LOGIN
01. Mahluk Lain
Merantau Penulis : Lusia Sudarti Part 01 "Yank lama ya perjalanan dari Sumatera ke Jawa?" tanyaku penasaran. Karena aku tak pernah pergi jauh dari kampungku. "Nggak kok yank, cuma dua hari satu malam," jawab suami sambil mengukir senyum. "Aa-paa, cuma dua hari satu malam?" jawabku dengan rasa tak percaya. Suamiku hanya tersenyum mendengar kata 'tidak' percayaku. "Cuma kok dua hari satu malam sih yank?" sungutku sambil cemberut. "Uuhh jadi gemeees deh sama Istriku yang cantik ini," goda Suamiku, sembari mencivm keningku. "Ihh malu tau, kan banyak penumpang," protesku seraya menoleh kiri dan belakang. "Biarin aja, toh mereka juga enggak lihat," ucapnya. Seumur-umur memang aku baru pertama kalinya pergi jauh, bahkan sampai antar pulau seperti saat ini. Maklumlah, aku memang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Jangankan untuk jalan-jalan atau sekedar beli pakaian, untuk makan pun pas-pasan. Aku dua bersaudara, satu lagi Kakak laki-lakiku yang kini telah berumah tangga. Dan mempunyai tempat tinggal sendiri, tidak jauh dari rumah ibu. Selama ini kakak yang membantu perekonomian kedua orang tua kami. *** Namaku Vina prameswari, aku hanya perempuan desa yang penuh kekurangan dalam hidup. Namun aku mempunyai sedikit kelebihan yang jarang dimiliki orang lain seusiaku. Aku seperti orang indigo yang mampu melihat sesuatu yang tak kasat mata. Berbagai mahluk sering menampakkan diri kepadaku. Kadang aku merasa takut dan tidak nyaman dengan kehadiran mereka. Mereka mencoba berinteraksi denganku, meskipun aku jarang sekali merespon kehadiran mereka. Aku selalu menutup diri jika mereka datang kepadaku. Namun, ada suami yang selalu memberikan semangat dan nasihat, supaya aku berinteraksi dengan mereka dan memberikan sebuah amalan untuk menghadapi mereka yang mencoba mengusikku. Aku hanya mampu menempuh pendidikan hingga SMP, setelah lulus aku membantu kedua orang tuaku dirumah dan dikebun. Beberapa tahun kemudian, aku bertemu lelaki tampan seorang perantau dari seberang. Setelah kami menjalin hubungan beberapa bulan, kami merasa mantap dan kami memutuskan untuk menikah. Kami meminta restu dari kedua orang tua untuk pergi merantau ke Kota Jakarta bersama suami. Setelah mendapatkan ijin kami pun menuju ke Kota tujuan. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Yank bangun, kita mengisi perut dulu yuk, sekarang sudah di restoran. Semua penumpang dan sopirnya mau istirahat dulu." Dengan lembut ditepuknya kedua pipiku agar segera terbangun. Aku membuka mata perlahan. 'Hoooaam ... ternyata aku ketiduran yank." Jawabku sambil menguap, lalu mengucek mata yang masih berat karena mengantuk. "Ayo yank!" Suamiku mengulurkan tangannya. Tanpa banyak bicara aku pun segera menyambut uluran tangannya. Dan melenggang menuju rumah makan. "Rumah makan Tiga Sodara," ucapku l1rih. "Kenapa yank?" tanya suamiku. "Eemm nggak pa-pa kok. Cuma terharu dan bahagia, impian pengen makan di restoran akhirnya kesampaian juga," sahutku sembari tersenyum menatap suamiku. "MasyAllah yank, mulai saat ini dan selamanya, Mas akan membahagiakanmu." Di kecup punggung tanganku dengan lembut dan mesra. "Makasih yank," kedua netraku berkaca-kaca karena haru dan bahagia mendapatkan pasangan hidup yang sempurna menurutku. Seorang lelaki yang benar-benar mencintaiku. Setelah beberapa menit beristirahat, kondektur bus memberi aba-aba bahwa akan melanjutkan perjalanan kembali. Hari telah berganti malam, perjalanan kami masih sangat jauh. Namun entah mengapa rasa kantuk belum juga datang. Apa karena tadi aku tertidur cukup pulas? Ya ... mungkin saja karena terlalu pulas! Waktu telah menunjukkan pukul 22;00. Dan semua penumpang pun tak ada yang bersuara, hanya kondektur bus dan para awak yang