ホーム / Fantasi / Mahkota Darah sang PHOENIX / 2. Api Abadi Altar Megah Pengorbanan

共有

2. Api Abadi Altar Megah Pengorbanan

作者: Aksarajjawi
last update 最終更新日: 2025-11-17 22:13:14

Hari ini, undangan dari Kaisar Zhu Wuhuo telah disebarkan ke seluruh wilayah Kerajaan lain di Benua Tianxu. Kaisar Phoenix duduk diam di kamarnya, saat Chi Yan kembali menguatarakan ramalannya.

"Yang Mulia, bisakah kau temui Kaisar Harimau Putih?" ucap seorang Prajurit setelah memberikan penghormatan kepada Kaisar Zhu Wuhuo.

"Oh, maksutmu Kaisar Bai, dari wilayah Timur?"

Prajurit itu mengangguk. "Benar, Yang Mulia."

"Untuk apa dia datang?"

"Kaisar Dewa Harimau Putih, memasuki ruangan!" teriak pengawal singgasana menabuh palu gong Istana.

Begitu suara menggema, Kaisar Harimau Putih datang. Dia memberikan hormat, "Yang Mulia. Bagaimana kabarmu?" tanyanya, sedikit berbasa-basi.

Di sela itu, prajurit yang memberikan kabar untuk Kaisar Zhu Wuhuo, akhirnya mengundurkan diri dari hadapan mereka berdua.

Tersisa Zhu Wuhuo, dan Kaisar Harimau Putih, Bai Chen.

"Apa yang membuat Kaisar Harimau Putih datang kesini? Bukankah undangan yang disebar masih untuk beberapa hari lagi?" tanya Zhu Wuhuo, memusatkan aura kegelapannya, kala menghadap pada Kaisar Bai Chen.

"Aku hanya sedang melakukan perjalanan. Dan melihat-lihat. Kebetulan, prajurit Phoenix Api berbondong sehingga aku menghentikan salah satu dari mereka dan membaca undangan untukku, lalu aku datang untuk bertemu denganmu..." ujar Bai Chen mengambang.

"Jadi, apa maksud dan tujuanmu?"

"Apa aku boleh menyumbangkan sedikit kekuatan agar pengorbanan Putri Zhu tidak begitu menyakitkan?" tawar Bai Chen.

Lantas membuat Zhu Wuhuo memelotot. Dia menyalangkan kemarahannya. Lalu membentak dengan kasar akibat merasakan perasaan yang sakit karena mengingat kembali akan pengorbanan anak kandungnya yang sudah di depan mata. "Jangan menyinggung aku, Kaisar Bai Chen. Phoenix Api bukan kerajaan kecil yang bisa sembarangan kau tantang. Atau pun kau permainkan!"

"Aku benar-benar bukan menantangmu, Kaisar Zhu. Hanya sedikit hadiah untuk pengorbanan putrimu. Seluruh dunia ini tahu, bahwa darahnya harus dikorbankan untuk kebangkitan dan keamanan Benua Tianxue. Apa yang harus disalahkan dengan semua niat baikku, Kaisar Zhu?"

Pertanyaan retorik milik Kaisar Bai Chen, sama sekali tidak bisa dijawab oleh Zhu Wuhuo. Dia menggigit giginya sendiri untuk menggertakkan emosinya yang tertahan. Ingin rasanya dia segera menebas kepala Bai Chen dengan pedang saktinya. Tapi, kewibawaannya sebagai Kaisar akan dipertaruhkan. Dan tentunya bisa memicu perang dunia Tianxue. Itu sama sekali tidak diinginkan oleh Zhu Wuhuo.

"Kalau begitu, apa yang ingin kau berikan pada putriku itu?" tanya Zhu Wuhuo, akhirnya mencoba untuk berpikir kritis.

