Share

D2. Dewa Penolong

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2024-10-25 22:53:03

"Kau bisa beristirahat di kamar ini. Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu dan aku letakkan di atas kasur gulung," jelas Barnes.

"Pa-pakaian untukku," balas Ara kikuk.

"Jangan salah paham. Aku tinggal dengan adikku dan pakaian yang aku siapkan untukmu itu adalah pakaian milik adikku," jelas Barnes.

"A-adikmu?" Ara merasa tidak enak.

Barnes tersenyum melihat reaksi Ara. "Iya, adikku. Aku pikir ukuran pakaian adikku sama persis denganmu. Kau tidak perlu sungkan seperti itu. Anggap saja di rumah sendiri," jelas Barnes.

"Lalu di mana adikmu?" tanya Ara karena sedari tadi Ara tidak melihat siapapun selain dirinya dan Barnes.

"Adikku tidak di rumah. Dia kerja di rumah keluarga yang sangat kaya raya. Mungkin besok dia akan pulang ke rumah dan aku akan coba menanyakan padanya apakah di tempat dia kerja sedang membutuhkan tenaga?"

"Aku jadi merepotkan mu," ujar Ara lesu.

"Tidak masalah. Sesama perantauan harus saling tolong menolong. Kau bisa beristirahat dulu, aku akan membersihkan badanku."

Selama Barnes mandi, Ara melihat foto yang berdiri berjajar pada sebuah lemari kayu. Ara hampir kelepasan tertawa saat melihat sebuah foto. Di dalam foto itu ada dua anak kecil dengan pose sangat lucu. Ara bisa menebak jika dua anak itu adalah Barnes dan Ara.

Ara bergerak ke kanan untuk melihat beberapa foto dan dia berdiri mematung saat melihat sebuah foto seorang perempuan cantik. Ara terus menatap foto itu.

"Aku merasa tidak asing dengan foto itu," kata Ara. Bukan foto perempuan itu yang mengalihkan atensi Ara, tapi pada sebuah foto kecil yang memang terpasang pada satu bingkai dan foto itu berada di sudut kanan bingkai. "Aku seperti pernah bertemu dengan sosok anak laki-laki ini." Ara mencoba mengingatnya, tapi dia tidak bisa mengingat kenangan masa kecilnya.

Sepuluh menit berlalu, Barnes keluar dari kamar mandi dengan memakai setelan kaos dan celana pendek. Dengan keadaan rambut yang masih basah Barnes sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Barnes melihat Ara yang tengah duduk di sofa.

"Kau bisa memakai kamar mandinya," ujar Barnes.

"I-iya, kalau begitu aku akan membersihkan badanku terlebih dahulu." Ara segera masuk ke kamar mandi. Sedangkan Barnes menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

Malam kian larut, Ara terbaring di sebuah kasur gulung yang halus dan empuk. Begitu nyamannya hingga membuatnya langsung terlelap tidur.

"Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" tanya Barnes di pagi hari.

"Nyenyak sekali. Aku tidur sangat lelap. Terima kasih," balas Ara.

Barnes menghela napas. "Dari kemari kata-kata itu terus yang selalu aku dengar. Aku sungguh bosan mendengarkan itu." Barnes memberikan sepiring roti oles untuk Ara.

"Ma-maaf ...." Ara tidak tahu lagi harus berkata apa.

"Aku harus berangkat kerja. Anggap saja rumah sendiri. Nanti aku akan mencarikan info lowongan kerja untukmu. Aku biasa pulang kerja pada sore hari. Jadi kalau kau lapar, kau bisa memasak sesuatu. Semua bahan ada di dalam kulkas." Barnes menjelaskan sedetailnya pada Ara sebelum berangkat kerja.

Sebelum Barnes memutar gagang pintu dan dia membalikkan badannya ke belakang.

"Mungkin adikku akan pulang hari ini, tapi aku tidak tahu juga dan aku sudah memberitahu adikku tentang keberadaan mu di rumah ini," jelas Barnes.

"Ka-kau sudah memberitahu adikmu?" ucap Ara terkejut. Barnes menganggukkan kepalanya.

"Itulah kenapa dia bilang ingin pulang, tapi semua tergantung majikannya apakah akan memberi izin untuk dia atau tidak. Baik-baik di rumah, aku berangkat kerja dulu."

Selepas kepergian Barnes berangkat kerja, suasana rumah menjadi sepi dan hening. Hanya terdengar bunyi suara detak jam dinding. Ara menghela napas panjang. Dia benar-benar tidak menyangka akan tinggal di rumah Barnes. Jika boleh berkata jujur. Ara sebenarnya tidak ingin merepotkan Barnes, tapi dia sendiri sedang kebingungan.

