Share

Petak Umpet

Penulis: Alen D.
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-22 16:16:56

“Pergi dari sana, Bajingan. Jangan mengganggu wanita itu. Kau pergilah ke kantor polisi, serahkan diri dan buat pengakuan akan memerkosa anakmu sendiri.”

Deolinda yang tanpa sengaja mendengar perkataan hati seorang pria tua dan tak bermoral langsung memberikan perintah dan mengendalikan pikiran. Usaha Deolinda berhasil, tapi, tanpa se-pengetahuannya, ada sosok lain yang mendengar perintah itu.

Deolinda masih fokus pada kejadian ini. Otak yang bisa membaca pikiran orang lain menerima ketakutan dari seorang gadis yang tengah berteriak dan berdoa mencari pertolongan. Deolinda yang mengetahui itu tentu saja tak tinggal diam, dia mengendalikan pikiran si pria tua dan memerintahkan untuk menyerahkan diri ke pihak berwajib. Pria itu menuruti dan dengan sadar –atas kendali- dia menyerahkan diri.

Deolinda menarik napas lega, kali ini pun berhasil. Setidaknya, dia menolong seorang wanita dan masa depannya pun terselamatkan. Deolinda pun tersenyum bahagia dan melanjutkan pekerjaannya.

“Syukurlah,” ucap Deo pelan.

“Sudah puas?” Suara seseorang masuk ke dalam pikiran Deolinda.

Terkejut? Tentu saja.

Deolinda diam dan tak membalas dengan tubuh kaku, tak mengerti apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Jantung Deolinda berdetak cepat, rasa takut kini menyelimuti.

Ada yang tahu pikiranku? tanya Deolinda dalam hati, tak menyangka sama sekali ada orang yang sama seperti dia.

“Bukan hanya kau, tapi, semua manusia di bumi ini. Kau hanya satu dari milyar-an penduduk bumi di planet ini. Semua yang ada di sini, aku tahu.”

Maha Dimensi menunjukkan kekuasaannya, kali ini dia bersikap sangat sombong untuk makhluk ini. Namun, dia menyadari manusia yang sedang dia hadapi berbeda dengan manusia biasa. Seseorang yang lepas dari pengawasannya dan tanpa alasan yang diketahui oleh sosok Maha Dimensi.

Siapa manusia ini? Lelaki atau perempuan? Maha Dimensi bertanya dalam hati.

“Kenapa diam saja? Bukankah tadi kau sangat bangga karena sudah menolong seseorang?” Maha melihat ke arah Dewingga. “Cari dan temukan. Dia ada di gedung ini,” kata Maha memerintah.

“Baik, Maha.” Dewingga meninggalkan ruangan Maha dan bergegas mencari si pemilik Mireco.

Sementara Dewingga mencari, Maha mengulur waktu untuk memudahkan Dewingga. Tak mungkin dia yang mencari, emosi Maha Dimensi sedang memuncak, sosoknya akan ketahuan oleh para manusia di gedung ini, jika dia meninggalkan ruang kerjanya. Yang akan terjadi berikutnya adalah salah satu dari rahasia alam pun terbongkar. Bisa dipastikan manusia akan menjadi serakah dan berubah menjadi setan tamak.

Jika itu pun terjadi, Maha Dimensi pun akan ikut merasakan akibatnya, menjadi iblis yang paling mengerikan di dunia, di seluruh jagat raya. Maha pun sadar, dia adalah bagian paling mengerikan dari kehancuran manusia dan alam.

“Siapa kau?” Dengan berani Deolinda bertanya.

“Ah … kau seorang wanita ternyata.” Maha Dimensi terdengar sangat meremehkan. “Bagaimana mungkin kau bisa memiliki semua itu?”

“Memangnya kau itu siapa? Mau tahu urusan orang. Yang pasti aku mendapatkan karunia ini bukan dari pesugihan atau memuja setan!” tegas Deolinda tak ingin dituduh sembarangan.

“Lalu, dari mana kau mendapatkan itu, Manusia?” tanya Maha masih berusaha menahan emosi.

“Mau tahu aja Anda? Anda itu siapa? Kita tidak pernah kenal sebelumnya dan Anda tidak perlu sok akrab sama saya!” sarkas Deolinda kesal.

Tanpa disadari oleh Deolinda, ekspresinya berubah tak bisa dimengerti, wajah kesal dan terlihat marah, mengulum bibir dan menahan umpatan tak jelas, tak ketinggalan mata yang terkadang menyipit dan membuka lebar.

“Kau, Perempuan ….”

“Ya, Lelaki, ada apa?” potong Deolinda cepat dan masih tidak suka. “Kenapa diam? Kalah debat? Atau bukan Anda itu bukan lelaki?”

