Seseorang berdiri di balik kegelapan yang berada di sebuah ruangan. Seorang wanita berdiri menghadap ke arah luar jendela. Tubuhnya yang diselimuti cahaya rembulan membuatnya nampak mencolok. Sementara di sekitarnya hanya ada kegelapan. Wanita itu tak bergeming dari tempatnya bahkan menoleh ke arah belakangnya pun tidak.
"Yang Mulia," ucap sosok di balik kegelapan itu. Ya, Sudah pasti ini adalah sang ratu, Ratu Isabella tepatnya. Wanita itu hanya menarik napasnya dan tersenyum sembari membalikkan tubuhnya perlahan. Tak terlihat bagaimana ekspresinya saat itu, karena Ratu Isabella berdiri dengan pancaran cahaya bulan di belakangnya sehingga yang terlihat hanyalah siluet-nya saja.
"Bagaimana?" tanya sang ratu.
"Kau pasti akan terkejut mendengarnya, aku melihat sang guardian berada di kamar tuan putri. Dan yang sangat mengejutkan, aku melihat keduanya sedang bertatapan cukup lama ... dan ...," ucap sosok itu. Namun belum sempat sosok itu menyelesaikan kalimatnya sang ratu menghentikan omongannya.
"Cukup. Aku sudah melihatnya. Ini cukup mengejutkan," ucap Ratu Isabella yang membuat sosok itu terdiam. Ah ya dia lupa bahwa Ratu Isabella bisa membaca aura dan melihat apa yang telah kita lihat.
"Lalu ... apakah yang Anda rencanakan selanjutnya?" tnya sosok itu.
"Ah ya, kau tenang saja. Aku sudah memiliki rencana. Itu akan jadi kejutan, lihat saja besok. Emm dan ya, bersiaplah untuk kejutan itu besok. Kembalilah ke ruanganmu sekarang," perintah Ratu Isabella kepada seseorang di balik kegelapan itu.
"Baiklah Yang Mulia. Saya permisi." Sosok itu pun langsung menghilang bersamaan dengan hembusan angin yang masuk ke dalam ruangan itu.
"Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Besok akan jadi kejutan yang sangat tak terduga. Ini akan memisahkan sang bintang dari sang rembulan. Setelah itu tinggal menambahkan sedikit bumbu pada sang kepala dan sang rembulan pun akan meninggalkan tahta dengan sendirinya," ucap ratu isabella sembari menatap rembulan. Wajahnya melukiskan senyum licik.
*****
Bunyi alarm membangunkan Kanna yang masih tertidur pulas. Entah sudah berapa lama jam itu bernyanyi, tapi itu tak cukup untuk bisa membangunkan Kanna. Kanna yang masih setengah tersadar itu meraba jamnya yang berisik itu dan melemparkan jam itu ke arah pintu. Ditungkupkannya kepalanya di dalam bantal yang didominasi warna merah muda itu.
Hingga seseorang yang nampak tengah membuka pintu itupun langsung menutup kembali pintu kamar itu buru buru menghindari lemparan jam Kanna dan untuk beberapa saat baru membukanya kembali.
"Astaga kau ini seorang putri atau pemalas? Bukankah jadwalmu hari cukup padat?" Kanna sangat familiar dengan suara itu. Masih dengan wajah mengantuknya, Kanna duduk bersila di atas tempat tidurnya. Rambutnya yang acak acakan dan wajahnya yang sangat lusuh, membuatnya tak terlihat bagai seorang putri.
Kanna mengerutkan dahinya dan melayangkan tatapan mematikan kepada Niel. Niel menarik mundur langkah kakinya. Ia bersikap siaga, karena ia tau pasti bagaimana sang putri jika di ganggu jam tidurnya bahkan saat ia tau ini adalah waktunya untuk bangun.
"Niel kau ...." Aura gelap mulai menyelimuti seluruh ruangan itu. Niel pun melipat kedua tangannya dan balik menatap tajam ke arah sang putri. Merasa kini Niel berbalik menatapnya tajam, Kanna menghela nafas lemah. Kanna tau jika dia berlomba saling bertatapan maka dirinya akan kalah dengan Niel.
