Share

Tiba-Tiba Artis

Author: Soju Kimchizz
last update Last Updated: 2025-03-22 21:16:18

Mobil itu melaju mulus menembus malam kota, membiaskan lampu-lampu jalan di kaca depan. Di dalam mobil, Nayla membuka ponselnya dengan ragu. Ia mengetik nama Kenzo Kingsley di mesin pencarian.

 Dan dalam hitungan detik, puluhan artikel, berita, dan foto muncul memenuhi layar.

 CEO muda Kingsley Group.

 Masuk daftar 30 under 30 versi majalah bisnis ternama.

Digadang-gadang sebagai salah satu pemuda paling berpengaruh di Asia Tenggara.

Nayla membeku. Dunia yang ia kenal mendadak bergeser.

“Kenapa kamu pura-pura jadi orang biasa?” tanyanya pelan, nyaris tak percaya.

Kenzo mengangkat satu alis, tersenyum miring. “Kalau dari awal saya bilang siapa saya, kamu pasti gak akan mau dekat. Dan… saya butuh kamu dekat.”

Nayla mengerutkan kening. “Maksud kamu?”

“Saya butuh tunangan. Sementara,” jawab Kenzo cepat, seolah itu hal biasa. “Orang tua saya udah nyiapin calon istri. Cewek manis, anak partner bisnis. Tapi bukan itu hidup yang saya mau.”

Nayla menoleh cepat ke arahnya. “Dan kamu pikir aku bakal setuju ikut drama gila kamu?”

Kenzo mengangguk ringan, masih fokus menyetir. “Kita sama-sama untung. Kamu dapat reputasi menang telak atas mantan brengsek kamu. Saya dapat alasan kuat buat bilang ke orang tua saya, ‘udah ada yang punya’.”

 “Cuma pura-pura. Kita atur masa kontraknya. Tiga bulan, atau sampai masalah keluarga saya selesai.”

Nayla terdiam. Logika dan perasaannya bentrok.

Tiga bulan? Menjalani kebohongan ini demi harga diri? Demi gengsi? Demi sebuah kemenangan atas Reza dan Cindy?

“Dan kalau aku bilang tidak?” Nayla menantang.

Kenzo menoleh padanya, matanya tajam namun tetap tenang. “Sayang sekali, seluruh tamu tadi udah lihat kita. Semua kamera udah mengabadikan ciuman itu. Dunia pikir kamu milik saya. Kalau kamu mundur sekarang… yah, kamu akan terlihat seperti perempuan haus validasi yang gak bisa move on.”

Nayla menggertakkan giginya.

Pria ini memang tahu cara menjebak dengan rapi.

Mobil berhenti di depan gedung apartemen Nayla. Sebelum ia turun, Kenzo menyodorkan kartu nama hitam dengan tinta emas.

“Pikirkan baik-baik. Saya kasih waktu 24 jam.”

Nayla meraih kartu itu dengan enggan. Saat ia turun, Kenzo membuka jendela mobilnya dan menambahkan satu kalimat yang membuat jantung Nayla mencelos:

“Dan jangan coba-coba main api, Nayla. Dalam kontrak ini, kita pura-pura tunangan. Tapi saya gak pernah main setengah hati dalam permainan apa pun.”

Mobil melaju lagi, meninggalkan Nayla berdiri diam di bawah cahaya lampu. Nayla menatap mobil Kenzo yang makin lama makin mengecil di ujung jalan. Sorot matanya penuh amarah, bibirnya mengerucut kesal.

Kalau saja tidak ingat harga sepatu yang sedang dipakainya, sudah dari tadi ia lempar high heels-nya ke mobil laki-laki itu.

“Dasar psikopat! Orang kaya seenaknya…!” rutuknya sambil menghentakkan langkah masuk ke dalam lobi apartemen. Tumit sepatunya beradu dengan lantai marmer, seirama dengan detak jantungnya yang masih naik turun karena adrenalin.

Begitu sampai di unitnya, Nayla menjatuhkan tubuh ke sofa. Namun amarahnya belum reda. Ia meraih ponsel, mencari satu nama yang kini terasa seperti biang segala kerusakan hidupnya hari ini.

Luna.

Begitu panggilan tersambung, suara mengantuk dari seberang langsung menyambut.

“Halo…? Nay? Ini udah tengah malem loh…”

“LUN! GUE DALAM BAHAYA!” seru Nayla seperti presenter berita kriminal tengah malam. “Lo siapin diri lo, karena temen lo ini bakal jadi ARTIS dalam waktu semalam!”

Luna menggeliat, separuh sadar, separuh mimpi. “Apa sih… lo lagi mabuk ya?”