“Benar-benar kau ….”  Maha tidak ingin gegabah. Dia mencoba mengalah. “Baiklah, sekarang aku ingin kita bertemu. Kau ada di mana?” Maha Dimensi luluh.  Dia ingin berbicara dengan tenang dan bertanya mau manusia itu.

“Ogah! Cari saja kalau bisa. Yuk, dadah babai!” Deolinda menutup debat tak penting yang mereka lakukan.

Wanita itu menarik napas dan membuang dengan kasar. Saat itu juga, Mireco pun berhenti. Deolinda mendongak, menatap langit-langit ruang kerjanya, mata sinis menatap seolah-olah pria yang baru saja membuat dia kesal ada di depan mata.

“Dasar laki-laki bego!” maki Deolinda kesal.

“Heh! Kenapa kamu? Dari tadi ekspresi tak jelas begitu, malah maki aku pula. Aku salah apa?” tanya pria yang duduk tepat di depan Deolinda, mereka hanya dibatasi dua komputer saja.

“Bukan kamu, Dimas. Enggak perlu terlalu percaya diri, ya!” Deolinda menatap sinis.

“Halah, kan, cuma aku saja laki-laki di ruangan ini.” Dimas masih tidak terima penolakan Deolinda.

“Gaes … ada Pak Wingga,” teriak pegawai wanita yang selalu berpenampilan seksi di kantor, Kirana. “Aduh, Pak Wingga mau ke sini kok ‘nggak kasih kabar, sih? Aku, kan, jadi ribet mau touch-up.

“Hei, Kirana. Itu muka kau mau didempul bedak seberapa tebal lagi, hah?” Dimas bicara sinis. “Kalau cantik, mah, cantik saja. Seperti dewi di depanku ini, Anulika tercinta,” ucap Dimas sambil menatap Deolinda penuh rasa suka.

“Cantik?” sinis Kirana yang tak ingin memiliki saingan. “Hellow, Dimas anak Pak Nugraha, mata kamu rabun atau katarak. Dia kamu bilang cantik? Periksa sana mata kamu ke dokter mata. Biar benar menilai kecantikan perempuan,” ucap Kirana kasar dan angkuh.

“Selamat pagi,” sapa Dewingga yang sudah berada di ruang kerja tim Human Capital.

“Pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Kirana dengan tingkah centil dan menggoda.

Semua pegawai berdiri menyambut kedatangan asisten pribadi presiden komisaris Bhaumik Group -Affandra Bhaumik-.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Maha Dimensi   Sesuatu dalam Diri

    Mata Deolinda membulat hampir keluar, seketika warna matanya pun berubah untuk se-detik ketika Affandra mengatakan sesuatu.“Jangan pernah melihat sosoknya, jika tidak ingin merindukan bentuk yang telah lama hilang. Sedikit lagi, dia akan menghilang. Bahkan, untuk berada dalam ingatan makhluk yang pernah menjadi pengikut setianya.”Setelah mengatakan itu, Maha menyunggingkan senyum licik.“Maksud ucapan Bapak tadi apa?” Deolinda benar-benar bingung dan tidak mengerti. “Memangnya apa yang akan terjadi kalau dia muncul?”“Raganya sudah lenyap ....”“Kalau sudah lenyap, kenapa harus takut?” Sambung Deolinda memotong.“Tidak dengan jiwanya,” lanjut Maha yang geram dengan kelakuan wanita ini. “Dan, jiwa sekarang bisa mengambil alih raga yang menjadi inangnya.”Deolinda paham. Sangat jelas maksud dari ucapan pria ini.“Artinya saya bisa mati?”“Tidak. Tentu saja tidak mati.” Affandra tersenyum. “Hanya saja, jiwa kalian akan tertukar. Mafalda akan mengendalikanmu, mengurung jiwamu yang seben

  • Maha Dimensi   Berita Viral

    Maha membawa Deolinda meninggalkan ruangan. Mereka yang tinggal di sana, menatap takjub, terpesona akan aksi gentle dari seorang Affandra Bhaumik. “Dimas benar-benar ‘gak punya kesempatan ya,” ujar Kirana sinis. Mata melirik dengan sorot mengejek. Yang sedang diomongi hanya mampu menatap pemilik suara dan hanya mampu menahan marah saja. Semua kembali ke meja masing-masing dan kembali bekerja. Di luar, Deolinda melepas tangan Affandra yang “entah kenapa” tadi disambut. Memastikan tidak ada orang di sekitar mereka. “Semua sedang sibuk bekerja saat ini. Tak ada satu makhluk pun berada di tempat ini, jadi tidak perlu khawatir.” Maha menjelaskan lalu memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celana. “Lalu, kenapa Bapak datang ke ruangan saya?” Deolinda menyipitkan mata, seolah-olah menyelidiki. “Kepala dan telingaku.” Singkat, jelas dan padat jawaban Maha. Sayang sekali, Deolinda tidak paham maksudnya. “Memangnya kenapa dengan kepala dan telinga Bapak? Sakit?” tanya Deolinda terdenga

  • Maha Dimensi   Jangan Ikut Campur!