Pagi berganti siang dan Ara disibukkan dengan membersihkan rumah Barnes. Rumah yang hanya ditinggali oleh seorang pemuda, sedangkan adiknya yang sudah bekerja diharuskan untuk tinggal di rumah majikannya. Walaupun Barnes seorang laki-laki tapi semua terlihat sangat rapi. Ya, Barnes adalah typikal laki-laki yang memperhatikan kerapian dan kebersihan.

Ara menyapu lantai, mengepel dan mencuci piring bekas dia makan. Saat Ara tengah membersihkan debu-debu yang ada di lemari kayu, Ara kembali menatap foto itu.

"Siapa dia? Kenapa aku merasa sangat mengenalnya," pikir Ara. "Ah, sudahlah. Hal itu tidak penting juga." Ara kembali melakukan aktivitasnya.

Menjelang sore, Ara berniat untuk memasak makan malam. Dia membuka kulkas dan melihat isi kulkas yang sangat komplit. Ada buah-buahan, sayuran, daging ayam, dan daging sapi. Ara bingung melihatnya.

"Aku bingung harus memasak apa untuk makan malam nanti? Isi kulkas ini benar-benar lengkap." Tangan Ara terulur ke dalam kulkas untuk mengambil beberapa sayuran dan juga daging ayam. "Mungkin akan lebih enak jika aku memasak tumis sayur, karena itu sangat praktis dan cepat. Jadi makan malam sudah matang sebelum Barnes sampai di rumah."

Ara dengan cekatan dan terampil mengolah sayuran tersebut. Dia begitu lincah memotong sayur-mayur. Tak lupa dia merebus seperempat daging ayam yang tadi dia ambil dari dalam kulkas. Kemudian dia mengecek sisa nasi, apakah cukup untuk makan malam mereka berdua.

Setelah semua matang, Ara menatanya di sebuah meja kecil yang terletak di ruang tengah. Rumah Barnes memang tidak terlalu besar, tapi rumah itu cukup luas. Mungkin karena yang menempati adalah seorang laki-laki dan biasanya laki-laki itu simple. Tidak terlalu butuh banyak barang.

Namun saat sedang menunggu Barnes, Ara dikejutkan dengan suara ketukan pintu.

"Apa mungkin ada tamu?" Ara bangkit dan melangkah. Namun, belum sempat Ara meraih kenop pintu.

Pintu itu mendadak terbuka dan muncul lah Barnes dan seorang gadis di sampingnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D114. Akhir Cerita Hidup (END)

    Tanpa mereka sadari. Kejadian nahas yang menimpa Ara disaksikan langsung oleh Jaden. Di mana Jacob memang sengaja mengajak Jaden untuk menjemput ibunya pagi itu. Namun, karena sesuatu yang tertinggal di mobil, dia harus kembali dan melihat pertengkaran yang terjadi diantara mereka. Jaden hanya diam dan tidak berekspresi, tidak menangis atau bahkan panik. Jaden hanya diam seakan tubuhnnya mati rasa dan tidak bisa lagi memperlihatkan ekspresi marahnya. Mungkin karena terlalu sakit yang dia rasa dan terlalu hancur hati kecil malaikat tampan itu melihat sang ibu kini tergeletak bersimbah darah di sisi jalan. "Ara!" Kaki Jacob serasa lemas tidak bertenaga. Sama halnya dengan Tobey, tetapi dia segera bergegas menerjang mobil yang berkeliaran lalu lalang di jalan raya. Dia segera menghampiri Ara. Ara terlihat terkulai lemas dengan ekspresi wajah tersenyum. Sulit untuk membayangkan melihat orang-orang yang kita cintai pergi dengan cepat. "Ara," ucap lirih Tobey dengan suara sendu. T

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D113. Pertengkaran Berujung Maut

    Hati Tobey sungguh hancur dan dia begitu terlihat sangat menyedihkan. Begitu pula dengan Ara. Namun, dia harus segera pergi dari sana untuk menuntaskan segala penderitaannya. Tobey segera membelakangi Ara dan berjalan cepat pergi meninggalkan wanita yang dia cintai sejak kecil. Ara menangis sejadi-jadinya. Tangannya tidak mampu lagi menghalangi kepergian Tobey yang telah jauh meninggalkannya. Sementara di luar sana, ada tangan hangat Jean yang segera membantu Tobey mengusap kepiluan hati yang selama ini dia sembunyikan. Saking hancurnya hati itu, bahkan Tobey terlihat begitu lemah di hadapan Jean. Pria itu segera menangis sekuat-kuatnya sambil memeluk tubuh Jean, mengingat setiap waktu yang dia buang sia-sia untuk mengambil cinta pada Ara. "Harusnya aku sadar sejak awal," ungkap Tobey lirih dengan suara bergetar dan bulir bening menetes di pipinya. "Kau pria baik, kau pria hebat," ungkap Jean yang juga tidak bisa menahan sedih. Dua orang yang dia kasihi harus berakhir tragis

