Beranda / Romansa / Mahligai Abu dan Berlian / BAB 3: PESTA YANG DIRENCANAKAN UNTUK MENGHANCURKAN

Share

BAB 3: PESTA YANG DIRENCANAKAN UNTUK MENGHANCURKAN

Penulis: ryoonella
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-30 17:45:55

Kamu pernah merasa diuji oleh keluarga pasangan? Nah, Ayu merasakannya setiap hari. Namun yang satu ini adalah ujian terberat. Namanya: pesta.

Ratna masih menjadi tamu tak diundang di rumah. Pagi-pagi ia sudah mengadakan rapat kecil di ruang makan.

Ia mengumumkannya kepada Ayu. "Ulang tahun perusahaan keluarga," lanjutnya sambil menyeruput kopi.

"Kamu harus yang atur semuanya." Ayu sedikit terkejut. Mengapa ia dipercaya mengatur acara besar?

Namun jangan senang dulu. Ini bukan kepercayaan. Ini adalah jebakan. Ayu langsung diberi setumpuk tugas. Mulai dari memilih dekorasi, hingga menentukan menu.

"Ini kesempatanmu membuktikan diri," kata Ratna manis. Namun matanya sangat tajam. Seolah sedang memberikan umpan kepada mangsa.

Ayu sempat bersemangat di awal. Ia mencari ide dekorasi floral. Sederhana tetapi elegan. Ia memberikan konsepnya kepada Ratna.

"Boleh kita coba tema natural ini?" Ratna berkata,

“Oke, ide bagus.” Ayu merasa senang. Ternyata, keesokan harinya dekorator datang membawa konsep lain. Glamor penuh, berlebihan. Tema ratunya Ratna.

"Kok ganti konsep, Bu?" tanya Ayu kebingungan. Ratna menjawab santai,

"Itu ide kamu kurang cocok. Saya ganti yang lebih wah.” Ayu merasa tertipu. Namun ia mencoba mengikutinya. Ia memilih menu western fusion. Lagi-lagi disetujui.

Tetapi saat pertemuan katering, menunya sudah berubah menjadi hidangan prasmanan ala Indonesia yang berat.

"Ini... bukan yang saya pilih," bisik Ayu ke Ratna. Ratna malah tertawa kecil. "Untuk tamu-tamu penting, kita butuh makanan lokal.”

Ayu mulai emosi. Tapi ia menahannya. Ia memilih band akustik sebagai hiburan. Tenang dan berkelas. Ternyata Ratna sudah memesan DJ terkenal. Harganya sangat mahal.

“Kamu pikir tamu kita mau denger musik nenek-nenek?” sindir Ratna di depan panitia. Ayu merasa sangat malu. Ia hanya bisa menahan diri.

Puncaknya adalah ketika mengurus daftar tamu. Ayu diberi draf awal. Ia memperhatikannya baik-baik. Lalu ia menemukan satu nama yang membuat darahnya membeku.

Sasha Kirana. Mantan pacar Bima. Putri dari pesaing bisnis keluarga mereka juga. Namanya tercantum indah di urutan atas.

Ayu langsung mengonfrontasi Ratna. Ia berusaha tenang. Tangannya sudah dingin. Ratna malah tersenyum paling jahat.

Ayu tidak terima. Seketika saja, Ratna meledak. Namun ledakannya terasa dingin. Itu terasa sangat menyakitkan. Ayu seperti ditampar dengan keras.

Ayu tidak bisa diam. Malam itu, ia menunggu Bima pulang. Ia ingin mengadu. Mungkin suaminya akan mengerti.

Bima sedang lelah, dan langsung bersikap negatif. Ayu mencoba bersikap tegas. Bima hanya menggeleng-geleng. "Tapi Sasha diundang!" teriak Ayu akhirnya.

Bima terdiam sesaat. Wajahnya berubah. "Urusan bisnis sama mantan pacarmu?" Ayu tidak percaya. Bima malah berdiri, menunjukkan wajah marah.