Untuk sesaat Kanna kembali terlelap dalam posisinya yang tengah terduduk. "Tuan Putri Kanna!!" teriaknya halus. Sontak itu membuat Kanna membelalakkan matanya. Sementara Kanna sudah tak memasang wajah dinginnya. Sementara Niel, masih tetap mempertahankan tatapan dinginnya.
"Ni-niel, ba-barusan kau?!" Kanna mulai lagi berdebat dengan Niel.
"Maafkan aku nona. Tapi aku terpaksa melakukan itu agar kau bangun. Cepatlah bersiap. Aku sudah menyiapkan segala kebutuhanmu." Niel pun pergi meninggalkan Kanna yang masih setia dengan tatapan kesal. Niel tersenyum licik.
Dan sesaat sebelum ia benar benar keluar dari kamar Kanna. Niel membalikkan tubuhnya.
"Dan tu ... ah nona, Raja memanggil Anda. Ada yang ingin disampaikan kepada Anda," ucap Niel kepada sang putri. Ah ya dirinya sebenarnya tahu apa yang akan dikatakan sang raja kepada putrinya itu. Namun ia berusaha untuk menyembunyikannya. Lalu Niel pun menarik gagang pintu Kanna. Namun Kanna menghentikannya. Kini kanna berdiri tepat di samping tempat tidurnya.
"Tu-tunggu Niel. Jam berapa pertemuan itu?" Tanya sang putri dengan wajah lemah. Niel tahu bahwa Kanna tidak ingin datang ke pertemuan itu.
"Jam 10 tepat." Kata-kata Niel membuat Kanna membulatkan matanya sebulat bulatnya. Sontak Kanna menoleh ke arah jam yang terpanjang di handphonenya. 09.30.
"Whaaaaattt, Nieeeellllllll?!" Kanna berteriak sejadi jadinya. Niel yang sudah berada di luar hanya terkekeh kecil. Senang bisa menggoda putri kesayanganya itu. Lalu beranjak pergi.
*****
Niel berjalan menyusuri anak tangga dan akan berjalan menuju ke arah dapur untuk mempersiapkan sarapan untuk sang putri. Namun, ia mendengar suara orang yang sedang berbicara di dalam ruangan sang ratu. Ia mencoba mendengarkan apa yang dikatakan orang orang itu.
"Bersiaplah sekarang. Besok akan ada eksekusi paling berkesan untuk kerajaan ini," ucap seorang wanita di dalam ruang itu.
"Laksanakan Yang Mulia," ucap seseorang lainnya dengan suara dan wajah yang cukup familiar bagi Niel. Niel beradu dengan pikiran. Tak mungkin. Itu pasti hanya kebetulan. Itu tak mungkin dia, gumam Niel.
Hingga sesuatu terlintas di kepalanya. Tunggu dulu, eksekusi? Siapa yang akan melakukan di eksekusi? Airmukanya tiba-tiba berubah. Panik bercampur bingung. Itulah yang dirasakannya. Kini ia berjalan dengan langkah gontai dan lupa dengan apa yang sebenarnya harus dilakukannya. Hingga suara sang putri memecahkan keheningannya.
"NIEEEEEL!!!" Pekik sang putri. Niel tersentak. Ada untungnya suara memekakan dari sang putri membuatnya kembali ke dunianya. Niel pun langsung bergegas membawakan sarapan itu kekamar sang putri. Dan sesampainya di sana betapa terkejutnya dirinya melihat sang putri yang masih sangat berantakan dengan rambut panjang yang terurai ke sana kemari kemari. Putri Kanna masih mencoba untuk mengikat rambut panjangnya itu.
"Ppfft." Niel menahan tawanya. Tubuhnya terkekeh kecil yang disambut aura dingin dari sang putri.
"Apa yang lucu?!" Sang putri bertanya sambil bercekak pinggang. Niel pun meletakkan nampannya dan langsung menghampiri sang putri. Kini ia sudah berada tepat di belakang sang putri. Itu membuat Kanna tercengang. Ia bingung sekaligus takjub, karena tak menyadari kehadiran Niel yang seharusnya berada cukup jauh darinya dan kini tiba-tiba ia sudah berada di belakangnya.
