Home / Romansa / Magic You / Chapter 8 (Jangan jangan...)

Share

Chapter 8 (Jangan jangan...)

Author: GracyaValSa
last update Last Updated: 2021-06-13 12:44:53

Aku mengendus kesal. "Aku manjat! Biar bisa jumpa kakak!"

Jessen masih menatapku dengan dingin. "Trus kau mau apa?"

Aku menggaruk kepalaku geram. "Kakak... Tadi kan aku yang nanya itu, kenapa jadi kakak tanya balik." Aku menekan kalimat terakhirku.

"Kemarin datang-datang mau jebloskan aku ke penjara, sekarang nanya aku mau apa, besok ngajak aku nikah?" Jessen memiringkan senyumnya menyindirku.

Aku mengelus dadaku. Sabar, sabar, nanti kalau ini semua sudah berakhir kau bisa membacoknya.

"Ya udah aku mau pulang aja." Sambungku singkat sambil membalikkan badan dan berjalan keluar kamar.

Aku memperlambat langkahku. Kenapa dia tidak menghalangiku keluar ya?

Aku menoleh sedikit ke arahnya. Dia kembali duduk di bangku belajarnya dan membaca bukunya.

Aku masih memperlambat langkahku.

"Jalanmu lama ya. Berharap aku menghalangi mu keluar?"

Mataku membulat. Kok dia tau sih?

"Amit-amit!" Sambungku kembali membalikkan badan ke arahnya.

Dia memutar bola matanya malas. "Kalau mau bohongin orang, lihat-lihat orangnya."

Jessen mengarahkan pandangan ke arahku. "Kau pikir aku bodoh?"

Jleb

Rasanya wajahku udah tebal banget karena malu. Aduh Valen, bego banget sih, kau lupa apa dia murid terpintar se-antero sekolah. Aku memukuli jidatku.

Karena sibuk mengutuki diri, aku ngak sadar Jessen dari tadi berjalan ke arahku. Dia menegang tanganku dan mendekatkan wajahnya.

Rasanya wajahku memanas karena deg-degan. Ganteng banget lagi.

"Jangan di pukuli mulu, nanti makin bego."

Jreng... Memang sial kalau mikir Jessen akan berbuat manis padaku.

"Ikuti aku." Jessen menarik tanganku keluar kamar.

Kami keluar rumahnya.

Jessen mengeluarkan kereta dan menggunakan helmnya. "Ikut aku."

"Kau mau bawa aku kemana?"

Aku menggeleng kan kepala. "Aku ngak mau." Aku menolak mentah-mentah ajakan Jessen. Ya akukan ngak tau apa yang di pikirkan Jessen? Kalau dia mau jual aku gimana?

"Tadi kau tanya aku mau apa, aku mau kau naik." Sambungnya.

Dengan terpaksa aku mengikuti nya. Yang penting hari ini harus cepat berlalu.

Aku menaiki kereta nya dan duduk. Jessen masih diam. "Kok ngak jalan."

Jessen melihat ke belakang. "Kalau naik kereta itu harus pegangan."

Aku menaikkan kedua alisku. "Dasar modus! Seharusnya aku udah tau dari awal! Dasar mesum!"

"Terserahmu, kalau kau jatuh jangan salahkan aku." Sambungnya datar kemudian menggas keretanya.

Badanku yang hampir jatuh karena Jessen menggas secara tiba-tiba membuat aku spontan memeluknya.

Pletak.

Kupukul helm Jessen. "Kau gila ya, aku hampir jatuh!"

"Kan udah kubilang, kalau naik kereta pegangan." Jawabnya sambil mengendarai keretanya.

Aku hanya mendehem kesal melihat tingkah laku Jessen yang minim ahlak.

Selama perjalanan terjadi keheningan. Itu karena aku ngak tau apa topik yang harus kubahas.

Aku memandangi tubuh Jessen dari belakang.

Tampak sangat keren saat aku bisa bepergian dengan cowok terkeren di sekolah.

Aku mulai mencondongkan sedikit tubuhku dekat dengan Jessen. Wangi... Apa semua badboy terlihat sangat keren.

"Kenapa? Mulai jatuh cinta?" Perkataan Jessen membuat badanku sontak menjauh.

"Eh jangan kepedean deh. Siapa juga yang suka samamu!"

"Kau kira aku buta ya? Kau mendekat ke arahku sambil tersenyum."

Kenapa tingkahku selalu ketahuan sih?! "Kau cenayang ya?! Ngak usah sok tau deh!" Jerit ku.

Jessen hanya diam dan tanpa kata.

Eh, serius dia cenayang?

"Kau beneran cenayang?" Kataku sambil menekan kalimat terakhirku.

