แชร์

69. Tembus Jantung

ผู้เขียน: Aksarajjawi
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-13 10:18:31

Pedang milik para patung berbaju zirah itu benar-benar tepat sasaran! Turun melayang mengenai objek yang mereka inginkan. Di atas kepala Zhu Linglong.

Darah sudah menetes.

Berbunyi cukup seperti riak tetes air hujan. Baunya anyir, seperti bau besi.

Hanya sekitar tujuh tetes. Tetapi sudah sangat meyakinkan, bahwasanya, Zhu Linglong terkena goresan pedang tersebut secara spontan dan nyata.

Kedua tangannya menghalau dengan sigap, membumbung di atas kepalanya sendiri, untuk menahan lima pedang itu, sampai kulitnya tergores.

"Eugh..." erang Zhu Linglong tertahan, giginya menggertak, menyalurkan beban berat di bahunya.

Serangan pertama dari para patung-patung itu ternyata sangat kuat. Menghasilkan pedihnya luka dari balik kulitnya secara terang.

Bahkan, pusaran gelombang cahaya merah yang semula diciptakan entah hilang kemana, saking pecahnya konsentrasi utama.

Zhu Linglong lebih dulu fokus melindungi kepalanya sendiri, mengabaikan aluran energi inti Meridian Jiwa.

"Aku, t
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   86. Tawaran Xiao Chen

    Pria bernama Xiao Chen tersebut lantas melihat kepada Cang Jue. Mengurungkan niatnya untuk mendekat pada Zhu Linglong. Xiao Chen tersenyum lebih lebar, kini beranjak mendekati Cang Jue. "Kalau begitu ... sekarang biarkan aku berbicara padamu Tuan Baju Biru," ujarnya kepada Cang Jue. Cang Jue menyipitkan matanya. Merasa, sedikit aneh. Pikirannya berkecamuk. Wajahnya kaku. Dahinya mengerut. "Sebenarnya apa tujuanmu menghalangi kami pergi dari sini?" tanya Cang Jue penuh selidik. "Ehm," dehem Xiao Chen, kipas di tangannya bergerak mulai mengipasi wajahnya sendiri, "kalau sudah ada pelanggan yang datang, maka berarti aku harus melayani dengan baik," kata Xiao Chen, menjawab dengan nada yang sangat ramah. "Sekiranya, apa yang dibutuhkan oleh Tuan dan Nona di sini?" tanya Xiao Chen, melanjutkan. Mendengar kalimat pertanyaan itu, Zhu Linglong dan Cang Jue saling memandang. Keduanya bertemu tatap, seolah ingin berbicara. Masih berusaha untuk memahami situasi yang terjadi di tempat ini.

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   85. Toko Xiao Chen

    Mulut Cang Jue melengkung naik. Cukup tipis. Tapi artinya sangat dalam. Laki-laki itu mengangguk sekali, "terima kasih," singkat Cang Jue, lalu melanjutkan bicara dengan lebih lembut, "kalau begitu... mari kita masuk ke kota, aku akan lakukan sesuatu untuk mempermudah kita di Kota ini." Selesai mengucap itu, dia mengelus dahi Zhu Linglong pelan. Lalu sedikit memberi jarak posisi mereka berdua yang saling sembunyi di balik tumpukan kayu tinggi.Melihat suasana yang mulai sedikit menggelap. Tanda, bahwa siang hari akan segera sirna. Cang Jue bergerak lagi. Mengeluarkan jurus dua tapak jarinya. Mulai mengalirkan inti Meridian Jiwa. Memusatkan energi sihirnya untuk bisa keluar. Sampai akhirnya, mahkota Kerajaan yang selalu dia pakai di atas kepalanya... muncul dari balik gelombang cahaya sihir birunya. Cang Jue, membawa mahkota itu ke telapak tangan kanannya. Lantas, menghancurkan mahkota itu menggukanan tenaga dalamnya. Hingga pecahan berlian tercipta cukup banyak dan indah. Menjadi

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   84. Inner Side vs Perasaan Terpendam

