Share

BAB III: Badbye

"  Bernapaslah

    Hirup udara sesaki rongga dada

    Telan jerit hati Anda

    Sesap lagi kopi kedua

    Ranum rona surai jelanga

    Selang seling suara renjana

    Menutup harsa senja

    Dengan satu lagi cerita "

ーOptimusrain.

.

.

.

' Senyuman itu hanyalah menunda luka yang tak pernah kuduga '

Kepulan asap Macchiato dalam genggaman nampak begitu menenangkan. Sehangat peluknya dan senyaman dekapannya. Pemuda itu hanya menunduk memandangi kopi hangatnya. Bingung hendak merespon apa atas senyuman yang lebih tua di hadapannya.

"Jimin-ah?"

Mendengar namanya disebut setelah beberapa saat saling tutup mulut ia lantas mendongak. Mematri senyuman kecil di bibir tebalnya. Hanya gumaman pelan terdengar sebagai balasan. Yoongi menyeruput sedikit Americano dalam paper cup-nya sebelum kembali berbicara.

"Aku yakin kau sudah mendengarnya dari Namjoon. Jadi aku rasa kita harus berhenti disini"

Kelu. Lidahnya sedang kehilangan fungsi. Begitu juga dengan suara indahnya. Ia hanya membuka mulut tanpa suara apa-apa. Genggamannya pada cangkir biru itu ia eratkan. Jimin kembali menundukkan kepala.

' Dan bila akhirnya kau harus dengannya '

"Aku tau Hyung. Jeongguk juga sudah bercerita padaku"

Kekehan kecil ia selipkan dalam ucapnya. Gerakan santai Jimin saat meminum kopi tak lepas dari mata tajam Yoongi. Ia diam menunggu Jimin kembali bicara. Namun beberapa saat ia menunggu, tak satupun kata terucap dari ranumnya.

"Baguslah jika kau sudah tau. Jadi? Keputusanmu?"

Jimin melipat kedua tangannya di atas meja. Mendongak lalu menatap Yoongi dengan wajah datar luar biasa.

"Jika sejak dulu kau sudah digariskan untuk menikah dengan Suran kenapa kau dekati aku?"

Yoongi diam. Posisi berubah sekarang. Kali ini dia yang kelu. Tak tau hendak menjawab apa. Tak tau harus bereaksi bagaimana. Terlalu tiba-tiba Jimin bertanya. Pertanyaan Jimin-nya diluar prediksi.

' Aku t'lah tau kita memang tak mungkin. Tapi mengapa kita selalu bertemu '

Jimin membuang muka. Beruntung kursinya tepat di samping jendela. Ia bisa dengan bebas memandangi apapun. Apapun itu selain Yoongi.

"Harusnya aku mendengarkan ucapan Namjoon Hyung. Aku tau harusnya sejak lama aku berhenti mengikuti permainanmu. Harusnya aku tau. Apa kau tau kenapa aku tak bisa berhenti Hyung?"

Ia dengan tiba-tiba menatap ke arah Yoongi. Sedangkan Yoongi hanya terdiam canggung. Tak berani menjawab. Membuka mulut saja rasanya susah.

' Aku t'lah tau hati ini harus menghindar. Namun kenyataan ku tak bisa '

Jimin dengan santai meminum kopinya. Sepertinya dia telah bersiap. Persiapan penuh untuk menghadapi ini. Mengabaikan yang lebih tua digeluti kecanggungan, ah- atau penyesalan?

"Sejak awal sudah ku katakan padamu"

Yoongi mendongak dengan mulut terbuka kecil. Pemudanya berubah. Ia tak lagi sama. Yoongi tau dia terluka. Ia kembali melukai Jimin-nya.

