Share

Sentuhan Fisik

Penulis: Soju Kimchizz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-22 21:17:13

Walaupun Nayla sudah membeli pakaian melalui toko online, tampaknya Kenzo tidak puas dengan pilihannya. Tanpa banyak bicara, pria itu membawanya ke salah satu butik mahal di pusat kota.

"Kita sudah beres. Gue udah beli semuanya," protes Nayla saat mereka memasuki butik yang dipenuhi koleksi busana eksklusif.

Kenzo meliriknya dengan tatapan santai tapi tajam. "Lo pikir dress yang lo beli online cukup buat bikin mereka terdiam?"

Nayla mengerutkan kening. "Itu dress branded."

"Tapi bukan 'statement piece'," balas Kenzo cepat. "Percaya deh, kalau lo mau datang ke pernikahan mantan pacar dan sahabat lo sendiri, lo butuh sesuatu yang lebih dari sekadar bagus. Lo harus kelihatan luar biasa."

Nayla tidak bisa menyangkal kalau pria itu ada benarnya.

Maka, di sinilah dia, berdiri di depan cermin butik, mengenakan salah satu gaun yang Kenzo pilihkan untuknya.

Gaun malam berwarna emerald membalut tubuhnya dengan sempurna. Potongannya pas, sedikit terbuka di bagian punggung, menonjolkan sisi elegan dan percaya diri.

Namun, yang membuat Nayla semakin gugup bukanlah cermin di depannya.

Tapi pria yang duduk di sofa belakangnya, mengamatinya dengan tatapan kritis.

"Salah," ujar Kenzo datar.

Nayla menghela napas. "Apalagi?"

Kenzo berdiri, mendekatinya dengan langkah santai. "Cara lo berdiri."

"Apa yang salah dengan cara gue berdiri?"

Pria itu berdiri di belakangnya, cukup dekat hingga Nayla bisa merasakan panas tubuhnya. Dengan lembut, kedua tangannya menyentuh bahunya.

"Tarik bahu lo ke belakang." Suaranya rendah, nyaris seperti bisikan. "Tegakkan dagu. Lo mau mereka lihat lo kalah atau menang?"

Nayla menelan ludah.

Sial. Kenapa dia harus sedekat ini?

Tubuhnya terasa panas, meski AC butik terasa cukup dingin.

Kenzo menatap pantulan mereka di cermin. "Lihat? Sekarang lo terlihat lebih percaya diri."

Nayla mencoba fokus ke pantulan dirinya. Kenzo benar. Sikapnya yang lebih tegap memberikan kesan berbeda—lebih kuat, lebih anggun.

Nayla berdeham, mencoba mengalihkan pikirannya. "Gue nggak nyangka lo bisa sekritis ini soal fashion."

Kenzo menyeringai kecil, tapi tatapannya tetap tajam. "Gue nggak suka melakukan sesuatu setengah-setengah. Kalau kita akan datang sebagai pasangan, kita harus sempurna."

Pasangan pura-pura, batin Nayla.

Tiba-tiba, seorang pegawai butik mendekat. "Kakak terlihat sangat cantik dalam gaun itu. Mau dicoba dengan heels yang cocok?"

Sebelum Nayla bisa menjawab, Kenzo sudah lebih dulu berkata, "Bawakan yang nude dengan aksen silver."

Pegawai itu mengangguk cepat dan berlalu. Nayla menoleh dengan kening berkerut. "Lo ngerti fashion atau lo kerja sampingan sebagai stylist?"

Kenzo hanya menyeringai tipis. "Gue cuma tahu apa yang bagus buat lo."

Demi apa pun, Nayla hampir tersedak udara sendiri.

Apa pria ini sedang menggoda? Atau ini hanya caranya berbicara?

Setelah Nayla puas dengan pilihan outfitnya, mereka keluar dari butik dengan beberapa kantong belanja di tangan.

"Baiklah," ujar Kenzo, "sekarang bagian yang lebih sulit."

Nayla menoleh. "Apaan?"

Kenzo memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana. "Kita harus latihan kelihatan mesra. Kalau lo kaku di depan semua orang nanti, rencana kita bakal kelihatan palsu."

Jantung Nayla berdebar cepat.

"L-lo serius?"

Kenzo mengangkat bahu. "Lo pikir hubungan itu cuma tentang berdiri bareng dan pakai outfit bagus?"

Ia mencondongkan tubuhnya sedikit, mendekat ke wajah Nayla.

"Kita harus kelihatan seperti pasangan yang benar-benar saling suka."

Dan untuk pertama kalinya, Nayla merasa bahwa mungkin... rencana ini lebih berbahaya dari yang ia bayangkan.

