Home / Romansa / Mahligai Abu dan Berlian / BAB 34: DION MEMINTA MAAF

Share

BAB 34: DION MEMINTA MAAF

Author: ryoonella
last update Last Updated: 2025-12-12 13:26:22

Dion muncul di lobi kantor Ayu tanpa janji temu. Penampilannya jauh berbeda dari biasanya. Tidak ada lagi setelan mahal atau sikap sombong.

Dia mengenakan kemeja sederhana dan celana chino. Wajahnya tampak lebih tua, dengan bayangan kelelahan di bawah mata.

“Saya mau ketemu Mbak Ayu. Tolong bilang, Dion yang mau ketemu,” pintanya pada resepsionis dengan sopan, kepala sedikit tertunduk.

Ayu menerima laporan itu melalui interkom. Dia terkejut, namun memutuskan untuk memberinya lima menit. Dion diantar ke ruang pertemuan kecil.

Ketika Ayu masuk, Dion langsung berdiri. Dia tidak menatap mata Ayu, fokusnya pada lantai.

“Makasih udah mau ketemu,” mulainya dengan suara serak.

“Hanya lima menit. Ada apa?” Ayu tetap berdiri, menjaga jarak aman.

“Aku... aku mau minta maaf. Beneran.” Dion akhirnya mengangkat wajah. Matanya berkaca-kaca. “Untuk semuanya.”

“Itu sudah terlamba

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 44: PENGAKUAN PUBLIK

    Setahun setelah krisis, perusahaan mengadakan acara tahunan dengan skala besar. Kali ini, untuk merayakan ketahanan dan masa depan baru.Ayu, sebagai pemimpin, diminta memberikan pidato utama. Dia memutuskan untuk tidak hanya berbicara tentang angka, tetapi tentang nilai.“Malam ini, saya tidak akan bicara soal laba atau rugi. Saya mau bicara soal makna,” bukanya di depan ratusan karyawan dan mitra.“Karena perusahaan ini selamat, bukan karena kita genius. Tapi karena kita punya ‘mengapa’ yang kuat.”Dia kemudian menceritakan kisahnya dengan jujur. Tentang masa kecil di panti asuhan, pernikahan yang dipaksakan, hingga perjuangan menemukan kebenaran.Beberapa tamu terlihat terkejut. Ini adalah pertama kalinya Ayu membuka masa lalunya secara publik.“Saya adalah Anastasia Widjaya. Tapi saya juga Ayu, anak panti yang beruntung masih bisa berdiri di sini.”Bima berdiri di samping panggung, m

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 43: UJIAN BISNIS

    Pasar saham mengalami gejolak tak terduga. Sebuah perusahaan teknologi besar kolaps, menarik banyak sektor lain ke dalam krisis likuiditas.Perusahaan keluarga Ayu dan Bima terkena imbas. Harga saham mereka anjlok 30% dalam dua hari perdagangan.“Kita harus tenang. Panik cuma bakal bikin keadaan makin parah,” nasihat Paman Li dalam rapat darurat.“Tapi pemegang saham minoritas udah pada jual. Kalau terus begini, kita bisa diambil alih,” tambah Bima, wajahnya tegang.Ayu yang hadir melalui video call dari rumah mendengarkan dengan saksama. Dia menggendong Kania yang sedang rewel.“Pertama, kita kumpulin tim. Kedua, kita analisis arus kas. Jangan sampai operasional terganggu.” Ayu berbicara dengan tenang yang menular.Mereka bekerja sepanjang malam. Dion bahkan membatalkan ujiannya untuk membantu menganalisis data. Solidaritas keluarga diuji dalam tekanan.“Laporan ini nunjukkin, kita masih kuat