"Aku bukan mainan. Tidak satupun bagian dari diriku itu mainan. Tidak tubuhku, hidupku, terutama hatiku. Aku bodoh karena terlanjur mencintaimu"

"Jimin-"

"Tidak. Kali ini saja. Sebelum aku pergi jauh darimu, dengarkan aku. Untuk terakhir kalianya aku ingin didengarkan bukan sebaliknya"

Jimin kembali menunduk. Sesak dan sakit. Dia bisa membohongi orang lain, tapi tidak dengan dirinya sendiri. Ia tak bisa menipu dirinya sendiri. Jimin terluka. Terluka parah karena cintanya.

' Bila memang hatimu untuk aku, salahkah ku berharap? Berharap kau memilih diriku '

Macchiato miliknya dingin. Tidak ada lagi kehangatan dari kepulan abu itu. Ia masih bisa meminumnya. Cukup enak dan pantas untuk lidahnya. Lagipula kopi ini tidak lebih dingin dari hatinya. Ia kehilangan matahari. Apalagi yang dia harapkan selain gelap dan lembab?

"Aku mengabaikan nasihat Namjoon Hyung bukan tanpa alasan. Aku mencoba. Berjuang untuk cintaku. Kau bahkan tau bagaimana sakitnya Jeongguk ketika aku menolaknya. Apa kau tidak sadar perjuanganku? Aku pernah berhara kau memilihku karena cintaku, buka harta dan kastaku. Jeongguk benar, kau buta"

Tatapan Yoongi melembut, tampak lebih nanar memandang Jimin-nya. Mungkin Jeongguk benar, ia sudah terlalu buta. Ia punya kuasa dan hak menolak. Namun tak digunakan dengan benar. Yoongi terlalu cepat setuju, membayangkan bagaimana jika dua perusahaan besar digabungkan. Kali ini Yoongi salah mengambil keputusan. Harusnya bukan kekayaan, tapi kebahagiaan. Jimin tidak kaya, namun ia memberi Yoongi bahagia.

"Kalau begitu aku mengucapkan selamat lebih dulu untuk pernikahanmu nanti Hyung. Kau tau aku bukan? Jangan berharap melihatku ada di hari bahagiamu dengan Suran. Aku tak akan datang. Seperti kataku tadi, aku akan pergi"

Jimin bicara terlalu santai, seperti hal buruk tak pernah terjadi. Ia masih tertawa, terkekeh pelan disela ucapannya. Mengabaikan Yoongi yang sejak tadi berdiam diri. Hanya menatapnya iba, kasihan, atau apapun itu namanya.

"Aku rasa Namjoon Hyung benar. Aku harus memberikan Jeongguk kesempatan. Dia hanya membahagiakan, tidak menyakiti aku, tidak mempermainkan, apalagi meninggalkan. Jeongguk tulus mencintaiku Hyung. Ah- aku pasti sangat bahagia dengan dia. Kalau begitu aku akan pergi. Mungkin ini pertemuan terakhir kita, aku tidak lagi ingin bertemu denganmu. Jika memang Tuhan merencakan pertemuan, jangan lupa kau bawa Suran atau anakmu barangkali haha- aku pergi Min, selamat tinggal"

Macchiato favoritnya ditinggalkan. Tergesa-gesa ia berjalan keluar. Jeongguk dengan mobil hitamnya menunggu di seberang sana. Ia dengan sigap memeluk Jimin. Merengkuhnya lalu mengusap punggungnya. Seakan tau jika orang yang dicintainya baru saja terluka. Yoongi tidak bodoh sampai ia tidak menyadari tatapan tajam Jeongguk padanya. Ia hanya bisa diam. Kesalahan besar telah ia lakukan. Yoongi menukar bahagianya dengan harta.

Ia terus melihat keluar hingga mobil hitam itu melesat pergi. Entah kemana Jeongguk akan membawa Jimin-nya. Tangan besarnya menarik cangkir berisi kopi dingin milik Jimin. Ia menggenggamnya dengan erat seolah cangkir itu tangan asli Jimin-nya. Yoongi diam sembari mengeratkan genggaman, ia kehilangan kebahagiaan.

' Maafkan aku terlanjur mencinta. Ternyata hati tak sanggup melupa '

.

.

.

[ F I N ]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status