Namun, semua pikiran itu tak diindahkannya ketika kedua tangan Niel mendekap kedua pundak kanna dan langsung mendudukkannya di kursi yang terdapat di depan meja riasnya. Niel meraih sisir yang sedari tadi digenggam oleh Kanna.
"Ni-Niel apa yang kau--" ucap Kanna gagap, wajahnya memerah akibat tingkah Niel yang sangat tiba-tiba itu. Untungnya, Kanna dapat segera mengendalikan dirinya. Sedangkan Niel, ia langsung bergerak tanpa diperintahkan. Entah belajar darimana Niel mengenai rias merias.
"Nona, kau itu seorang putri tapi coba kau lihat dirimu sekarang. Bahkan tak terlihat seperti seorang putri bagiku." Niel menghadapkan Kanna ke cermin di depannya. Dan Kanna juga sedikit terkejut ditambah malu di depan Niel. Niel terkekeh.
Sedangkan Kanna semakin malu dibuatnya. Sementara Niel, sudah mulai beraksi. Tangannya dengan sigap menata rambut Kanna yang cukup panjang dan kusut itu. Walaupun begitu, Niel tetap memperlakukannya dengan lembut.
Beberapa menit kemudian.
Kanna terkejut saat dirinya melihat dirinya lagi. Betapa indahnya tatanan rambut yang dibuat oleh Niel untuknya itu. Setelah selesai, Kanna bangkit dari tempat duduknya dan berdiri menghadap ke arah Niel.
Ternyata melihat Kanna dengan full body seperti itu membuat Niel terpesona. Pria beriris green diamond itu terus menatap Kanna tanpa berkedip. Bahkan dari mulutnya pun terucap kata yang membuat Kanna tersentak dan semburat merah terlukis disana.
"Waaaw," gumam Niel tepat di hadapan Kanna tanpa disadarinya. Jika Niel memperhatikan Kanna saat ini, mungkin saat ini dirinya sudah tertawa sepuasnya. Untungnya Niel tak memperhatikan Kanna. Sementara Kanna, mencoba menormalkan keadaannya yang membuatnya menjadi seperti udang rebus.
"Hooi! Sa-sampai berapa lama lagi kau akan memandangi ku seperti itu," ucapan Kanna membuat Niel tersadar dan langsung tersipu malu. Dia mencoba mengalihkan pandangannya. Lebih tepatnya, menyembunyikan wajahnya yang memerah itu. Setelah beberapa saat keduanya nyaris tak bersuara sedikit pun.
Niel yang sudah bisa mengontrol emosinya itu pun langsung mengajak sang putri yang telah siap itu ke ruang pertemuan. Lupa sudah dengan sarapan yang ditelantarkan oleh mereka berdua.
"Eehm! Sebaiknya kita pergi sekarang Nggak," ucap Niel kepada sang putri sembari membukakan pintu kamarnya. Kanna tersenyum dan langsung melangkah keluar. Namun Kanna ingin menggoda Niel dengan memberi hormat kepada Niel yang dibarengi senyum licik di wajahnya.
Niel yang melihat itu sempat tersentak dan langsung melancarkan aura dingin yang disambut dengan gegelar tawa dari sang putri.
"Maaf Niel. Habisnya kau lucu sekali," ucap Kanna kepada Niel. Kanna pun berlalu dengan diikuti Niel tepat di belakangnya. Niel hanya mengikuti pergerakan Kanna. Dia terus mengamati punggung sang putri. Ya, kau tau Niel sebenarnya sangat menyukai sang putri.
Namun, dirinya harus menyembunyikan identitasnya karena dia telah berjanji kepada Ratu Claris.
Beberapa menit kemudian mereka pun tiba di depan ruangpertemuan. Untuk sesaat keduanya hanya berdiri didepan pintu itu. Kedua orangitu kini saling bertatap sebelum akhirnya Niel membuka pintu itu danterlihatlah isi di dalam ruangan itu.