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 42: PERUBAHAN RATMA

    Ratma mulai kunjungan rutin tanpa didampingi perawat. Dokter mengizinkannya, melihat perkembangan kesehatan mental dan fisiknya yang signifikan.Dia datang setiap Rabu, selalu membawa sesuatu. Kadang kue buatannya yang sedikit gosong, kadang buku cerita anak.“Nenek baca buku, ya. Tapi suaranya udah jelek,” katanya pada Alika yang mendekut di pangkuannya.Alika memandangnya dengan mata bulat, seolah mengerti. Ratma tersenyum, sebuah ekspresi lembut yang jarang terlihat di wajahnya.Kania lebih aktif, selalu meraih rambut atau kalung Ratma. “Ini cicit yang nekat. Kayak ibunya dulu,” komentar Ratma sambil tertawa.Hubungan mereka berkembang dengan cara yang tak terduga. Ratma belajar menjadi pendengar, bukan pengatur.“Aku dulu salah, Ayu. Aku pikir keluarga cuma soal kendali dan warisan,” akunya suatu sore di taman.“Sekarang Ibu pikir apa?” tanya Ayu sambil menyuapi Kania bubur.&

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 41: MASA ADAPTASI

    Membawa pulang bayi kembar ternyata jauh lebih menantang dari yang dibayangkan. Ayu dan Bima seperti hidup dalam zona waktu yang berbeda, dikelilingi botol susu dan popok.“Aku nggak pernah bayangin segini banyak cucian dari manusia sekecil itu,” keluh Bima sambil menjepit tumpukan onesies dengan mulut klip.“Ini baru dua minggu pertama. Konon katanya tahun pertama lebih berat.” Ayu membalas sambil menimang Alika yang rewel.Alika dan Kania. Nama yang mereka pilih bersama, berarti “pemimpin yang mulia” dan “terlahir dengan kemurnian”. Sebuah harapan untuk masa depan yang berbeda.“Pupnya kayak ledakan warna, ya. Aku kira cuma di iklan,” canda Dion saat berkunjung, sambil dengan gagah menawarkan diri mengganti popok.“Jangan cuma ngomong doang, aksi!” tantang Bima, melemparkan popok bersih ke arahnya.Tawa kecil mengisi rumah yang dulu sunyi. Namun di balik tawa, ada kele

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 40: KABAR BAHAGIA

    Kunjungan ke dokter kandungan keesokan harinya mengkonfirmasi segalanya. USG pertama menunjukkan gambar samar-samar yang membuat hati mereka berdesir.“Ini jantungnya berdetak kuat. Semuanya tampak baik,” kata dokter dengan senyuman meyakinkan.Ayu menatap layar monitor, air matanya mengalir tanpa suara. Sebuah kehidupan kecil tumbuh di dalamnya, sebuah keajaiban setelah semua penderitaan.“Denger nggak? Detak jantungnya,” bisik Bima, tangannya menggenggam erat tangan Ayu.“Kehidupan baru tumbuh dari cinta yang diperbarui.”Berita kehamilan itu dengan cepat menjadi rahasia umum yang membahagiakan. Seluruh keluarga diselimuti kegembiraan yang jarang mereka rasakan.Ratma di panti jompo menjadi lebih bersemangat. Dia mulai merajut selimut kecil, meski tangannya sudah tidak stabil.“Ini buat cucuku. Warna biru dan merah, ya. Siapa tau kembar,” katanya pada perawat dengan mata berbinar.

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 39: UPACARA PEMBARUAN JANJI

    Taman belakang rumah keluarga telah berubah total. Bunga-bunga segar bermekaran, bangku-bangku kayu sederhana tersusun rapi.Hanya tiga puluh orang yang diundang. Keluarga inti, Paman Li, beberapa staf yayasan yang sudah seperti keluarga, dan Kevin sebagai teman lama.Ayu berdiri di ujung taman kecil, mengenakan gaun putih lurus yang sederhana. Bima di ujung lain, dengan setelan linen putih yang santai.Tidak ada pendeta atau penghulu. Mereka meminta Paman Li yang memimpin upacara, sebagai saksi perjalanan mereka.“Janji itu seperti tanaman—perlu disiram, dipupuk, dan kadang dipangkas,” buka Paman Li dengan suara hangat.“Hari ini, kita menyaksikan dua orang yang memilih untuk merawat tanamannya kembali. Bukan menanam yang baru.”Ayu dan Bima berjalan menuju satu sama lain, bertemu di tengah. Mereka saling tersenyum, sebuah senyum yang penuh kedamaian.“Ayu, apa kamu mau memperbarui janjimu pada Bim

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status