyerah, masih tersisa nafas dalam ragaku." La Rossa menopang tubuhnya dengan ke dua tangannya, ia bangkit dan terus mencoba berdiri meski harus berulang kali terjatuh. "Wah ... wah, La Rossa dengan julukan Manusia Tanpa Bayangan harus mengakhiri hidupnya hari ini dengan sangat tragis," cibir Komrad setelah ia menyeruak lingkarang anak buahnya dan masuk ke dalam lingkaran. "Kamu tentu senang bukan, melihatku seperti ini? Tapi tenang saja aku akan pergi menghadap iblis kematian tak akan sendirian, tapi akan membawamu serta," ucap La Rossa dingin dengan tatapan siap membunuh. Komrad yang mendapat tatapan seperti itu bergidik ngeri, ia yang mengenal La Rossa belum lama ini baru mengetahui bagaimana La Rossa. Sebelumnya pimpinan Vangsed adalah Arata Yazuko, ia dibunuh secar