Jessen menepikan keretanya membuka helm dan mengarahkan pandangan ke arahku. "Kau dari tadi sangat berisik, menganggu... "

"Dengar ya, aku ngak cenayang. Dan kau tau, tingkahmu itu sangat mudah di tebak." Jessen menatapku datar.

Aku mengerucutkan bibirku. "Ya udah deh, lanjut aja jalannya."

"Udah sampai."

Aku menatap di hadapanku. Perpustakaan umum.

"Ku lihat kau sangat payah dalam berfikir."

Jadi dia bawa aku ke sini biar... Dia pikir aku beneran bodoh banget, sial.

***

Aku memandangi dia yang sedang belajar.

Karena memang feeling Jessen sangat sensitif dia langsung menatap ku.

Aku terkekeh kecil sambil menopang daguku dengan tangan kanan. "Kak, feeling kakak sensitif banget sih."

"Risih."

Nyut-nyutan memang selalu jantungku karena selalu di jawab sinis olehnya.

"Kak, kenapa kakak nembak aku di UKS?" Aku kepo.

Aku menyelipkan sedikit rambutku ke kuping. Aku tau aku sangat mempesona. Sampai-sampai dia menembakku.

"Karena awalnya kupikir kau pintar. Taunya bobrok."

Perih nya. Seperti ngasih cuka di luka kalau ngomong sama ni orang.

"Kalau aku pintar kakak bakal suka samaku?"

"Ngak juga, kau menyusahkan."

Arh... Aku mengepal tangan geram.

Jessen menutup bukunya. "Benerkan dugaan ku, kau suka samaku."

"Ish.. tolong ya kak. Kakak terlalu kepedean. Aku ngak pernah suka sama kakak... Pahammm!" Ujarku dengan tegas pada Jessen.

"Hm" Jessen berdehem.

Aku menatap Jessen dengan serius. Apakah aku harus memberitahu tentang kejadian yang ku alami ya? Siapa tau dia jadi paham kenapa aku selalu muncul di kamar nya, ntar dia malah pikir pula aku yang mesum.

"Kak."

"Hm"

Aku menarik nafas dalam dalam. "Aku ini utusan peri." Aku mengatakannya tanpa melihat Jessen.

Waktuku lihat dia, badannya bergetar menahan tawa.

See... Apa ku bilang, dia ngak bakal percaya.

Baiklah kalau begitu. Aku akan memberikan buku misteri itu.

Aku merogoh tasku. "Aku akan menunjukkan buku yang di berikan oleh peri yang mengutusku."

Shit... Mana bukunya? Padahal aku yakin tadiku taruh di dalam.

Dan kenapa di saat seperti ini dia menghilang.

"Apa kau meninggalkannya utusan peri? Atau bukunya kasat mata?" Jessen melihatku dengan tatapan tidak percaya sama sekali. Dia pikir aku mengarang apa?

"Ta.. tadi ada. Isss." Kenapa sih buku... Kenapa waktu aku membutuhkanmu kau menghilang?

"Bodo ah, aku mau pulang."

Jessen bangkit berdiri.

Aku mencegahnya karena berpikir bahwa dia ingin mengantarku pulang.  "Udah, kakak di sini aja. Aku pulang sendiri."

Dia sedikit memiringkan  kepalanya. "Siapa yang peduli?" dia mengambil buku yang ada di rak tak jauh dari posisiku berdiri. "Aku mau ambil buku yang lain."

Dan aku kepedean lagi.

Aku berjalan pulang.

***

Di perjalanan aku menelepon Tessa. "Tes."

"Iya"

"Si Jessen ngak percaya samaku. Tadi aku mau coba jelasin ke dia mengenai buku mistis itu dan bilang aku ini utusan peri. Tapi dia malah ketawa."

Terdengar suara tawa Tessa yang sangat kencang. "Apaan sih Val. Kau utusan peri? Jangan ngaco Val."

Aku bingung sama Tessa, kenapa dia jadi ikut ikutan ngak percaya? "Bukannya aku udah bilang ke kau tentang buku mistis dan peri nenek-nenek?"

Tessa kembali tertawa. "Kau bodoh ya? Kapan kau cerita itu. Dan, Val... Kau udah tua... Masih aja percaya sama peri."

Ya Tuhan ini apa lagi coba.

Aku mematikan ponselku dan memasukkannya dalam tas ku.

"Ini kan buku mistis itu?!" Aku menjumpai bukunya. "Kenapa sih waktu ada Jessen kau menghilang?!"

Aku membuka buku itu. Tertulis 0/15, huh, kok nambah, dan juga kenapa misi terselesaikan ku berkurang?

Aku mencoba menenangkan pikiranku dan mencari tempat duduk terdekat. Kebetulan di dekatku ini ada taman, dan ada kursi taman di sana.

Aku duduk dan coba merenungkan apa yang terjadi.

Aku memijati kepalaku.