Nayla menatap Kenzo dengan waspada, sementara pria itu hanya menyeringai seperti seseorang yang baru saja menemukan permainan baru yang menarik.

"L-latihan mesra gimana maksud lo?" Nayla berusaha terdengar santai, tetapi jantungnya berdetak kencang.

Kenzo melangkah lebih dekat, begitu dekat hingga Nayla bisa mencium wangi maskulin dari parfumnya. "Santai aja. Nggak bakal ada yang dirugikan. Gue cuma mau pastiin lo nggak terlihat seperti cewek yang terpaksa datang sama gue."

Nayla menyipitkan mata. "Gue emang terpaksa."

Kenzo terkekeh. "Ya, tapi mereka nggak boleh tahu."

Sebelum Nayla sempat membalas, pria itu tiba-tiba menarik pergelangan tangannya dan menggenggamnya erat. Jemari mereka kini bertautan.

"Nah, ini pegangan tangan yang natural." Kenzo sedikit mengayunkan tangan mereka. "Nggak terlalu kaku, tapi juga nggak berlebihan."

Nayla mencoba menarik tangannya, tetapi Kenzo hanya mengencangkan genggamannya.

"Kalau lo terlalu ragu, mereka bakal sadar."

"Aku nggak ragu," bantah Nayla. "Aku cuma nggak biasa."

"Makanya latihan."

Kenzo lalu menariknya lebih dekat, membuat Nayla nyaris menabrak dadanya.

"Kenzo!" seru Nayla, berusaha mundur, tetapi pria itu sudah menempatkan tangannya di pinggangnya.

"Lo bakal dihadapkan sama banyak orang di pernikahan itu, Nay. Kalau lo kelihatan terlalu defensif, mereka bakal mikir kalau lo masih sakit hati."

Nayla mendengus. "Gue emang masih sakit hati."

Kenzo menatapnya tajam. "Tapi lo nggak mau mereka tahu, kan?"

Nayla menggigit bibirnya, lalu menghela napas pasrah. "Terus, lo mau gue ngapain?"

"Mulai dari hal kecil," jawab Kenzo santai. "Pegang tangan gue dengan santai, jangan kayak orang yang ditarik paksa."

Nayla menghela napas lagi, lalu mencoba menggenggam tangan Kenzo lebih rileks. Kenzo mengangguk puas.

"Oke, sekarang coba rangkul tangan gue."

Nayla mengangkat sebelah alis. "Rangkul?"

Kenzo mengulurkan lengannya. "Ya, kayak pasangan yang sering lo lihat di jalanan. Lo bisa sandarin kepala lo ke bahu gue juga kalau mau."

Nayla mendelik. "Jangan ngarep!"

Kenzo tertawa kecil, tetapi tetap menunggu. Dengan enggan, Nayla akhirnya mengaitkan lengannya ke lengan Kenzo. Ia bisa merasakan otot pria itu yang kencang di balik kemeja.

"Bagus," ujar Kenzo. "Sekarang, lo harus belajar tersenyum. Jangan kelihatan kayak orang yang lagi diseret ke altar."

Nayla mendesis. "Kenapa latihan ini jadi semakin aneh?"

Kenzo menaikkan satu alis. "Lo mau mereka percaya kita pasangan atau nggak?"

Nayla mendesah panjang. Ia berusaha tersenyum, tetapi hasilnya lebih mirip seringai kaku.

"Astaga, Nay," keluh Kenzo sambil memegang dahinya. "Lo tersenyum kayak habis dipaksa foto di kelurahan."

Nayla mengibaskan tangannya. "Nggak gampang, tahu!"

"Makanya, kita latihan," balas Kenzo sambil mencubit pipi Nayla sekilas.

Nayla terperanjat. "Hei!"

Kenzo hanya terkekeh. "Oke, sekarang coba hal lain." Ia lalu menatap Nayla serius. "Bagian paling penting dalam rencana ini adalah lo harus nyaman sama gue."

Nayla mengerutkan kening. "Kenapa?"

"Karena chemistry nggak bisa dipalsukan," jawabnya.

Sejenak, Nayla terdiam. Ada sesuatu dalam cara Kenzo berbicara yang membuatnya terdengar lebih serius dari sebelumnya.

"Jadi..." Kenzo mendekat lagi, kali ini lebih pelan, lebih tenang. "Kalau gue ngusap kepala lo kayak gini..." Jemarinya menyentuh rambut Nayla dengan lembut, nyaris seperti belaian. "Lo harus bereaksi natural."

Nayla menegang seketika.