Bai Chen, kemudian mengeluarkan sebilah sihir yang melahirkan api suci dari tangannya, dia memandang api seraya tersenyum, lalu memandang balik kepada Zhu Wuhuo, "Api Abadi, ini sangat bagus untuk Putri Zhu. Dia tak akan merasakan sakit apabila pengorbanannya dilebur di dalam api ini," terang Bai Chen.

Zhu Wuhuo memiringkan kepalanya. Kemudian dia menegakkan kembali kepalanya. Setelah meneliti dengan detail wujud api berwarna merah pekat dan menyala-nyala tinggi itu. "Aku akan mencoba menyentuhnya," suaranya kemudian terucap.

Zhu Wuhuo menyentuh api itu dengan tangan kosongnya. Lalu merasakan sensasi aneh, seperti sedang diselimuti angin. Tidak ada rasa panas sama sekali walaupun, lama-lama ada luka bakar di sana. Zhu Wuhuo kemudian menarik tangannya, dan meringis kecil, "sshh... ternyata baru terasa sakit saat tidak menyentuh apinya lagi."

"Benar sekali, Kaisar Zhu. Api Abadi yang lahir dari kekuatanku itu adalah murni milik Dewa Harimau Putih yang bersemayam di tubuhku. Api itu memang mematikan... dia akan membakarmu tanpa membuatmu merasakan sakitnya. Ini sangat efektif ketika berperang, karena musuh tidak sadar bahwa dia terluka."

Kaisar Phoenix Api mendadak marah, tersinggung dengan kata musuh yang dilontarkan oleh Kaisar Bai, "apa kau bermaksud mengatakan bahwa aku adalah musuhmu?!" Zhu Wuhuo berkacak pinggang.

"Tidak-tidak! Ini adalah bentuk persahabatan. Bukan permusuhan, Kaisar Zhu!" suara Bai Chen, terdengar dibuat-buat.

Membuat Zhu Wuhuo berdecih kesal. Dia selalu tak suka berhadapan dengan orang seperti Bai Chen. Namun, opsi yang akan dihadiahkan untuk putrinya itu... merupakan opsi dengan ide yang cemerlang. Tidak mungkin akan Zhu Wuhuo lewatkan, "jangan lagi bicara padaku. Temui Putriku di Altar Ibukota Istana. Dia sedang di sana. Kau katakan saja dengan jujur apa maksudmu, setelah menemuinya." Zhu Wuhuo, lantas bergerak membelakangi Bai Chen yang sudah tersenyum lebar.

Bai Chen merasakan perasaan senangnya yang luar biasa.

"Terima kasih Yang Mulia, Kaisar Zhu Phoenix Api." Bai Chen mengepalkan tangan untuk menautkan salam hormat pada Kaisar Zhu Wuhuo. Usai memberi penghormatan itu, Bai Chen melanjutkan langkah-kakinya dengan cepat. Segera ingin datang ke Altar Ibukota. Dia tenggelam dengan pertanyaan yang selalu lahir di benaknya tatkala berpikir tentang Phoenix Api maupun Zhu Linglong itu sendiri.

"Bagaimana rupa wujud mahluk yang bersemayam di tubuhnya? Aku sangat penasaran," ujarnya dalam hati, sangat misterius.

*****

Zhu Linglong menatap dari balkon Paviliunnya. Ada seorang pemuda yang sama sekali tidak pernah dia temui. Pemuda dengan aksesoris mahkota bersurai bulu harimau putih. Kini, Zhu Linglong tahu. Mungkin saja, itu adalah Kaisar Harimau Putih?

Tapi, untuk apa dia datang kemari?

"Salam, Putri Zhu Linglong," ujar si pemuda itu.

Dia, tak lain dan tak bukan adalah Bai Chen. Kaisar yang baru saja meminta izin pada Zhu Wuhuo untuk memberikan Api Abadi kepada Zhu Linglong.

"Salam. Bisa jelaskan, tuan dari..."

"Dari wilayah Kerajaan Timur, Tuan Putri. Kaisar Harimau Putih, Bai Chen," sambung Bai Chen, atas kalimat Zhu Linglong yang mengambang.