"Jangan-jangan, kalau aku ngasih tau orang tentang buku ini, misiku akan bertambah... Dan orang yangku beritahukan kejadian yang terjadi denganku juga akan hilang ingatan mengenai ceritaku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Magic You   Chapter 109 (Ending...)

    20 Tahun Kemudian"Mama. Cepetan. Fian ngak bisa terlambat ma."Valen cepat cepat memasang sepatu vansusnya dan segera berjalan ke arah anak lelaki nya yang cerewet. "Sabar dong sayang. Ini masih juga jam 7." Valen mengacak rambut anaknya.Sedangkan Jessen terkekeh kecil melihat anak dan istrinya. Bukan tanpa sebab, kenapa anak anak lebih taat waktu di bandingkan ibunya? Ckck, ada saja.Kemudian Fian masuk ke dalam mobil susuk di kursi belakang begitu pun Valen masuk ke dalam mobil tapi duduk di kursi d pan bersebelahan dengan Jessen yang mengemudikan mobilnya.Fian mengomel ngomel tanpa suara karena kesal dengan keterlambatan mamanya yang tak taat aturan. Di lain sisi Valen terkekeh melihat anaknya yang kopas banget dengan papanya.Brum...Mobil pun melajudengan kecepatan sedang.Fian: A

  • Magic You   Chapter 108

    1 Tahun kemudianDrretRio terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang bergetar."Em..." Rio merenggangkan badan. Dan langsung mengangkat ponselnya. "Ha apa. Aku udah punya pacar, ngak usah kecentilan." Rio langsung mematikan ponselnya malas dan kembali tidur.Selama Rio berkuliah memang banyak sekali gadis yang mendekatinya. Dia sangat muak, ntah dari mana mereka dapat nomor Rio. "Dasar Psikopat." Ucap Rio.DrettKen mengusap wajah nya jengah.Dia mengangkat ponselnya dengan kesal. "Apa sih! Kau budeg ya!""Rio." Kata orang yang ada di seberang sana.Mata Rio melotot mengenali suara ini. "Sayang?" Rio langsung melihat nama kontak yang menelpon nya.'Sayang ✨❤️'Buru buru Rio langsung duduk dan kembali menempelkan ponselny

  • Magic You   Chapter 107

    "Jessenn.... Aku cape banget..." Kata Valen manja sambil memeluki Jessen yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.Jessen tersenyum kecil dan menoleh ke belakang melihat Valen yang mengenakan pyama tidur nya. "Tidur luan gih... Besok kan masih MOS."Valen mendengus kesal mengingat doa besok harus kuliah juga. "Hm.."Valen menegakkan badannya dan melepas rangkulannya kemudian berbalik berjalan ke ranjang. Namun langkah Valen terhenti mengingat sesuatu. "Oh ya." Valen kembalikan badan. "Temen kamu yang namanya Ken itu.."Mendengar nama Ken Jessen langsung kesal. Jessen tak suka kalau istrinya menyebutkan nama lelaki lain selain daripada nya. "Ken apa." Tanya Jessen datar."Kok marah.." Valen bingung.Jessen bangkit dari bangkunya dan langsung memeluk Valen. "Ngapain sih bahas dia. Dengar nya sayang. Aku ngak suka kamu nyebutin nama lelaki lain."Valen terkekeh. "Apa sih sayang. Aku cuma mau nanya, kamu itu ada ngasih tau kalau kamu

  • Magic You   Chapter 106

    Beberapa hari kemudian.Jessen berjalan keluar dari parkiran mobil kampus bersama Valen menuju halaman kampus. Hari ini adalah hari pertama Valen berada di kampus. Menginjakkan kakinya sebagai Mahasiswa Baru atau dapat di sebut Maba.Ini adalah hari MOS pertama Valen!Jessen tak hentinya menatap sang istri yang sama sekali takkan bosan bagi matanya untuk di tatap. Di tambah lagi karena kejadian beberapa hari lalu yang benar-benar memuaskannya di kamar membuat Jessen ingin lebih sering melakukan nya lagi.Setelah berada di lapangan. Terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan baju serba putih dan celana serta rok hitam. Menandakan mereka juga merupakan Maba di sini.Valen menghentikan langkahnya dan menatap Jessen dengan senyuman. "Sampai sini aja antarnya. Kamu ke kelas aja gih.." Suruh Valen.Jessen tersenyum. "Oh... Jadi ceritanya ngusir aku nih..." Jessen pura pura ngambek.Valen mencubit pipi Jessen sesaat kemudian melepaskannya. "S

  • Magic You   Chapter 105

    Author POV(1 setengah tahun kemudian)"JESSEN!!!...." Valen menjerit kegirangan.Jessen menjauhkan ponselnya dari telinganya yang berdengung sakit mendengar teriakan Valen kemudian kembali mendekat kan ponselnya lagi. "Kenapa sayang?""AKU LULUS DI JURUSAN KEDOKTERAN!!!!!" Pekik Valen sekali lagi. Sedang orang yang di telpon di seberang sana malah terkekeh mendengar istrinya yang seperti bocil dapat lolipop."Selamat sayangggg....""AAAA.... AKU SENENG BANGET TAU NGAK..."Jessen tersenyum sumringah."Pokoknya, kalau kamu nanti kamu pulang, aku bakalan ngasih apapun... Hehe... Lagi baik soalnya..." Valen cengengesan.Jessen yang mendengar itu menaikkan satu alisnya. "Semuanya?""Iya.. semuanya."

