Share

chapter 13

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2025-08-06 21:20:06

Bab 13

Sakinah dan Teguh masih berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, mengitari berbagai toko dan gerai. Meski sudah membeli beberapa barang untuk dirinya sendiri, Sakinah tak bisa menghilangkan satu pikiran yang mendesaknya. Ia mendadak teringat akan keluarga yang ditinggalkannya di rumah—Nek Widia, Tante Nunik, Tante Rara, dan sepupunya, Ratih. Sakinah tahu betul bahwa mereka sangat materialistis, dan hampir pasti akan mencibirnya habis-habisan jika ia pulang tanpa membawa apa pun untuk mereka.

Mereka pasti mengira, mengingat status Teguh yang ternyata kaya, Sakinah akan datang membawa oleh-oleh yang tak biasa. Dan jika ia datang dengan tangan kosong, cemoohan sudah pasti akan ia terima.

“Mas.” Sakinah memecah keheningan sambil menoleh ke arah Teguh. “Aku baru kepikiran, mungkin aku harus beli sesuatu untuk Nenek, tante-tante, dan Ratih. Kalau aku pulang besok tanpa bawa apa-apa, mereka pasti ngomel panjang lebar,” ucap Sakinah dengan wajah sedikit menunduk.

Teguh menatapnya dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mahar 500 Juta   chapter 16

    16)Pagi itu, matahari mulai menampakkan sinarnya di sela-sela tirai jendela kamar Sakinah dan Teguh. Sakinah sudah terbangun lebih dulu, ia tampak memandangi wajah Teguh yang masih terlelap di sampingnya. Dia masih sulit percaya bahwa kini ia telah menjadi istri dari pria sebaik dan setampan Teguh. Di balik segala kebahagiaannya, Sakinah masih merasa ada hal yang belum terselesaikan, namun ia berusaha menenangkan dirinya dan menyingkirkan pikiran buruk dari benaknya. Teguh menggerakkan tubuhnya perlahan, terbangun dari tidurnya. “Pagi, Sayang,” ucapnya serak, senyum lembut menghiasi bibirnya.“Pagi, Mas,” balas Sakinah dengan senyum yang tak kalah lembut.“Aku harus berangkat kerja pagi ini ke perusahaan Papa. Ada beberapa hal penting yang harus aku selesaikan di sana,” ujar Teguh sambil perlahan duduk di tepi ranjang, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah tidur panjang.Sakinah mengangguk. “Aku juga mau balik kerja di warung soto, Mas.”Teguh menatap Sakinah sebentar, lalu

  • Mahar 500 Juta   chapter 15

    Bab 15Malam pun akhirnya tiba, dan suasana rumah keluarga Sakinah dipenuhi dengan kehangatan palsu. Sakinah dan Teguh duduk bersama di meja makan bersama Nek Widia, Tante Nunik, Tante Rara, dan Ratih. Makanan telah tersaji, dan seolah tanpa ada masalah, semua orang mulai menyantap hidangan dengan tanpa suara. Namun, Sakinah dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang tak beres.Sejak Teguh datang, tante-tantenya, terutama Tante Nunik dan Tante Rara, terus menatap suaminya dengan tatapan yang seolah mencari perhatian. Bahkan, beberapa kali mereka melontarkan candaan yang terdengar menggoda, namun dengan kedok “bercanda.”“Wah, Teguh. Kamu kelihatannya makin tampan aja sekarang ya habis bulan madu itu. Makin happy ya setelah nikah. Jangan-jangan Sakinah yang bikin kamu makin bersinar,” ujar Tante Nunik dengan nada genit, disusul tawa kecilnya.Sakinah langsung merasakan ada yang tidak beres dengan nada bicara Tante Nunik. Ia melirik ke arah sang suami yang tampak tidak terganggu dan hanya m

  • Mahar 500 Juta   chapter 14

    Bab 14Setelah seharian berbelanja, Sakinah dan Teguh kembali ke hotel. Malam mulai beranjak larut saat mereka kembali ke kamar hotel mewah mereka. Hal pertama yang Teguh lakukan adalah menyimpan tas-tas belanjaan di sudut ruangan. Sakinah yang sejak tadi merasa lelah namun puas, duduk di tepi ranjang sambil melepaskan sepatunya.Setelah itu keduanya bergantian menggunakan kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum pergi tidur. “Mas, hari ini lumayan capek juga ya keliling mall, tapi aku seneng banget. Terima kasih ya, udah beliin barang-barang buat keluarga aku,” ucap Sakinah dengan senyum lelah menghiasi wajahnya. Meski begitu di mata Teguh, Sakinah tetap cantik dan menawan.Teguh mendekat lalu duduk di samping Sakinah sambil meraih kedua tangan istrinya. “Aku cukup senang bisa bikin kamu bahagia hari ini, Sayang. Lagipula, itu cuma barang-barang kecil, yang penting kamu bahagia, aku pasti ikut bahagia.”Sakinah tersenyum lembut, kemudian memandangi suaminya dengan penuh rasa syuk