    Jantung Zhu Linglong mengacau. Matanya nyaris keluar. Kalimat Cang Jue barusan terus terang menyentuh sanubari suci milik Zhu Linglong. "M-menikah? Kau tak salah bicara Cang Jue?!" Cang Jue menatap lekat pada Zhu Linglong. Mengukuhkan dirinya. "Tidak salah. Aku akan menikahi mu, dan ... dengan status ini, kita akan menyamar menjadi suami istri biasa. Bukan Kaisar Utara ataupun Putri Zhu Linglong yang diculik dan sedang dicari banyak orang," jelas Cang Jue dengan sangat tenang. Rasa-rasanya, sebagian akal Zhu Linglong hilang sepenggal. Memang benar, jika hatinya sudah mulai berbunga-bunga. Keberadaan Cang Jue sudah cukup menyentuh dirinya. Tetapi, menikah? Bukankah itu hal yang sangat besar maknanya. Setahu Zhu Linglong, pernikahan adalah ikatan suci yang tidak sembarangan. Zhu Qingyun pernah menceritakan hal ini, kakak laki-lakinya itu bilang... biasanya, pernikahan terjadi ketika jodoh sudah membiarkan cinta mengikatnya. Menikah, juga tidak pernah Zhu Linglong pikirka

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   83. Langkah, ke Wilayah Barat

    "Aku sanggup! Aku akan terima semua letak kerja sama kita hari ini Ketua Pengadilan. Semua sudah sangat jelas. Dan kita tidak boleh tutup mata!" kata Zhu Qingyun, turut berdiri, bersejajar di sebelah Ling Xuanzhen.Kedua orang dengan beda tujuan dan beda usia itu telah menyepakati untuk melakukan penyelidikan diam-diam. Untuk memecah segala teka-teki yang keduanya masih belum ketahui apa kebenarannya.Akan bertaruh segala hal, sekalipun nyawa mesti dikorbankan.Bagi Ling Xuanzhen semua untuk kebenaran dan keadilan yang sesungguhnya.Bagi Zhu Qingyun semua untuk kebenaran yang sebenarnya untuk adik kesayangannya.🖇️🪶Berlabuh kini tempat, menuju di mana Zhu Linglong dan Cang Jue berpijak. Sebuah jalanan lebih dengan rumput liar. Tanahnya basah, menciptakan pola jejak kaki yang nyata.Mereka berdua telah berjalan terus tanpa henti, hingga sampai di ujung pulau Utara. Berbelok melewati jalan pintas, sampai kini telah berhenti di sebuah hutan yang cukup subur. Pohon-pohon tinggi menjula

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   82. Restu Jasa Sinar Emas & Simbol Tanda Hukuman Sinar Emas Panas

    Ling Xuanzhen mengalihkan arah pandang matanya. Turun melihat lembaran kulit kambing yang tulisannya masih terlihat. Lembaran itu tergeletak dengan tenang di atas meja. Tulisan nya berisi :>Namun baru kali ini, Sinar Emas itu tidak muncul.Serta masalah Zhu Qingyun, mendadak menjadi sebuah potongan teka-teki yang sepertinya berhubungan dengan ketidak-munculan Sinar Emas restu jasa milik Ling Xuanzhen."Zhu Qingyun, apa kau pernah bertemu Kaisar Cang Jue setelah penculikan itu terjadi?" tanya Ling Xuanzhen, ingin memastikan satu hal.Zhu Qingyun menggeleng. "Tidak

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   81. Detail kecil bagi Zhu Qingyun

    Sekujur tubuh Zhu Linglong mematung. Langkahnya terhenti. Kala mendengarkan kalimat Cang Jue yang cukup lantang mempertanyakan hal tersebut. Tentang alasan mengapa dirinya tidak marah?! Gadis itu jatuh mendasar ke dalam jurang ingatan. Kala jiwanya terikat oleh ilusi yang sungguh membahagiakan. Semua itu, terkait dengan perasaan yang nyata. Antara dirinya, juga dengan Cang Jue. Seketika, pipi cantiknya bersemu. Membayangkan ilusi itu sekali lagi. Entah siapa yang membuatnya, tapi, rasanya Zhu Linglong sudah sepuluh ribu tahun hidup dengan perasaan itu. "Kenapa malah diam saja?" Cang Jue semakin melangkahkan posisi, untuk menghadap sepenuhnya pada Zhu Linglong, mencari letak arah mata gadis itu memandang. Zhu Linglong memandang Cang Jue pula. Dengan senyuman tipis. "Bukannya kita lebih baik bahas yang lebih serius, ya. Misalnya, arah ke Kota Barat.... ingat Cang Jue, aku belum pernah bepergian ke mana pun selain bersama denganmu!" ujar Zhu Linglong, melarikan topik. "Zhu Ling

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status