Ia pergi ke kamar, meninggalkan Ayu sendirian. Ayu merasa hancur. Suaminya jelas-jelas memihak ibunya. Ia tidak peduli dengan perasaan Ayu.

Ayu kembali ke meja kerjanya. Daftar tamu masih terbuka. Ia menatap nama “Sasha Kirana” itu lama sekali.

Bagaikan mantra jahat. Ia teringat masa lalu. Ketika masih berpacaran, Bima pernah bercerita soal Sasha. "Dulu serius, tapi keluarga nggak setuju,” katanya waktu itu.

Ayu dulu bersimpati. Sekarang ia tahu. Keluarga Bima mungkin memang tidak setuju dulu. Tapi sekarang... tampaknya ada perubahan hati.

Ayu membuka laptop. Ia mencari nama Sasha Kirana di G****e. Foto pertama yang muncul membuat dadanya sesak. Wanita itu sangat cantik.

Rambut pirang terawat. Gayanya modern dan mahal. Senyumnya penuh percaya diri. Ayu melihat Instagramnya.

Penuh foto di restoran mewah, bepergian ke luar negeri. Lalu ada satu foto yang membuat Ayu menangis. Foto Sasha sedang berada di sebuah galeri seni. Dan yang menyukai foto itu... akun Bima.

Bima bahkan memberikan komentar. Itu adalah unggahan tiga bulan lalu. Saat itu, Bima berkata sangat sibuk sampai tidak bisa mengangkat telepon Ayu.

Ayu menggulir layar lagi. Banyak interaksi mereka berdua. Hingga akhirnya berhenti sekitar sebulan lalu. Tepat di sekitar waktu Ayu menemukan rambut pirang.

Apakah hubungan mereka dimulai lagi? Atau... mungkin tidak pernah berhenti? Ayu menutup laptop. Ia tidak kuat melihat lebih banyak lagi.

Ia mengambil draf daftar tamu lagi. Nama Sasha terasa seperti pedang tajam. Ayu ingin mencoret nama itu menggunakan spidol merah.

Tetapi ia tidak bisa. Ia hanya istri "di atas kertas". Seperti yang dikatakan Bima secara tidak langsung. Ia tidak punya kuasa apa-apa.

Keesokan harinya, persiapan pesta semakin sibuk. Ratna memanggil desainer. “Sasha akan pakai gaun dari Paris,” Ia berbincang keras-keras. Agar Ayu mendengarnya.

"Kamu siapin baju yang sederhana aja,” kata Ratna ke Ayu.

“Jangan mau menang sama tamu.” Ini jelas sebuah penghinaan.

Ayu hanya bisa mengangguk. Tetapi dalam hati, api kemarahannya semakin besar. Ia tidak mau dipermalukan di depan Sasha.

Malam sebelum pesta, Ayu tidak bisa tidur. Ia keluar ke taman. Tiba-tiba ia mendengar Ratna sedang menelepon di balkon atas.

“Semua sudah disiapkan, Sayang,” bisik Ratna. “Besok malam, Ayu akan tahu tempatnya. Di bawah sepatu kita.

“Ayu tidak mendengar lebih jelas. Tetapi itu cukup baginya untuk tahu. Pesta besok bukanlah perayaan. Itu adalah eksekusi untuk dirinya.

Ia kembali ke kamar. Melihat Bima sedang tidur nyenyak. Orang yang dulu ia kira adalah jodohnya. Sekarang ia tahu kebenaran.

Ia hanyalah pion dalam permainan keluarga ini. Namun pion bisa menjadi ratu, bukan? Jika tahu caranya.

Ayu mengambil keputusan. Ia akan tetap datang ke pesta itu. Ia akan mengenakan baju yang paling elegan yang ia miliki. Ia akan tersenyum. Dan ia akan memperhatikan semuanya.

Siapa tahu, ia bisa mendapatkan bukti lebih banyak. Atau... ide untuk balas dendam. Pertarungan belum dimulai.

Tetapi Ayu sudah tahu medannya. Dan ia tidak mau kalah dengan mudah. Biarkan saja Ratna dan Sasha merencanakan kehancurannya.