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D112. Surat Cerai Untuk Ara

    Berita ditemukan sesosok mayat disekitar jurang membuat Harry dan Jaden terperanjat. Berita itu muncul di televisi dan sempat lupa disensor sehingga wajah korban terpampang jelas. Tentunya hal itu membuat Harry bertanya pada Jacob. Berhubung berita di televisi dengan gamblangnya menyebutkan bahwa itu adalah murni kecelakaan tunggal. Jacob tidak banyak bicara dalam menjelaskan pada sang putra, Harry. Terlebih lagi, Jaden sang putra kandungnya hanya cuek dan tidak bertanya hal yang aneh. Mungkin karena Jaden belum begitu mengenal sosok sang nenek. "Harry, kau sekarang bisa tenang, karena sudah tidak ada orang yang membuatku takut," jelas Jacob. "Ayah--bolehkan--hmm, kita menjenguknya untuk terakhir kali," celetuknya dengan kepala menunduk ke bawah dan jari jemarinya bermain di sana. Jacob menoleh menatap sang putra yang tertunduk. Pria itu begitu heran pada putra angkatnya. Padahal dia adalah termasuk korban yang hampir saja kehilangan nyawanya karena racun serangga yang sengaja dit

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D111. Bangun dari Koma

    Akhir hidup yang mengenaskan. Wanita paruh baya itu jatuh menggelinding di jurang dan Jacob pun melaporkannya sebagai kecelakaan. Tak butuh menunggu lama di tempat kejadian, Jacob pun menyuruh TJ untuk segera pergi dari sana."Tuan, bagaimana dengan dokumen ini?" tanyanya sebelum pergi dari sana. Jacob melihat dokumen palsu itu berceceran di jalanan. "Bukankah dokumen itu ada nama anda? Jika semua dokumen itu tidak dibawa, maka anda bisa jadi tersangka utama," jelasnya.Jacob menarik napas panjang. "Tenang saja. Itu dokumen palsu. Tidak ada namaku di sana. Hanya ada nama Mandy," jelasnya.Setelah itu mobil pun bergegas pergi dari sana. Sebelum kembali ke rumah sakit, Jacob meminta TJ untuk tidak memakai mobil itu dalam jangka lama, karena pastinya polisi akan mengusut tuntas kasus kematian wanita tua itu.Satu persatu orang yang ada di belakang Nyonya Merry ditangkap termasuk Joey. Namun, tidak dengan TJ yang memang dia memakai identitas palsu.***Satu masalah sudah selesai. Tinggal

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D110. Akhir Hidup Sang Mertua

    Memang tidak ada yang bisa disalahkan atas takdir yang terjadi, tapi peran utama-lah yang bisa disalahkan, karena dia tidak tegas dalam mengambil keputusan serta masih labil. Ara yang dari pertama sudah diberi nasihat oleh ibunya untuk tidak gegabah dengan seseorang, akan tetapi nasihat itu sirna saat Ara terperdaya oleh rayuan Jacob.Karma memang nyata. Entah itu datang lebih cepat atau lebih lambat, tapi itulah yang akan membuatmu merasa sangat berdosa pada diri sendiri."Semua memang salahku. Aku harus bagaimana jika bertemu dengan ibu?" ***Tawa keras membahana mengisi ruangan tersebut. Dia begitu sangat puas. Dia merasa jika hal itu begitu sangat gampang."Dasar wanita serakah. Begitu mudahnya kau masuk dalam perangkapku. Baiklah, aku harus bermain manis demi kelancaran kerjasama ini."Wanita paruh baya itu telah mengambil keputusan. Justru di sinilah semua orang berupaya berakting untuk saling menjebak. Semua orang sibuk mencari satu orang dan satu orang itu mendadak menjadi se

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D109. Bayangan Masa Lalu

    Keadaan Ara begitu sangat mengenaskan. Perceraian yang dia alami membuatnya begitu sangat down. Semua memang salah dirinya sendiri hingga dia teringat bagaimana dulu dia bisa bertemu dengan Jacob.Flashback on.Ada pertemuan pasti akan ada perpisahan dan itu sudah pasti. Ara sangat sedih akan hal itu, tapi dia pun tidak mungkin berlama-lama tinggal di rumah Barnes. Namun, justru Barnes terlihat sedih. Laki-laki itu berpikiran jika dia tidak akan pernah bertemu dengan Ara lagi. Ara malah meledek Barnes hingga mereka berdua tertawa bersama.Ara benar-benar merasa terbantu, bahkan dia bisa melupakan kejadian yang telah menimpanya. Terlebih lagi dia bisa melupakan Ryan.Saat tiba di sebuah rumah yang elegan, Barnes berhenti. Barnes mengangkat kepalanya dan menatap rumah tersebut. Masih terlihat sepi, tapi di dalam sana pasti sudah disibukan dengan segala aktivitas."Apa kita sudah sampai?" kata Ara."Belum," balas Barnes."Lalu kenapa kita berhenti? Aku pikir kita sudah sampai tempat tuj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status