masih terjaga. Dan suami pun terlelap dalam impiannya. Namun aku sedikit gelisah, entahlah ...! Semenjak dari restoran tadi perasaanku sedikit gundah dan tidak tenang. Disaat aku mencoba memejamkan mata, tiba-tiba melintas bayangan putih di sampingku. Jantungku berdegub dengan kencang, nafas sedikit tak ber aturan dan suara tercekat di tenggorokan. Mulut ingin memanggil Suami namun tiada sepatah kata yang keluar, hanya bibir yang bicara tanpa suara. Mencoba menggerakkan tangan pun seolah terkunci. Perlahan ayat kursy pun aku lantunkan dalam hati. Di baca 3 kali, Surah An-nas 3 kali, Qulhu 3 kali. Dan perlahan bayangan itu menghilang. Suami pun terbangun. "Kenapa yank? kok pucat sekali wajahmu?" tanyanya heran. "Heem ... nggak pa-pa kok, hanya ada sesuatu yang coba menakuti aku." "Benarkah?" sahutnya sambil mengamati wajahku dengan seksama. "Iiya yank, sepertinya ikut dari restoran tadi." "Ya sudah Sayang, jangan terlalu di fikirin, dan jangan takut ya? Kita berdoa. Semoga Allah melindungi perjalanan kita." "Ammiiin Yra," balasku, lalu aku usap wajahku. "Sekarang istirahat yank, gantian Suamimu yang ganteng ini yang akan menjaga kamu!" jawabnya sambil menoel daguku yang belah dan runcing. "Hhmm mulai," sungutku. Suamiku tertawa bahagia melihatku yang memasang wajah cemberut. Di usap-usap lembut pucuk kepalaku hingga terlelap dalam buaian mimpi. "Vin ... Vin ... Vinaa, tunggu!" Aku terkejut mendengar namaku di panggil, sedangkan aku tak mengenal siapapun disini, aku menoleh ke kanan dan kiri, mencari sumber suara, tetapi tak menemukan siapapun. 'Ahh siapa yang memanggilku? Dan dimana aku?" bisik hatiku merasa bahwa aku berada di suatu tempat yang asing bagiku. "Vin, terdengar panggilan lagi, dan tiba-tiba di depanku yang berjarak tujuh meter berdiri sesosok perempuan bergaun putih. 'Siapa dia? Tapi seperti yang kulihat di dalam bus tadi," gumamku. "Siapa kamu? Kenapa memanggilku?" jawabku tegas. "Aku Melati, aku hanya ingin berteman denganmu," balasnya sendu. "Kita berbeda alam. Tidak mungkin bisa berteman, pergilah ke duniamu," usirku sembari menatap tajam kearahnya. "Tidaak Vinnn, ijinkan aku ikut denganmu," ucapnya lagi bersikeras untuk tetap mengikutiku. "Jangan ganggu aku Melati! Aku tidak mau menyakitimu. Maafkan aku, kita berbeda alam," sergahku. "Terserah padamu Vin, pada saatnya nanti, kamu akan mengerti. Untuk saat ini aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya." Melati melayang sedikit menjauh dariku. "Apa maksudmu, dan apa maumu Melati?" aku menatap tajam ke arah Melati, yang duduk di atas bongkahan batu besar. "Bukankah sudah kubilang, bahwa aku ingin ikut denganmu, percayalah padaku, aku tidak akan berbuat jahat terhadapmu," hardiknya dengan suara sedikit menggelegar. Cuaca yang semula tenang mendadak berubah mendung dan angin bertiup dengan kencang yang membuatku terpaku. Logika ku bertentangan dengan apa yang aku lihat dan aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri. "Vina, menjauhlah, tolong dengarkan aku!" seru Melati yang tiba-tiba melayang ke arahku. Dan wajahnya pun berubah sangat mengerikan. Seiring dengan tiupan angin yang kencang hingga membuat rambut dan pakaian yang aku kenakan melambai-lambai. Matanya menjulur keluar berbau busuk, dan meneteskan darah dan juga nanah. "Menjauhlah Vina, kamu akan menyesal kalau kamu tak mau mendengarkan aku! Ada bahaya yang mengincarmu." Setelah selesai bicara, aku di dorong menjauh dan terpental di tanah. Tiba-tiba hari yang semula siang berubah menjadi gelap pekat dan dari kejauhan muncul sesosok mahluk lain yang lebih mengerikan dari Melati. "Awas Vina ...!" teriak Melati dengan suara menggema sembari kembali mendorong tubuhku yang belum mampu berdiri tegak setelah terjatuh. "Awwww ...!" Kembali aku terhuyung kebelakang. Mahluk bertubuh manusia namun berwajah menyerupai Kera. Ia hendak bergerak mendekatiku namun dengan sigap Melati mencegahnya. Tak ayal lagi pertarungan antara mahluk tersebut dan Melati pun terjadi. Aku terkejut dan detik berikutnya, aku pun tersadar. Tiba-tiba ada yang memelukku, dan terdengar bisikan lembut ditelingaku. "Vina Sayang. Bangun, apa yang terjadi?" tanya suamiku. Ternyata suamiku yang memelukku. "Tidak ada apa-apa kok yank, hanya mimpi biasa," kilahku. Suamiku terdiam mungkin ia mengalah, tak ingin mendebatku. Waktu menunjukkan pukul 03 dini hari. Dan sebentar lagi kami akan sampai di pelabuhan. "Ayo yank siap-siap! Kita hampir sampai di pelabuhan bakauhuni lampung!" "Iya yank, sebentar aku ambil tas slempangku!" ucapku. Angin laut berhembus perlahan dan ciri khas aroma laut pun tercium. Perlahan bus pun memasuki kapal Ferry Dan suasana begitu ramai, yaa karena di dalam terdiri ratusan mobil, baik besar atau kecil, kendaraan pribadi, juga ratusan motor. Kami pun turun dari bus, dan mencari tempat yang nyaman sambil memandang laut lepas yang pekat di malam hari, hanya terlihat lampu dari kapal-kapal di kejauhan. Suamiku pamit untuk membeli teh panas dan pop mie yang ada di kafe. Aku duduk sendiri memandang laut yang seolah tiada bertepi. Dikejauhan ... Di atas kabin samar-samar aku melihat bayangan Melati. Hufftt ...! Aku hempaskan nafasku sedikit kasar. 'Kenapa sih, kamu keras k3pala?" ketusku dalam hati. Bersambung17. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku) Beristirahat Di Warung. Penulis : Lusia Sudarti Part 17 "Yank ... yank!" Aku membuka mata perlahan dan memindai pandanganku ... ternyata ...! ========= "Mimpi apa yank? Kok sampai senyum-senyum begitu?" tanya Mas Ardian kepadaku. Aku menatapnya tak percaya. "Benarkah, yank?" "Iya, betul yank! Mas sampai bingung melihatnya," Aku menatap keluar mobil, hari mulai senja. Lampu-lampu penerangan di pinggir jalan telah menyala. "Sudah hampir magrib ya yank?" tanyaku sambil menatap sunset yang menghiasi langit di ufuk barat dengan indahnya. "Iya, Sayang! Makanya, Mas bangunin ... karena akan memasuki magrib," jawabnya sambil tetap fokus di jalan. Aku hanya mengangguk dan memperhatikan jalan raya yang padat merayap. "Nanti sebelum alas Roban kita istirahat dulu di warung yank," ujarnya. Aku menoleh dan mengangguk. "Iya yank." "Yank ...," panggilnya kepadaku. "Iya, yank!" jawabku. Aku menoleh dan menatapnya. "Sudah lapar belum?" tanyany
16. Makhluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Melati Menitipkan Sebuah Nama, Untuk Calon Anakku.Penulis : Lusia SudartiPart 16Aku terperanjat ketika daun pintu toilet tertutup dengan kuat.============Aku terpaksa mengurungkan niatku untuk segera keluar dari kamar mandi, karena tiba-tiba daun pintu tertutup dengan sendirinya."Hahaha ... Vina! Kemarilah. Aku menginginkan calon bayi dalam kandunganm!"Aku terkejut mendengar suara tanpa wujud. Dengan segenap keberanian dan keyakinan, aku menyapu setiap sudut kamar mandi dengan pandanganku. Dari sudut toilet, aku melihat asap tipis bergulung dan ..."Sosok bayangan yang semula mengganggu, kini menampakkan diri. Asap putih perlahan menjelma menjadi sosok manusia setengah ular. Tubuh manusia dengan kepala ular, bertahta mahkota berkilau.Mahluk itu menyeringai sambil menatapku. Lidahnya menjulur dan bercabang. Serta meneteskan lendir menjijikan. "Wahai manusia, besar juga keberanianmu!" Aku sedikit bergidik melihat pemandangan yang terpa
15. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku)Pom Bensin Terbengkalai.Penulis : Lusia SudartiPart 15"Berdoalah, sementara aku akan membantu kalian semampuku," sambung Melati."Terima kasih Melati," ujarku. Lalu sosoknya menghilang dari pandanganku.===========Aku tergagap lalu terjaga dari tidurku.Suamiku masih fokus mengemudi, maklum jalan masih padat merayap. Jalan penghubung antar provinsi."Hei, sudah bangun yank?" tanyanya sambil menoleh sejenak ke arahku."Iya yank," jawabku sembari berpindah tempat ke kursi sebelah kiri."Kira-kira jam berapa kita sampai Semarang yank?" tanyaku tanpa menoleh kepadanya."Kalau enggak ada halangan besok pukul delapan pagi kita sampai yank."Aku manggut-manggut. "Mendungnya gelap banget yank!" ujarku.Suami mendongakkan wajah keluar jendela."Iya yank, jika ada tempat yang aman kita istirahat dulu ya?" pintaku."Iya kita cari pom bensin nanti." Setelah berkendara di dalam guyuran hujan lebat akhirnya kami menemukan sebuah pom bensin yang terbengk
Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Mahluk Jahat Mengikuti AkuPenulis : Lusia SudartiPart 14Selang beberapa menit, Suamiku masuk ke mobil kembali, ia menyalakan mobil dan memanasinya sejenak. Mang Adek pun demikian, mobilnya melaju perlahan dan di susul Suamiku.Mobil membelah jalan raya, kami memasuki daerah Tegal. Itu artinya masih jauh untuk tiba di Semarang.Entah sudah melewati berapa kota, aku juga tak tahu, karena terlalu mengantuk aku melewatkan beberapa moment di perjalanan.Aku termenung sembari menikmati hentakan dalam mobil yang di kemudikan Suami."Yank, ini yang namanya alas roban," ucapan suamiku membuyarkan lamunan. Aku mengedarkan pandangan ke luar, mengamati jalan yang berliku dengan hutan yang rimbun di kanan kiri jalan, dan jembatan panjang. Dari sisi kanan kiri jalan terdapat orang-orang yang membawa sapu lidi seolah hendak menyapu. "Yank, ambil beberapa keping uang logam dan lemparkan ke sisi jalan." titah suamiku.Aku segera melaksanakan perintah suamiku. Dan
13. Mahluk LainPerjalanan Ke SemarangPenulis : Lusia SudartiPart 13"Bu, berapa semua?" tanya suamiku sembari mengabiskan sisa jus, pun dengan aku. Ibu warteg menghitung semua. "Tiga puluh lima semuanya Mas," jawabnya sembari memberikan bon dan segera di bayar oleh suami. Kami lalu pamit kepada Hendra dan istrinya.Malam ini kami melakukan perjalanan ke Semarang melalui jalan alternatif untuk sampai ke jalan raya."Yank," panggilku."Hemm," jawabnya sambil masih fokus di jalan yang masih padat merayap. Maklum jalan penghubung antar Provinsi.Setelah mengambil kartu, ia menatapku."Apa yank?" tanyanya menoleh kearahku, lalu fokus lagi."Jauh ya Semarang?" tanyaku, aku menghirup udara sejuk di malam hari pandangan aku edarkan di sisi jalan yang remang-remang. Dari kejauhan kerlap kerlip cahaya dari gedung-gedung di tengah kota."Lumayan yank?" jawabnya sambil tersenyum manis kepadaku.💐💐💐💐Malam semakin larut, aku terlelap saat suami memarkirkan mobil di depan warung."Udah sampa
12. Mahluk LainBongkar Ke Semarang.Penulis : Lusia SudartiPart 12Setelah selesai mencuci dan mandi, suami mengajak aku ke warung Heri, di sisi keluar pom."Ri, kopi sama mie kuah dua ya?" kata suamiku."Iya A."Kami duduk di bale bambu sambil mencharger ponsel, sekalian menanti informasi muat.***Ting!Suara notif dari benda pintar yang sedang aku charger. Segera ku-raih untuk memeriksa notif pesan yang baru saja masuk."Yank, nih ada info muat!"Aku memberikan gawai kepada suamiku yang sedang berbaring di sisiku. Sementara pesanan belum di antar."Ya udah kita makan mie sama ngopi dulu yank, baru kita berangkat. Tempat bongkar kita jauh yank!" ujarnya memberitahu aku, tanpa melihatku karena masih fokus ke layar ponsel."Kemana yank bongkarnya?" tanyaku menatap lekat kearahnya karena penasaran."Ke Semarang yank," jawabnya masih fokus ke layar.Aku terbelalak kaget. "Yang bener yank?" kataku tak percaya.Aku belum yakin, ia memberikan ponsel kepadaku. Aku membuka info dari perusa