Mereka belum tahu, Ayu juga bisa berencana. Dan pesta itu akan menjadi awal perlawanannya. Diam-diam, tetapi pasti.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 17: SASHA MENUNJUKKAN WAJAH ASLI

    Sasha Kirana datang ke kantor Ayu tanpa janji temu. Wajahnya memancarkan senyum ramah yang terlalu sempurna untuk dipercaya.“Ayu! Lama banget nggak ketemu,” ujarnya sambil merentangkan tangan untuk sebuah pelukan.Ayu menghindar dengan halus, hanya memberikan jabat tangan yang singkat. “Nama saya Anastasia. Dan ada yang bisa saya bantu?”Sasha tertawa kecil, memainkan rambut pirangnya. “Masih sakit hati, ya? Aku datang sebagai teman, kok. Bukan sebagai musuh.”Mereka duduk di sofa ruang kerja yang luas. Sasha memandang sekeliling dengan mata yang penuh penilaian.“Kantor yang bagus. Lebih baik dari yang punya Bima dulu,” komentarnya sambil menyilangkan kaki.“Apa keperluanmu, Sasha? Saya punya jadwal yang padat.” Ayu tidak ingin bermain-main.“Aku cuma ingin mengucapkan selamat. Sekaligus menawarkan kerja sama.” Sasha membuka tas Chanel-nya, mengeluarkan proposal

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 16: PERBINCANGAN PERTAMA YANG JUJUR

    Bima menelepon tiga hari setelah percakapan singkat di kantor. “Aku di bawah apartemenmu. Bisa turun? Atau aku boleh naik?” suaranya serius.Ayu hampir nolak. Tapi penasaran juga. Apa lagi yang mau dia omongin? “Aku turun. 5 menit.” Dia gak mau Bima masuk ke ruang pribadinya.Mereka ketemu di lobby cafe apartemen yang sepi. Bima keliatan kecapekan, tapi matanya lebih jernih. “Makasih udah mau ketemu,” katanya sambil pesen dua kopi.“Saya cuma punya waktu 30 menit,” kata Ayu langsung batasin. Bima manggut. “Cukup. Aku mau cerita yang bener. Semuanya. Gak ada yang ditutup-tutupi lagi.”“Aku mulai dari pernikahan kita,” mulai Bima, tangan nya megang gelas panas. “Ayahku sekarat waktu itu. Kanker. Dia panggil aku, Dion, Ibu.”Ayu dengerin, wajah datar. Dia udah dengar versi ini sebelumnya. Tapi mungkin ada detil yang dia lewatin.“Dia bilang, ‘Kamu ha

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 15: PERUBAHAN PERAN

    Besoknya, Ayu langsung eksekusi. Dia dateng ke kantor jam 7 pagi, sebelum siapa pun dateng. Langsung menuju ke lantai direksi.Kantor direktur utamanya gede banget. Seluas apartemen studio. View ke seluruh kota. Selama ini jadi kerajaan kecil buat Bima (dan sebelumnya ayahnya).Ayu kasih instruksi ke asistennya. "Keluarin semua barang personal Bima. Pindahin ke ruang wakil direktur di lantai 6. Dengan hati-hati ya."Asistennya bingung, tapi nurut. Mereka pindahin foto keluarga, piala golf, buku-buku Bima. Dalam sejam, kantor itu udah kosong melompong.Ayu masuk, hirup udaranya. Ini sekarang wilayah dia. Dia duduk di kursi empuk direktur. Rasanya... powerful banget. Dari istri yang diabaikan jadi pemilik segalanya.Jam 9, karyawan pada berdatangan. Gosip langsung meletus. "Kantor pak Bima dikosongin!" "Katanya sih yang masuk cewek baru?" "Ih, siapa tuh?"Mereka pada penasaran banget. Lalu mereka liat Ayu jalan ke ruang rapat besar, dikeliling