Kenzo terkekeh. "Lihat? Kaku banget."

Nayla mendelik. "Karena ini aneh!"

"Aneh buat lo," Kenzo menyeringai. "Tapi buat orang lain? Ini harus kelihatan biasa aja."

Nayla menghembuskan napas panjang. Oke, dia harus lebih rileks. Ini hanya latihan. Hanya latihan.

"Oke, coba lagi," kata Kenzo.

Kali ini, saat Kenzo mengusap kepalanya, Nayla mencoba untuk tidak bereaksi berlebihan. Ia hanya membiarkan Kenzo melakukannya tanpa menegang.

Kenzo mengangguk puas. "Nah, gitu."

Nayla mendecak. "Gue nggak yakin ini penting."

Kenzo memasukkan tangannya ke saku celana. "Lo bakal kaget betapa banyak hal kecil yang diperhatikan orang-orang."

Nayla menatapnya curiga. "Lo udah sering melakukan ini, ya?"

Kenzo hanya tersenyum misterius. "Cukup untuk tahu apa yang berhasil dan apa yang enggak."

Nayla mendengus. "Kayaknya gue yang bakal paling capek di acara nanti."

Kenzo menepuk kepalanya sekali lagi. "Sama-sama."

Nayla mendelik, tetapi dalam hati, dia tahu satu hal.

Latihan ini memang aneh, tapi satu hal yang lebih aneh lagi adalah...

Dia merasa mulai terbiasa dengan sentuhan Kenzo.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Main Api dengan Mafia   Mafia

    Setelah Kenzo mengantarnya pulang, Nayla tidak langsung tidur. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian tadi malam—wajah-wajah misterius yang terlihat mengenal Kenzo, cara mereka berbicara dengan bahasa terselubung, serta bagaimana Kenzo seolah memiliki kendali penuh di dalam ruangan itu.Duduk di tepi ranjang, Nayla meraih iPad-nya. Jarinya mengetik nama Kenzo Adinata di kolom pencarian Google. Namun, hasilnya nihil."Mustahil orang seperti dia gak punya jejak digital," gumamnya.Dia mencoba mencari dengan kata kunci lain: Kenzo Adinata perusahaan, Kenzo Adinata CEO, Kenzo Adinata media, namun hasilnya tetap samar. Nama itu memang muncul di beberapa berita bisnis, tapi hanya sebagai investor misterius yang jarang tersorot kamera.Nayla semakin curiga. Bagaimana mungkin pria sekharismatik Kenzo, yang jelas memiliki kekuasaan, hampir tidak memiliki eksistensi di internet?Merasa tidak puas, Nayla membuka aplikasi chat dan menghubungi Maia.Nayla: "Mai, lo lagi sibuk?"Maia: "Kalau lo na

  • Main Api dengan Mafia   Permainan

    Nayla mengernyit menatap layar ponselnya. Sebuah undangan digital muncul di sana, menampilkan acara eksklusif yang bahkan nggak pernah terpikirkan olehnya untuk dihadiri."Datang ke acara ini. Gue jemput jam tujuh."Itu pesan dari Kenzo. Singkat, padat, dan nggak membuka ruang untuk penolakan.Nayla mengetik balasan cepat. "Kenapa lo tiba-tiba ngajakin gue?"Ceklis dua. Dibaca. Tapi nggak ada balasan.Sialan.Pukul 19.00Sebuah mobil hitam mengilap berhenti tepat di depan apartemen Nayla. Dia melirik ke luar jendela dan, tentu saja, Kenzo ada di sana. Pria itu keluar dari mobil, mengenakan kemeja hitam yang menggulung di lengan, memperlihatkan jam tangan mahal yang melekat di pergelangannya."Lo udah turun atau harus gue jemput langsung ke atas?" Suaranya terdengar santai, tapi ada nada menekan di dalamnya.Nayla menghela napas panjang, lalu mengambil clutch bag-nya dan berjalan keluar. Begitu dia sampai di depan mobil, Kenzo membukakan pintu untuknya."Lo belum jawab pertanyaan gue,"

