Home / Romansa / Magang di hati CEO tampan / Bab 83 - Dibalik Topeng Sang Kaisar

Share

Bab 83 - Dibalik Topeng Sang Kaisar

Author: Dacep
last update Last Updated: 2025-08-10 22:35:53

Arka terbangun dengan perasaan ganjil. Sisi tempat tidur di sebelahnya sudah kosong dan dingin. Itu tidak biasa. Biasanya, Alya akan membangunkannya dengan kecupan ringan atau setidaknya masih berada di kamar saat ia membuka mata.

Ia menemukan istrinya di dapur, sudah sibuk menyiapkan sarapan. Alya menoleh saat ia masuk, dan memberinya senyum. Namun, senyum itu tidak mencapai matanya. Matanya tampak lelah dan menjaga jarak.

“Pagi, Mas,” sapanya, suaranya terdengar datar.

“Pagi,” balas Arka. Ia mendekat, berniat memeluk pinggang istrinya dari belakang seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi. Namun, Alya seolah bergerak menghindar dengan alasan mengambil piring, membuat pelukan Arka hanya mengenai udara kosong.

Arka terdiam, merasakan penolakan halus namun tajam itu. Ada yang salah. Sangat salah. Sejak semalam, Alya berubah menjadi orang asing. Sopan, namun dingin. Ia membangun kembali dinding di antara mereka, dan Arka tidak tahu apa penyebabnya. Apakah karena telepon semalam? Karena
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 98 - Hari-Hari Penantian

    ​Beberapa hari berlalu dalam keheningan yang seragam, terasa seperti sebuah jeda yang panjang dan menyakitkan dalam sebuah lagu. Alya dan Bara menciptakan sebuah ritme baru di rumah Bu Aminah. Pagi diisi dengan membuat sarapan bersama, di mana Alya akan dengan sabar mengajari Bara cara mengoleskan selai di atas roti. Siang mereka habiskan dengan bermain di halaman belakang, membangun istana dari bantal tua atau menggambar, menciptakan gelembung kebahagiaan kecil yang rapuh.​Namun, di balik semua itu, ada penantian yang konstan. Setiap kali ponselnya bergetar, jantung Alya akan berhenti berdetak sesaat. Tapi itu hanya notifikasi biasa. Tidak ada pesan. Tidak ada panggilan. Keheningan dari Jakarta terasa lebih memekakkan daripada pertengkaran mana pun. Alya marah pada dirinya sendiri karena kebiasaan bodohnya yang masih saja berharap. “Hapus saja nomornya,” kata satu sisi hatinya. “jangan bodoh, bagaimana jika ada keadaan darurat mengenai Bara?” balas sisi lainnya.

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 97 - Langkah Pertama Di Atas Bumi Yang Retak

    ​Kembali ke rumah Bu Aminah dengan dua tas besar terasa seperti sebuah kemunduran yang nyata. Saat Alya melangkah masuk, ia disambut oleh tatapan khawatir ibunya dan pelukan Bara yang tidak mengerti apa-apa.​“Bunda sudah pulang!” seru putranya riang.​Alya memaksakan senyum dan memeluk Bara erat. “Iya, Sayang. Untuk sementara, kita tinggal di sini dulu sama Nenek, ya.”​Meskipun disambut dengan kehangatan, rumah ibunya kini terasa sedikit sesak. Bukan karena ukurannya, tapi karena status Alya di dalamnya. Ia bukan lagi seorang istri mandiri yang sedang berkunjung, melainkan seorang anak yang kembali pulang karena badai dalam rumah tangganya. Perasaan itu menggerogotinya, meskipun Bu Aminah tidak pernah sekali pun membuatnya merasa demikian.​Keesokan harinya, Alya memulai misinya. Setelah memastikan Bara asyik bermain, Alya menghampiri ibunya yang sedang duduk di teras.​“Bu, aku mau mulai cari kontrakan,” katanya, suaranya mantap, menco