"Ada apa, Kaisar Harimau Putih datang dengan repot kemari? Bukankah, sudah ada ramalan untuk dilarang menemui aku karena dunia pasti akan memusuhinya?" ujar Zhu Linglong, yang dilanda kebingungan.

Bai Chen mendekat sejarak dengan Zhu Linglong yang kini sudah berdiri, menatap sepenuhnya pada Bai Chen. "Tuan Putri... Aku sudah diizinkan Kaisar Zhu Wuhuo untuk boleh kemari. Dan aku hanya ingin memberikanmu Api Abadi, untuk memperhalus pengorbananmu."

"Memperhalus pengorbananku?" ulang Zhu Linglong, dia mendekatkan langkahnya pada posisi Bai Chen berdiri, "dengan bagaimana aku bisa memperhalus pengorbananku ini Kaisar Bai? Dan kenapa aku harus memperhalusnya?"

"Dengan Api Abadi milikku, Putri Zhu. Aku menyarankan serta menghadiahkan ini padamu, agar putri cantik seperti dirimu tidak mati mengenaskan dan kesakitan di api," ucap Bai Chen.

Zhu Linglong terdiam. Dia meresapi kalimat dari Kaisar Harimau Putih itu. Sebenarnya, Zhu Linglong tidak tahu apa maknanya. Tapi, segala ucapan yang keluar dari Bai Chen terasa tidak tulus. Haruskah Zhu Linglong mempercayai orang yang sama sekali belum pernah dia temui?

"Apakah... Putri Zhu, ragu?" Bai Chen, menebak sikap diam dari Zhu Linglong.

Hasilnya, Zhu Linglong tersadar dari pikirnya. Membuyarkan segala firasat tak berdasar yang alamiah muncul. Zhu Linglong menggeleng, "tidak Kaisar. Aku adalah orang yang cukup terbuka atas pemberian siapapun. Aku tidak ragu sama sekali dengam niat baikmu," ujarnya, seraya tersenyum sangat cantik dan sangat ramah kepada Bai Chen.

Bai Chen menunduk. Dia kemudian berputar arah, membelakangi Zhu Linglong, dalam hati ia berkata, "baru pertama kali melihat wujud asli anak Zhu Yan. Dia benar-benar secantik ibunya. Sangat disayangkan... dia harus menjadi wakil kekuatan Dewa Zhu Que."

Bara Api Abadi dari telapak tangan Bai Chen kemudian terlempar menyala di tengah Altar Ibukota. Membuat suasana panas di sekitarnya menjadi dingin. Namun, guratan api yang menyala-nyala itu sama sekali tak padam.

Kembali lagi, sisi ghaib burung Phoenix di jantung Zhu Linglong berbicara dengan nada kesal. Burung itu terbang secara ghaib kesana-kemari keluar dari tubuh Zhu Linglong, sambil melihat Bai Chen tepat di depan wajahnya. "Dasar orang bodoh! Kau pikir Api Abadi seperti ini bisa membakar aku!" rutuk jelmaan burung phoenix itu dan langsung kembali lagi ke tubuh Zhu Linglong.

Sama sekali tak ada yang bisa melihat peristiwa itu, karena Langit belum mengizinkan dia untuk terlihat.

Tersisa Zhu Linglong, yang meratapi Altar itu. Dia berdiri berjajar di samping Bai Chen. Tanpa sadar meneteskan air matanya, "hariku sudah tak lama lagi."

Yang langsung dibalas oleh burung Phoenix di tubuhnya, dia meracau sendiri tanpa bisa didengar oleh siapapun, "Zhu Linglong... ada aku... Dewa Zhu Que di tubuhmu! Jangan mati dulu! Hu...hu...hu!"