  • Mahar 500 Juta   chapter 13

    Bab 13Sakinah dan Teguh masih berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, mengitari berbagai toko dan gerai. Meski sudah membeli beberapa barang untuk dirinya sendiri, Sakinah tak bisa menghilangkan satu pikiran yang mendesaknya. Ia mendadak teringat akan keluarga yang ditinggalkannya di rumah—Nek Widia, Tante Nunik, Tante Rara, dan sepupunya, Ratih. Sakinah tahu betul bahwa mereka sangat materialistis, dan hampir pasti akan mencibirnya habis-habisan jika ia pulang tanpa membawa apa pun untuk mereka.Mereka pasti mengira, mengingat status Teguh yang ternyata kaya, Sakinah akan datang membawa oleh-oleh yang tak biasa. Dan jika ia datang dengan tangan kosong, cemoohan sudah pasti akan ia terima.“Mas.” Sakinah memecah keheningan sambil menoleh ke arah Teguh. “Aku baru kepikiran, mungkin aku harus beli sesuatu untuk Nenek, tante-tante, dan Ratih. Kalau aku pulang besok tanpa bawa apa-apa, mereka pasti ngomel panjang lebar,” ucap Sakinah dengan wajah sedikit menunduk. Teguh menatapnya dengan

  • Mahar 500 Juta    chapter 12

    Bab 12“Sakinah,” potong Teguh dengan suara tegas namun lembut. “Malam ini, kita tidur saja dulu, ya? Nanti, kalau kita sudah benar-benar siap, kita bisa melakukannya. Aku mau kamu merasa nyaman, bukan karena kamu merasa harus melayani aku.” Teguh tetap berusaha menolak halus kemauan Sakinah meski wanita itu sudah menyatakan jika dirinya sudah siap untuk melakukannya malam ini juga. Sakinah hanya bisa mengangguk pelan, meski ada perasaan campur aduk di dalam hatinya. Di satu sisi, ia merasa Teguh begitu pengertian, tapi di sisi lain, ia tidak bisa menahan rasa penasaran dan kecanggungan sebagai istri baru. “Ya sudah, kalau gitu ... kita tidur aja dulu ya, Mas,” ucap Sakinah dengan suara yang sedikit gemetar. Teguh tersenyum, lalu menarik Sakinah dalam pelukannya. “Ayo kita istirahat, Sakinah. Kamu pasti capek.” Pria itu lebih memilih untuk menidurkan Sakinah di dada bidangnya saja saat ini. Sakinah pun memejamkan mata di dalam dekapan Teguh, merasakan hangatnya pelukan suaminya. M

  • Mahar 500 Juta   Chapter 11

    Bab 11Malam tiba, dan pasangan pengantin baru itu tampak berbaring di ranjang hotel dengan pikiran masing-masing. Keduanya berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Suasana begitu hening karena tidak ada obrolan intens yang berarti di antara mereka.“Mas ….”“Sakinah ….”Keduanya tiba-tiba mengeluTeguh suara secara bersamaan.“Eh, kamu aja duluan yang ngomong, Mas,” ucap Sakinah seraya memiringkan tubuh. Begitu juga dengan Teguh. Kini keduanya berbaring dengan posisi miring dan saling bertatapan.“Kamu aja dulu yang ngomong, Sakinah,” ucap Teguh tampak tenang.“Ehm, boleh ya?”“Iya, boleh dong, masa’ nggak, Sakinah. Ayo, ngomong aja apa yang mau kamu bicarakan,” ucap Teguh lagi.“Hmm, tadi … Mas bilang aku boleh nanya apa aja kan tentang Mas,” ucap Sakinah mengawali obrolannya.“Iya, bener. Kamu mau nanya apa? Aku pasti akan jawab, Sakinah.”Sakinah justru melamun sesaat sampai Teguh membuka suara untuk menyadTeguhnya.“Sakinah, katanya mau ngomong?” “Ehmm, Iy–iya, Mas. Jadi, ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status