“MABUK?! Mabuk perhatian iya!” Nayla bangkit berdiri dari sofa, berjalan mondar-mandir seperti wartawan investigasi yang baru nemuin skandal. “Gue baru aja… dipaksa CIUMAN sama cowok yang ternyata—ya ampun—AHLI WARIS KINGSLEY GROUP!”

Seketika, Luna terduduk. “Kingsley? Maksud lo… Kenzo Kingsley? CEO muda, tajir, pewaris perusahaan raksasa yang kayaknya gak punya cacat genetik itu?!”

“YA ITU DIA!”

 “MATI LO.”

“IYA KAN?!” Nayla menjambak rambutnya sendiri.

Luna terdengar panik, seperti baru sadar dia membuka gerbang neraka. “Gue pikir dia cuma orang biasa yang suka baca buku dan suka sunset waktu lihat bio di dating appsnya… YA AMPUN NAY, GUE NYOMBLANGIN LO SAMA ORANG PALING HOT DAN PALING BERBAHAYA DI NEGERI INI!”

“LO GAK CEK DULU DIA SIAPA SEBELUM NGASIH GUE JADWAL KENCAN?!”

“Bio-nya misterius banget, Nay! Gue pikir itu cuma strategi cowok introvert!”

“Introvert pala lo! Dia CEO! Dia nyetir mobil semahal harga rumah, dan dia ngajak gue jadi TUNANGAN KONTRAK, Lun!”

Sunyi sejenak.

Luna menghela napas panjang. “Oke… Nay, lo tenang. Gue bakal cari tahu semua hal tentang dia. Tapi—gue minta maaf ya… kayaknya hidup lo abis ini gak bakal tenang.”

Nayla membenamkan wajahnya di bantal sofa mendengar jawaban Luna. Perasaan frustasi memenuhi dirinya.

“Gue cuma mau tampil cantik di depan mantan… tapi yang gue dapat malah jadi calon menantu kerajaan bisnis Kingsley,” gumamnya lirih meratapi nasib.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Main Api dengan Mafia   Mencintainya

    Jam dinding berdetak pelan. Di balik tirai putih yang melambai ringan diterpa angin dari ventilasi, cahaya lampu kota menari samar-samar. Di dalam kamar rumah sakit itu, sunyi menyelimuti. Rose tertidur di sofa dengan selimut menyelimuti tubuhnya. Hanya suara mesin monitor yang mengukur detak jantung dan ritme napas yang terus bergema, mengisi kekosongan malam.Namun, Nayla masih terjaga.Ia duduk bersandar di atas ranjangnya, memandangi pria di sebelah ranjangnya. Kenzo. Pria yang dulu menjadi musuh dalam hidupnya, yang ia hindari, benci, dan tolak. Namun kini, hanya ada satu perasaan yang membuncah setiap ia menatap wajah itu: takut kehilangan.Dengan hati-hati, Nayla menyibak selimut, melangkah pelan menuju sisi ranjang Kenzo. Ia duduk di tepi tempat tidur itu, menatap wajah Kenzo yang pucat, dengan luka perban di perutnya, dan lengan yang masih ditancap selang infus. Tangannya terulur, ragu-ragu... lalu akhirnya menggenggam tangan Kenzo erat-erat, seolah takut jika pria itu kembal

  • Main Api dengan Mafia   Tersirat

    Cahaya putih menyilaukan menyelimuti ruang IGD. Aroma antiseptik menusuk tajam, menyatu dengan hiruk-pikuk langkah kaki dan suara peralatan medis yang tak henti-hentinya berbunyi.Di tengah kekacauan itu, Kenzo terbaring lemah dengan wajah pucat dan baju penuh darah. Selang infus menusuk lengannya, monitor jantung menunjukkan detak yang tak stabil, dan perawat bergerak cepat menahan perdarahannya.“Tekanan darah turun drastis!”“Stabilisasi segera, kita kehilangan dia—!”Pintu IGD terbuka keras. Kingsley masuk dengan napas memburu, matanya menyapu ruangan hingga akhirnya menatap tubuh putranya yang hampir tak bernyawa. Wajahnya mengeras. Ia menoleh tajam ke arah pasukan pengawalnya.“Dengar baik-baik,” desisnya. “Jangan ada yang melaporkan ini ke pihak berwajib. Polisi akan tunduk pada keluarga presiden. Kita tidak bisa mempercayai siapa pun di luar lingkaran ini.”Semua pengawal mengangguk serempak. Ketegangan makin menebal, seolah rumah sakit pun tahu bahwa perang besar sedang diam-