  • Main Api dengan Mafia   Guilty

    Nayla duduk di sofa apartemennya, ngelepas high heels yang udah bikin kakinya pegal setengah mati. Dia ngelempengin punggungnya, ngambil bantal, terus meluk itu kayak guling.Di sebelahnya, Maia lagi asik ngemil keripik sambil nonton serial di laptop. Tapi Nayla nggak bisa fokus. Pikirannya masih berkecamuk soal satu orang.Kenzo Adinata.Dia narik napas panjang sebelum akhirnya buka suara. "Gue nggak ngerti, Mai."Maia ngelirik sebentar, terus lanjut ngunyah. "Nggak ngerti apaan?""Kenzo." Nayla ngelus jidatnya, nyoba merangkai kata. "Dia tuh kayak terlalu effort buat sesuatu yang dia nggak dapet untungnya. Maksud gue, dia nggak gue bayar, tapi bener-bener niat bantuin gue. Dari mulai belanja baju, ngajarin cara bersikap, bahkan nyuruh gue latihan pegangan tangan, senyum, segala macem. Kayak... serius banget."Maia langsung nyengir usil. "Jangan-jangan dia beneran suka sama lo?"Nayla mendelik. "Jangan mulai, Mai.""Tapi masuk akal, lho." Maia naruh keripiknya dan ngebalik badan biar

  • Main Api dengan Mafia   Sentuhan Fisik

    Walaupun Nayla sudah membeli pakaian melalui toko online, tampaknya Kenzo tidak puas dengan pilihannya. Tanpa banyak bicara, pria itu membawanya ke salah satu butik mahal di pusat kota."Kita sudah beres. Gue udah beli semuanya," protes Nayla saat mereka memasuki butik yang dipenuhi koleksi busana eksklusif.Kenzo meliriknya dengan tatapan santai tapi tajam. "Lo pikir dress yang lo beli online cukup buat bikin mereka terdiam?"Nayla mengerutkan kening. "Itu dress branded.""Tapi bukan 'statement piece'," balas Kenzo cepat. "Percaya deh, kalau lo mau datang ke pernikahan mantan pacar dan sahabat lo sendiri, lo butuh sesuatu yang lebih dari sekadar bagus. Lo harus kelihatan luar biasa."Nayla tidak bisa menyangkal kalau pria itu ada benarnya.Maka, di sinilah dia, berdiri di depan cermin butik, mengenakan salah satu gaun yang Kenzo pilihkan untuknya.Gaun malam berwarna emerald membalut tubuhnya dengan sempurna. Potongannya pas, sedikit terbuka di bagian punggung, menonjolkan sisi elega

  • Main Api dengan Mafia   Cafe Le Vaux

    Nayla duduk di meja kerjanya, menatap layar ponselnya dengan tatapan bimbang. Nama Kenzo Adinata masih terpampang jelas di layar. Maia sudah mengirimkan beberapa informasi singkat tentang pria itu, termasuk beberapa foto candid yang diambil entah dari mana.Tapi satu hal yang jelas—Kenzo bukan pria biasa.Dari ekspresi wajahnya yang selalu tenang dan dingin, hingga cara dia berdiri yang memancarkan kepercayaan diri, semuanya menunjukkan bahwa pria ini berbahaya.Maia tidak berlebihan ketika mengatakan bahwa berurusan dengan Kenzo bisa membawa konsekuensi yang tidak bisa diprediksi.Tapi Nayla butuh dia.Atau setidaknya, butuh seseorang yang bisa membuatnya tidak terlihat menyedihkan saat datang ke pernikahan itu.Tangannya mengetik pesan dengan ragu-ragu.📩 "Bisakah kita bertemu? Aku ingin membicarakan sesuatu."Pesan terkirim.Tiga menit berlalu.Tidak ada balasan.Lima menit.Masih tidak ada reaksi.Nayla mulai berpikir ulang. Mungkin ini ide buruk. Mungkin aku harus mencari pria l

  • Main Api dengan Mafia   Undangan Keramat

    Suara ketukan sepatu hak tinggi menggema di lorong apartemen saat Nayla berjalan menuju unitnya. Hari itu terasa panjang—terlalu panjang. Presentasi yang melelahkan, atasan yang terlalu banyak menuntut, dan klien yang mendadak berubah pikiran di detik terakhir membuat kepalanya hampir meledak.Saat akhirnya tiba di depan pintu, ia menghela napas panjang sebelum membuka kunci. Begitu pintu terbuka, aroma lembut lilin vanila menyambutnya, memberikan sedikit rasa nyaman setelah hari yang melelahkan.Nayla melepaskan high heels dengan asal, membiarkan tubuhnya terjatuh ke sofa empuk di ruang tengah. Ia menarik karet rambutnya, membiarkan rambut panjangnya tergerai, lalu meraih remote TV. Tapi sebelum sempat menyalakan drama Korea yang sudah menunggu untuk ditonton, ponselnya bergetar di atas meja.Notifikasi email. Satu pesan masuk.📩 "Undangan Pernikahan: Reza & Alana"Mata Nayla membeku di layar. Jantungnya seperti berhenti berdetak sejenak sebelum kembali berpacu lebih cepat dari sebe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status