  • Magic You   Chapter 104

    Author POVRio duduk di meja makan sambil membaca buku sejarah. Mulai hari ini dia tak membiarkan waktu yang dia punya untuk bermalas malasan. Dia harus bisa meraih prestasi di sekolah.Pertama yang harus dia lakukan adalah mendapatkan nilai ujian yang tinggi, kemudian Ranking kelas dan bahkan Juara umum sekolah.Well. Agak berlebihan sih. Tapi itu harus dia lakukan demi Tessa.'Tessa. Kau harus jadi milikku! Titik!'Mama dan papa Rio cengo melihat anak nya yang bertingkah aneh.Mereka saling tatap dan kembali melihat ke arah Rio."Nak. Kalau makan, makan aja dulu. Belajar nya kan bisa nanti." Mama Rio menegur.Rio tak menggubris dan tetap makan sambil kembali membaca buku."Iya Rio. Lagipula. Tumben kamu belajar." Papa Rio bingung melihat anaknya.

  • Magic You   Chapter 103

    Author POVRio duduk di kelasnya bersama Jessen di sebelah nya. Rio bingung harus mulai dari mana agar bisa jadi anak emas seperti Jessen."Apa." Ucap Jessen tiba tiba tanpa melihatnya membuat Rio terkejut ternyata si Jessen peka di lihati.Rio menggeleng cepat dan memalingkan wajahnya kembali menatap papan tulis dan memperhatikan guru mengajar.Rio kembali curi pandang melihat ke arah Jessen.'Apa coba yang buat dia pintar, hm.''Kayaknya di mulai dari fokus belajar deh.''Oke kalau gitu.'Rio terus bermonolog dalam hati.Rio memperhatikan kembali papan tulis dan kemudian fokus untuk belajar.***Jam istirahat berlangsung.Rio terus memperhatikan gerak gerik Jessen. Sungguh dia ingin menjadi idaman Tessa, jad

  • Magic You   Chapter 102

    Author POVRio berjalan menyusuri koridor sekolah. Berharap menemukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Tessa. Dia sangat merindukan wanita itu, padahal semalam baru saja berjumpa."Ck. Mana sih." Decak Rio kesal tak kunjung menemukan Tessa.Mata Rio sibuk mencari keberadaan Tessa. Dan akhirnya matanya puas karena menangkap sosok yang di nanti.Tessa duduk di dalam kelas. Valen tak datang dan Tessa tak tau kenapa.Tessa memukul meja pelan. Rasanya menyebalkan. Di saat dia ingin cerita betapa menyebalkannya orang tuanya kemarin, di saat itu Valen malahan ngak hadir, di telfon ngak di balas dan bahkan sudah di spam chat juga ngak di tanggepi."Pokoknya hari ini aku harus ke rumah Valen." Ucapnya dengan nada pelan tapi dengan penekanan.Kelas Tessa tiba tiba riuh karena kedatangan ses

  • Magic You   Chapter 101

    Aku terbangun dari tidurku. "Whoam." Aku menguap.Ku rengangkan tanganku, kemudian aku tersadar dari tadi tangan Jessen masih ada di perutku bersentuhan langsung dengan kulit ku... Aku masih telanjang hanya berbalut selimut bersama Jessen!Ingatanku kembali terulang saat pergumulan panas kami kemarin. Jessen agresif sekali, membuat aku benar-benar kewalahan. Aduh... Malu banget aku sekarang. Bahkan aku sekarang ngak mau lihat Jessen.Tiba tiba tangan Jessen menarikku dan membuat aku berada di atasnya yang juga masih telanjang. Dia memelukku, membenamkan wajahnya di bahu depanku. Mencium lembut kemudian menatap ku, "Mandi bareng aku."Deg!Wajah ku memanas. Aku langsung menutup wajahnya dengan kedua tanganku.Dia terkekeh. "Aku udah lihat seluruh badanmu. Kenapa harus malu lagi, hem?"Kalimat Jessen semakin membuat ku tambah malu. Jessen membalikkan posisi kami, membuat dia berada di atas ku. Membuat tangan ku terlepas dari wajahnya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status