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 96 - Surat di Atas Bantal

    ​Kertas putih yang terlipat rapi itu terasa berat di tangan Alya, jauh lebih berat dari bobotnya yang sesungguhnya. Kertas itu seolah menyerap semua keheningan dan ketegangan di dalam kamar tidur mereka yang kini terasa asing. Nama ‘Alya-ku tersayang’ yang tertulis dengan gaya tulisan tangan Arka yang tegas namun elegan, membuatnya bergidik.​Sebagian dirinya, bagian yang lelah dan terluka, berteriak untuk meremas kertas itu menjadi bola, melemparkannya ke tempat sampah, dan pergi dari sana tanpa menoleh ke belakang. Itu adalah jalan yang paling aman. Kata-kata Arka adalah senjata. Dulu, ia menggunakan kata-kata manis untuk menjebaknya, kata-kata kejam untuk menghancurkannya. Apa bedanya dengan sekarang?​“Jangan dibaca,” bisik suara ketakutan di dalam dirinya. “Itu hanya akan berisi kebohongan indah. Alasan-alasan yang dirangkai untuk membuatnya terlihat seperti pahlawan. Itu hanya akan membuatmu goyah.”​Namun, sebagian dirinya yang lain, bagian yang masih mengingat Arka yang membua

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 95 - Benteng Baru

    ​Fajar di Desa kecil datang dengan cara yang sama lembutnya seperti biasa. Cahaya matahari keemasan perlahan menerangi puncak-puncak gunung, dan kicauan burung menjadi alarm alami. Namun bagi Alya, pagi itu terasa berbeda. Ia terbangun di kamar masa kecilnya di rumah Bu Aminah, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa seperti kembali menjadi gadis rapuh seperti dulu, bukan seorang istri atau ibu.​Perasaan hampa yang dingin menyelimutinya. Semalam, setelah melihat berita dan menerima telepon dari Arka, ia tidak menangis lagi. Ia hanya duduk dalam diam, membiarkan rasa sakit itu meresap hingga ia mati rasa. Arka telah memilih. Dan kini, ia juga harus memilih. Memilih untuk hancur, atau memilih untuk bangkit.​Ia mendengar suara tawa Bara dari ruang tengah. Pilihan itu menjadi sangat jelas.​Saat ia keluar dari kamar, putranya itu sedang asyik menyusun balok-balok kayu bersama Bu Aminah. Melihat ibunya, Bara langsung berlari dan memeluk kakinya.​“Bunda, selamat pagi!”​

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 94 - Syarat Sang Sandra

    Sandra berjalan pelan mendekati meja Arka, tatapannya menyapu sekeliling ruangan megah itu, seolah menilai kembali teritori yang pernah hilang.“Ibu akui, kemampuanmu tidak tumpul,” kata Sandra memulai, suaranya terdengar datar, sebuah pujian yang tidak terasa seperti pujian. “Kamu berhasil menenangkan mereka untuk saat ini.”Arka tidak merespon. Ia hanya menatap ibunya dengan sorot mata lelah namun tajam. Ia sudah tidak punya energi untuk basa-basi. “Langsung saja ke intinya, Bu. Apa yang Ibu inginkan?”Sandra tersenyum tipis, senyum yang sama yang selalu ia gunakan dalam negosiasi bisnis. Senyum yang menandakan ia merasa memegang kendali.“Tentu saja,” katanya, duduk di kursi di seberang meja Arka tanpa diundang. “Ibu senang kamu kembali. Ini adalah tempatmu yang seharusnya. Sekarang, karena Ibu sudah mengizinkanmu kembali memegang kendali sementara, ada beberapa syarat yang harus kamu patuhi.”Arka menyandarkan punggungnya ke kursi, melipat tangannya di dada. Sikapnya menunjukkan i

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 93 - Suara Dari Seberang

    ​Di ruang rapat PT.Arroihan Group, Arka adalah sang kaisar. Dingin, penuh kendali, dan tak terbantahkan. Dalam waktu kurang dari dua jam, ia berhasil membungkam para penentang, memaparkan rencana penyelamatan yang brilian, dan memaksa dewan direksi untuk memberinya kuasa penuh. Konferensi pers investor yang mengancam itu pun dibatalkan. Badai pertama berhasil ia redam.​Namun, saat ia kembali ke keheningan kantor CEO-nya yang megah, kemenangan itu terasa hampa. Adrenalin bisnis yang memompa darahnya selama rapat kini surut, menyisakan kekosongan yang luar biasa dan rasa rindu yang menyakitkan pada keluarganya.Di atas meja mahoni yang berkilauan, ia meletakkan satu-satunya benda pribadi yang ia bawa, gambar keluarga buatan Bara. Tiga sosok bergandengan tangan di bawah matahari. Sebuah dunia yang begitu kontras dengan pemandangan hutan beton dari jendela kantornya.​Ia meraih ponselnya, mengabaikan puluhan notifikasi ucapan selamat. Matanya hanya tertuju pada satu hal. Tautan berita ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status