Share

BAB VII: Euphoria

" Pass your dreams. Camber through the bush and go to the place that becomes clearer. Take my hands now. You are the cause of my euphoria "

ー Jungkook ( BTS )

.

.

.

Mata kecilku dengan semangat mematai setiap pergerakannya. Mulutku tak hentinya tersenyum melihat bagaimana dengan lincah ia berlari sembari membawa bola. Kakiku pun tak bisa berhenti bergerak sejak tadi. Ingin rasanya aku melompat turun dan berlari ke tengah lapangan untuk mendukung dan menyeka peluh di kening serta lehernya.

Hari ini dia bertanding basket bersama tim kebanggaan. Basket adalah favoritnya. Salah satu hal yang paling ia suka selain tidur, musik, dan aku. Bukan bermaksud sombong atau terlalu percaya diri. Tapi, begitulah adanya.

Aku berdiri dan dengan lantang meneriakkan namanya. Lihat keringat itu, nafas yang tersengal, dan lutut yang berkali-kali dipijat pelan. Sejenak aku tenggelam dalam pikiran penuh kekhawatiran. Apa dia baik saja disana?

“ Hyung!! Semangaaaat!! “

Aku memasang senyum lebar terbaik yang ku miliki. Senyum yang katanya ia suka. Sudah jadi candu ujarnya. Aku mencoba memberi kekuatan dengan ini, ku harap ia merasakannya. Mungkin dia bisa mendengar suara kerasku. Dia menoleh dan tersenyum dengan mata tertuju padaku. Apa itu tadi? Pipinya merona. Ah- dia manis sekali.

-------------------------

“ Yeaaaay!!! “

Aku memekik dengan keras begitu melihat skor akhir. Dia menang. Kesayanganku bersama tim nya berhasil memenangkan pertandingan. Aku bisa melihat bagaimana senyum gusi penuh bahagia itu mengembang di wajah penatnya. Ingin rasanya aku meneteskan air mata. Aku bangga.

Melihatnya berlatih dengan keras hampir sebulan penuh, rela mengurangi waktu denganku untuk menemui pelatih dan kawan-kawan se-tim, pulang larut dan mengabaikan sejenak projek lagu yang ia buat bersama dengan Namjoon dan Hoseok Hyung. Aku bangga. Sangat bangga melihatnya meraih menang karena perjuangan keras yang ia lalui sebelumnya.

Poninya tampak lepek, tidak rapi, dan menutupi mata. Meski begitu aku tetap bisa melihat pancaran suka cita dan bahagia dari mata kucingnya. Aku berlari turun dari tribun, mendekatinya dengan tangan terentang dan memeluknya erat begitu sampai.

Ia membalas pelukanku sembari tertawa. Renyah sekali di telinga. Aku senang usahanya tak berakhir kalah. Keringatnya selama ini berbuah medali emas yang indah dipandang mata. Dia hebat. Selalu.

“ Selamat Hyung. Aku bangga sekali padamu Boo! “

“ Terima kasih. Itu juga berkat doa dan dukungan yang kau berikan padaku Ume “

Aku melihat medali yang terkalung di lehernya. Ia juga mengikuti arah pandangku. Telapak besarnya mengusak rambutku dan berkata bahwa aku akan mendapat yang serupa suatu saat nanti. Aku tersenyum. Begitu tersentuh karena ucapannya. Aku mengangkat kamera kecil yang ku bawa. Mengambil sedikit langkah mundur untuk bisa memotretnya.

“ Ayo senyum Hyung! “

Aku terkekeh melihat foto yang baru saja aku ambil. Dia menarik tanganku dan mengambil alih kamera dalam genggamanku. Dipanggilnya seorang teman dan kemudian dia menyuruhnya memotret kami berdua. Aku mendekat padanya. Dia mengangkat medalinya sembari tersenyum. Sejenak aku melirik dia melalui ekor mata. Aku bahagia, untuk dia, dan untuk kami berdua. Aku juga turut berpose, membuat V Sign dengan jariku dan tersenyum bersama dia ke arah kamera. Ah- jadi begini rasanya tenggelam dalam euphoria.

[ F I N ]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status