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 14: RAPAT YANG MENGGUNCANG

    Rapat dewan perusahaan Bima Kencana akhirnya digelar. Suasananya so formal, berisik banget. Dion yang pimpin rapat, sombongnya minta ampun.Dia duduk di kursi direktur utama, gaya-gaya pengusaha sukses. Padahal selama ini cuma numpang nama keluarga. Kerjanya cuma cari sensasi.Ayu dateng tepat waktu, masuk tanpa gebrak-gebruk. Dia pake business suit abu-abu, tas kulit, keliatan banget beda. Semua orang pada nengok.Mereka bingung. Kenapa si "istri Bima" yang disia-siain ini dateng? Pasti cuma mau cari perhatian lagi. Beberapa anggota dewan bahkan cemberut.Dion langsung ngedumel. "Ini rapat tertutup. Cuma untuk anggota dewan dan direksi," katanya sinis. Kayak lagi ngusir anak kecil.Ayu cuma senyum tipis. "Saya tau. Makanya saya datang." Dia jalan ke meja panjang, cari tempat duduk. Tapi nggak ada yang kosong.Dion ketawa dikit. "Kursi udah penuh, Mbak. Mungkin salah ruangan? Rapat arisan ibu-ibu ada di lantai bawah." Beberapa orang ikut ketawa.Tapi Ayu nggak tersinggung. Dia malah j

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 13: PERJANJIAN YANG DIPAKSAKAN

    Belum sempat Ayu mencari surat itu, masalah baru sudah datang lebih dulu. Ratna ternyata tidak tinggal diam; dia masih punya kartu terakhir.Pagi-pagi, bel rumah berbunyi. Ayu sedang sarapan sendiri. Pelayan membuka pintu, dan ada dua orang di sana: satu pengacara tua yang Ayu kenal, dan satu pengawal.Ratna sendiri tidak datang, mungkin malu atau takut. Namun, dia mengirim wakilnya. "Selamat pagi, Ibu Ayu," kata pengacara itu, terkesan sok santai."Mau apa?" tanya Ayu, tidak mau basa-basi. Dia tahu ini tidak akan baik. Pengacara itu mengeluarkan map dari tas kulit mahal."Atas nama Nyonya Ratna, saya membawa dokumen penting. Mohon dibaca dan... ditandatangani." Dia menggeser map itu ke meja Ayu.Ayu membukanya. Judulnya besar: "PERJANJIAN PRA-PERCERAIAN DAN PENYELESAIAN HAK." Isinya membuat darahnya mendidih. Intinya: Ayu harus pergi dengan sukarela.Dengan syarat, dia tidak membawa apa-apa dari rumah ini. Bukan cuma harta, bahkan baju dan perhiasan pribadi pun tidak boleh dibawanya.

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 12: DETEKTIF DAN BUKTI BARU

    Seminggu setelah menemukan surat-surat itu, Ayu masih sangat penasaran. Meskipun sudah ada bukti, semua masih berupa teka-teki. Dia membutuhkan kunci jawaban.Ayu akhirnya menelepon detektif yang dulu pernah ia hubungi, yang memberinya foto Bima dan Sasha. "Saya butuh bantuan lagi," katanya langsung to the point."Mau selidiki apa lagi? Suami masih bandel?" canda detektif itu. "Lebih dari itu. Saya mau selidiki kecelakaan 20 tahun lalu, yaitu kematian orang tua saya."Detektif itu langsung serius. "Itu berat, Bu. Sudah sangat lama. Arsip polisi mungkin sudah hilang atau tersimpan." "Tapi bisa dicoba kan? Saya bayar dua kali lipat."Uang sekarang bukan lagi masalah bagi Ayu. Sebagai pemilik mayoritas perusahaan, akses dananya menjadi mudah. Paman Li juga setuju untuk mendanai investigasi ini.Dua hari kemudian, detektif itu datang ke apartemen baru Ayu. Dia membawa map tebal, raut wajahnya terlihat sangat serius. "Saya nemu sesuatu. Tapi ini... sensitif."Ayu menyuruhnya duduk dan memb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status