    Memang, manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dimiliki. Ingin lebih dan lebih lagi. Bukan hanya manusia, Mafalda pun sama. Ingin menguasai dunia melalui Affandra Bhaumik dan bermaksud menyingkirkan wanita-wanita di sekitarnya.“Hitan, kau sudah tahu bagaimana caranya menyingkirkan tunangan Affandra?” tanya Mafalda di tempat gelapnya.“Maafkan saya, Yang Mulia. Nona Deolinda tidak bisa saya dekati. Dia tinggal di paviliun utama rumah Bhaumik.” Hitan melaporkan dengan penuh rasa takut.Tanpa dipikirkan, sudah tahu sosok dengan wujud manusia berjenis kelamin wanita adalah satu-satunya yang dia takuti di alam raya ini. Hitan sudah bersiap untuk menerima hukuman.“Nanti saja, urusan manusia bernama Deolinda itu bisa belakangan. Sekarang—“ Mafalda menoleh dan menatap Hitan. “Cari manusia yang bisa kau jadikan penguntit untuk Mulan. Kumpulkan semua informasi tentang dia. Jika perlu, semua manusia yang menjadi pelayan di rumah Affandra.”“Baik, Yang Mulia,” jawab Hitan dengan s

  • Maha Dimensi   Anastasia VS Mulan

    Mulan tidak percaya kemudian menatap sekitar dengan mata penuh tanda tanya.“Kenapa aku ada di sini?” Baru saja dia menyadari sesuatu. “Aku ke sini jalan sendiri?” gumam Mulan tak mengerti.“Oh, iya. Aku melamun tadi, astaga ... aku sampai lupa.” Sebuah suara berbicara dalam pikirannya.“Hai, Mulan, maaf sudah membuat kamu menunggu lama,” sapa Anastasia dan langsung duduk di depan Mulan.“Tadi aku dihubungi oleh manejer model ini.” Lagi, suara dalam pikiran Mulan bicara.‘Bagus, kau kini sudah paham skenarioku,’ ucap Anastasia dalam hati. ‘Di jarak dekat begini, sangat mudah menggunakan Mireco yang terbatas ini.’Mafalda membawa Mulan ke hadapannya untuk mempelajari karakter perempuan yang sedang berlakon di rumah Bhaumik.Mulan hanya mengangguk saja. Namun, ada sesuatu yang salah dari cara menatap.“Yang Mulia,

  • Maha Dimensi   Mulan, si Wanita Iblis

    “Aku akan menyusun drama dengan judul “Anak Brokenhome”,” kata Mulan, “yang menderita dan sangat kesepian. Nanti, akan kuatur waktu dan tempat yang tepat untuk membuat Tuan Muda melihatku. Seolah-olah tanpa sengaja, aku akan menangis, bersedih. Bukankah para lelaki menyukai kondisi itu? Setelah aku menceritakan penderitaanku perlahan dan pasti, aku akan membuat adegan yang tanpa sengaja memeluknya, selanjutnya terbawa suasana, kami pun berciuman. Mesra, lembut dan hangat, lalu akan berakhir di atas ranjang panas. Kami akan bercinta penuh hasrat dan gairah.”Panjang lebar Mulan membisikkan rencana jahatnya ke Delon.“Kau gila?” beo Delon.‘Benar-benar wanita tak berhati. Kaya, cantik dan berpendidikan tinggi tak membuat seseorang memiliki hati dan perilaku baik. Benar-benar perempuan iblis,’ ucapnya dalam hati.Setelah mendengar rencana Mulan, Delon mengakui perempuan ini adalah iblis berbe

  • Maha Dimensi   Keserakahan Manusia

    Mulan duduk menunggu ditemani secangkir latte panas dan sepotong “red velvet”di kafe milik model ternama, Anastasia Roesandi.“Dasar lelet. Orang itu mau duit, ‘gak sih?” gerutu Mulan yang sudah menunggu lima menit.“Jangan menggerutu begitu, nanti cantiknya hilang, Manis.” Suara berat pria mengejutkannya.“Berengsek! Kau hampir membuatku terkena serangan jantung,” gerutu Mulan dengan mata yang menatap tajam.Pria itu tertawa dengan kencang. “Kau terlalu berlebihan, Mulan. Jangan bermimpi terlalu tinggi, kalau jatuh pasti sakit sekali.”“Tidak perlu berfilofosi, Delon. Kau bukan filsuf.”“Tapi ....”“Cukup, aku menyuruhmu datang untuk memberikan pekerjaan, bukan untuk menggurui, paham!” tegas Mulan.“Baiklah, Manisku.” Delon memanggil pelayan dan memesan secangkir espreso dengan “double shoot&rdqu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status