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   7. Malam Penculikan

    Malam sudah menyambangi. Menemani Zhu Linglong yang menatap sisa-sisa sepi dari altar ibukota ini. Perasaannya kembali terperangkap dengan rasa sedihnya. Meskipun, upacara ditunda, bukan berarti tidak akan terlaksana.Bahkan, kini Kasim Istana sudah memerintahkannya untuk tetap memasuki Altar. Dengan artian, Zhu Linglong hanya bisa menunggu di Altar ini sendirian.Dia juga sudah mengikat tubuhnya sendiri, pada tungku api altar. "Api abadi itu... katanya tidak akan membakarku dengan rasa sakit," gumamnya pelan.Teringat, pada Bai Chen yang mendatanginya pada saat hari undangan disebarkan. Dia ditemui oleh Kaisar dari Timur itu, dan dihadiahi Api Abadi. Di tengah ranumnya pikiran Zhu Linglong, mendadak dia merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya mulai terasa. Detak jantungnya seperti dipacu dua kali. Ada hawa panas yang seperti menyelimuti dirinya. "Apa api ini belum benar-benar padam?" tanyanya, sambil melihat ke bawah tungku.Zhu Linglong membelalakkan matanya. Memang benar, api abad

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   6. Ramalan Karangan dari Cang Jue

    "Bukankah dewi secantik ini tidak boleh dikorbankan?" Itu adalah suara hati Cang Jue, yang tak dapat didengar oleh semua khalayak di sepanjang Altar Ibukota ini. Akan tetapi, Cang Jue masih menjadi pusat perhatian. Semuanya tampak tak suka dengan selaan kalimat yang semula dia timpalkan. Zhu Linglong yang baru memasuki altar, pun juga jadi menatapnya. "Siapa Kaisar tampan itu? Mengapa... cukup lucu?" tanyanya, dari dalam hati, dan sedikit tersenyum. Dan Cang Jue sadar betul bahwa dia kini dilihat dengan tatapan berbagai arti dari banyaknya kepala manusia di sini. Dia sedikit menggerakkan tengkuknya, berdecak dalam hati, "para manusia yang menarik," kemudian tersenyum miring. Lantas, Cang Jue mulai berdiri dari kursi tamunya. "Jika sudah menjadi pusat perhatian, maka sekalian saja," ucapnya, melantangkan kalimat. Dia berdiri penuh wibawa sambil mata memandang mengitari Altar. Melihat satu per satu, para Kaisar itu, dan berhenti pada satu titik, yakni dua mata indah Zhu Linglong.

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   5. Upacara Pengorbanan Darah Phoenix Api

    Gendang gong Altar Ibukota sudah ditabuh tiga kali. Masyarakat sekitar Istana Selatan, berbondong-bondong mendatangi Ibukota. Mereka semua sangat ingin menyaksikan peristiwa yang sudah ditunggu oleh semua manusia dari segala penjuru. Penantian akan pengorbanan selama delapan belas tahun. Akhirnya hari ini tiba. Para Kaisar dari wilayah utara, timur dan barat pun telah menduduki tempat mereka masing-masing. Altar Ibukota itu dikepung oleh tempat duduk ke-empat Kaisar. Api Abadi sudah menyala bahkan saat sebelum acara dilaksanakan. Di tempatnnya, Kaisar Cang Jue menatap dengan dalam pada kobaran api. Alisnya mengernyit merasakan sesuatu yang familier. Mengundang pertanyaan dari Long Wei, jenderal tangan kanannya. "Yang Mulia, apa ada yang salah dengan Altarnya?" tanya Long Wei, pada sang Kaisar. Cang Jue melihat pada Long Wei, lalu melihat ke sekitar. "Kaisar Bai, Kaisar Xuan, menurutmu siapa yang bisa mengeluarkan Api Abadi di antara mereka?" tanya Cang Jue kemudian. Long We