  • Main Api dengan Mafia   Pertarungan

    Udara di dalam ruangan itu terasa lembap dan menyesakkan. Aroma apek dan debu menyatu menjadi satu, membuat dada Nayla semakin sesak. Ia duduk di kursi kayu tua yang sudah mulai rapuh, tubuhnya lemah terikat erat, pergelangan tangannya membiru karena gesekan tali kasar.Air matanya sudah mengering di pipi. Ia menatap nanar ke langit-langit gelap yang retak dan penuh sarang laba-laba, mencoba menenangkan diri… mencoba berpikir jernih… tapi yang ia rasakan hanya satu—takut“Apa ini jalan satu-satunya agar semuanya aman?” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.Tangannya bergerak lemah, mencoba lagi melepaskan ikatan, meskipun perihnya seperti ditusuk-tusuk duri. Tapi tak ada yang berhasil. Tidak ada celah, tidak ada harapan.“Apa lebih baik aku mati… daripada harus menyerah dan membuat Kenzo dalam bahaya?” pikirnya lagi. Matanya memejam, menahan rasa bersalah dan keputusasaan yang menyesakkan dada.Sementara itu, jauh di tempat berbeda, Kenzo masih belum berhenti bergerak.Apartemen tempa

  • Main Api dengan Mafia   Habisnya Kesabaran

    Kesadarannya masih kabur ketika Nayla membuka mata. Ruangan itu kosong dan lembap, berbau tanah tua dan kayu lapuk. Dinding-dindingnya retak, jendela ditutup rapat dengan papan kayu, dan hanya cahaya temaram dari satu bola lampu menggantung di langit-langit yang membuat segalanya tampak lebih menyeramkan.Kepalanya berdenyut. Pergelangan tangannya terasa perih, diikat kasar dengan tali yang mengikatnya kuat ke kursi kayu reyot. Nafasnya memburu, tubuhnya mulai gemetar. Namun ketakutan itu bukan hanya karena tempat itu—melainkan karena sosok yang perlahan melangkah dari balik bayangan.Reza.Wajah yang dulu pernah ia percayai, kini berubah menjadi topeng kebencian yang menjijikkan. Matanya memancarkan kesenangan aneh melihat Nayla dalam kondisi tak berdaya.“Selamat datang, Nay.” Suara Reza terdengar ringan, tapi nadanya mengandung racun. “Sudah kubilang ini penting, tapi kamu menolak datang baik-baik. Jadi ya… aku terpaksa.”Nayla mencoba tetap tenang. Tapi air mata sudah menggenang d

  • Main Api dengan Mafia   Nayla Menghilang

    Malam itu langit mendung. Hujan belum turun, tapi udara terasa berat. Nayla memandangi layar ponselnya yang kembali menyala untuk ketiga kalinya malam itu—nama yang muncul di layar bukan nama asing.Reza.Tangannya gemetar ringan saat akhirnya ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju ruang kerja apartemen. Di balik pintu, Kenzo sedang menatap layar laptop dengan ekspresi serius, dikelilingi dokumen dan peta digital.Nayla mengetuk pelan.Kenzo menoleh. “Ada apa?” tanyanya, suaranya tenang, tapi matanya langsung membaca bahwa Nayla tidak datang hanya untuk mengobrol santai.“Reza… dia menghubungiku lagi,” ucap Nayla dengan suara pelan.Seketika rahang Kenzo mengeras. Ia menyandarkan punggung ke kursi, menyatukan kedua tangannya di bawah dagu. “Apa lagi maksudnya kali ini? Di tengah kekacauan yang belum selesai juga…” gumamnya dengan geram.“Aku juga tidak tahu. Tapi dia bilang ini penting. Dia terus mengirim pesan. Seolah… mendesak,” jelas Nayla, menyerahkan ponselnya.Kenzo me

  • Main Api dengan Mafia   Mawas

    Setelah menghabiskan waktu menelusuri kenangan di rumah masa kecil Nayla, Kenzo membawa Nayla menuju mansion keluarga Kingsley. Bangunan megah yang berdiri kokoh di balik pagar besi hitam itu memancarkan aura keagungan sekaligus misteri yang menyelimuti sejarah keluarga mereka. Ketika mobil berhenti di depan pintu utama, Rose dan Kingsley telah berdiri menyambut mereka di depan pintu, seolah sudah tahu bahwa percakapan malam ini bukanlah percakapan biasa.Setelah duduk di ruang keluarga yang hangat dan tenang, Rose membuka percakapan. Suaranya lembut, tapi mengandung tekanan emosional yang dalam."Nayla... sebelum ibumu menghilang, dia sempat bilang padaku bahwa suatu saat kamu akan menemukan surat wasiat dari mendiang ayahmu. Tapi dia tidak pernah memberitahuku di mana surat itu disimpan. Seolah... dia sengaja membuatmu menemukan sendiri, saat kamu sudah siap."Nayla menelan ludah, pikirannya mulai menghubungkan potongan-potongan mimpi, bisikan dari masa lalu, dan kenyataan yang kini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status