Raja Antonio sedang berdiri menatap ke luar jendela. Wajahnya sendu dan iris matanya memancarkan kesedihan. Di ruangan itu hanya ada yang dirinya dan sang ratu. Ratu Isabella menatap Raja Antonio dengan seringai licik. Kemudian Ratu Isabella memberikan segelas anggur kepada sang raja yang telah di berinya sedikit ramuan. Sang ratu pun menghampiri Raja Antonio."Yang Mulia ... ini minuman Anda," ucap Ratu Isabella sembari menyodorkan segelas anggur itu kepada Raja Antonio. Raja Antonio menerimanya dengan senang hati, lalu memin
Niel yang kini berada di penjara. Dia sangat mengkhawatirkan sang putri. Ia mencoba menyakinkanguardyang ada di sana untuk mengizinkannya keluar, agar dia bisa bertemu dengan sang putri untuk sesaat saja. Sang putri sangat terpukul dan pasti sangat membutuhkannya saat ini."Kumohon ... biarkan aku menemui sang putri. Dia pasti akan sangat terpukul dengan semua ini. Kumohon ... sekali saja, setelah itu...." Ucapan Niel menggantung. "Setelah itu ... aku akan siap dieksekusi ta
Teng teng teng teng.Deting lonceng telah berbunyi. Lapangan utama kerajaan kini mulai dipenuhi oleh warga desa setempat yang ingin menyaksikan eksekusi itu. Kanna berdiri di tepi jendelanya. Ia hanya memandangi gerombolan orang orang yang semakin padat dan terus berdatangan itu. Hingga suara pintu di ketuk pun, memaksanya untuk beranjak dari tempatnya.
Hari hari Kanna dilalui dengan penuh kekosongan. Kanna yang sekarang bukanlah Kanna yang dulu. Kanna yang sekarang bahkan tak pernah tersenyum lagi. Tak ada cahaya indah yang menerangi irisdiamond pinkmiliknya. Yang ada dimatanya hanya kebencian yang semakin besar. Kanna dulu yang sangat menyenangi belajar bahkan kini selalu melewatkan pelajarannya.Walaupun ia yang dulu tak menyukai aturan apapun, namun Kanna yang dulu bahkan tak memiliki niat sedikit pun untuk melanggar at
"Putri Kanna, apa yang kau ...." Ratu Isabella sedikit tersentak begitu pula dengsn seluruh orang ysng berada di sana termasuk sang raja."KUBILANG DIAM KALIAN!!!" Suara lantang Putri Kanna membuat seluruh orang terdiam dan di saat yang bersamaan gelas yang sedari tadi di genggamnya itu pun ikut memecahkan keheningan.
Kanna berjalan dengan langkah gontai menyusuri lorong istana. Setetes demi setetes darahnya mulai berjatuhan ke lantai berkeramik putih dengan motif mawar di tengahnya. Ia terus berjalan tanpa arah. Hingga akhirnya langkah kakinya terhenti di sebuah ruangan dengan pintu berukirkan simbol kerajaan berwarna putih biru itu.Kanna menempelkan tangan kirinya di salah satu daun pintu itu. Kini irisdiamond pinknya mulai berkaca-kaca. Tangannya mulai merosot dan memegangi gagang pintu ber
Setelah beberapa menit bersiap. Kini Kanna telah siap dengan seragamnya. Disampirkannya tas di bahu kanannya dan melipat coatdi tangan kanannya untuk memutupi tangannya. Kanna pun berjalan keluar kamarnya.Sebelum benar-benar meninggalkan kamarnya, ia memperhatikan seluruh isi kamarnya. Berharap album foto itu ada di suatu tempat di sudut kamarnya. Namun, hasilnya nihil. Ia tak menemukan apapun. Akhirnya keluar dari kamarnya dengan kecewa. Ia pun menutup pintu kamarnya dan m
Kanna bersandar di pintu berwarna merah muda itu. Diangkatnya tangan yang sedari tadi terus memegang setangkai bunga mawar tadi.Dihirupnya aroma mawar yang masih segar itu. Diantara wewangian bunga mawar itu, gadis mungil itu juga mencium aroma yg sangat familiar baginya. Ia pun tersenyum, senyum yang sarat akan makna.