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   4. Malam Terakhir

    "Anakku... ayahanda minta maaf kepadamu, apabila ayahanda sama sekali tidak punya jalan keluar untuk masalahmu ini," ucap Zhu Wuhuo, yang sudah berdiri selama tiga jam di Paviliun Chi Yan Dian, kini akhirnya bersuara. Membuat Zhu Linglong tersenyum. Dia mendekati ayahandanya, yang berdiri dengan menautkan tangan di belakang punggung. "Ayahanda jangan minta maaf, aku baik-baik saja. Lagipula, ramalan itu bukan ayahanda yang buat," ucap Zhu Linglong, seraya mengelus bahu ayahnya. Zhu Wuhuo kemudian menghadap pada Zhu Linglong sepenuhnya, sisi lengan kanan dan kiri Zhu Linglong, dipegangnya dengan penuh kasih sayang, "nak... selama ini kau tidak pernah sama sekali keluar dari Paviliun. Kau tidak ingin menikmati waktu untuk melihat-lihat?" "Maksud Ayahanda... untuk yang terakhir kalinya?" Zhu Wuhuo menunduk. Menyesal mengatakan itu, "tidak anakku. Ayahanda hanya asal bicara. Lupakan saja," rintihnya pelan. Zhu Linglong tertawa kecil, "tidak apa-apa, Ayahanda. Linglong mu ini su

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   3. Kaisar Azure Dragon, Naga Biru

    Istana Perak Biru wilayah Utara, Kekaisaran ke-59 yang kini dipimpin oleh kaisar baru. Mendadak ramai karena menerima kabar dari Wilayah Selatan. Kaisar Cang Jue, sang Dewa Kecil Naga Es Biru itu baru saja kembali dari kultivasinya di Lembah Kelereng Suci. Dia sudah harus menerima undangan itu dengan cap sihir dari Wilayah Utara, langsung darinya. Sungguh membuatnya merasa tidak bahagia. Memang saja, karena dirinya belum berniat kembali ke Istana, dan masih ingin berkultivasi mematangkan kekuatan Naga Es Biru milik tubuhnya itu. Tapi, sekarang malah harus kembali hanya untuk membaca dan menandatangani undangan. Membuatnya menggeleng kecil, "ada-ada saja," ucapnya lirih, hanya dia yang dengar. "Yang Mulia, bagaimana kami menyikapi undangan dari Kaisar Zhu?" tanya Long Wei, sang jenderal utama, begitu Cang Jue membubuhkan cap sihir tanda bahwa dia akan menghadiri acara di wilayah selatan itu. Kini, Kaisar Cang Jue, menatap pada Long Wei. "Bagaimana dengan ketampananku?" Long We

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   2. Api Abadi Altar Megah Pengorbanan

    Hari ini, undangan dari Kaisar Zhu Wuhuo telah disebarkan ke seluruh wilayah Kerajaan lain di Benua Tianxu. Kaisar Phoenix duduk diam di kamarnya, saat Chi Yan kembali menguatarakan ramalannya. "Yang Mulia, bisakah kau temui Kaisar Harimau Putih?" ucap seorang Prajurit setelah memberikan penghormatan kepada Kaisar Zhu Wuhuo. "Oh, maksutmu Kaisar Bai, dari wilayah Timur?" Prajurit itu mengangguk. "Benar, Yang Mulia." "Untuk apa dia datang?" "Kaisar Dewa Harimau Putih, memasuki ruangan!" teriak pengawal singgasana menabuh palu gong Istana. Begitu suara menggema, Kaisar Harimau Putih datang. Dia memberikan hormat, "Yang Mulia. Bagaimana kabarmu?" tanyanya, sedikit berbasa-basi. Di sela itu, prajurit yang memberikan kabar untuk Kaisar Zhu Wuhuo, akhirnya mengundurkan diri dari hadapan mereka berdua. Tersisa Zhu Wuhuo, dan Kaisar Harimau Putih, Bai Chen. "Apa yang membuat Kaisar Harimau Putih datang kesini? Bukankah undangan yang disebar masih untuk beberapa hari lagi?"

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status