Share

7. Demam

Author: rindiyoon
last update Huling Na-update: 2022-06-28 19:52:37

Jeri Andara adalah seorang artis terkenal, ia biasa memakai busana dari Wiguna Boutique.

"Aku ada urusan aja," ucap Jeri yang masih melirik kearah sekitar.

"Riani sudah keluar dari sini dan sudah lumayan lama juga," kata Heru.

"Keluar? Kenapa dia tidak memberitahu aku?" Jeri seperti orang kelabakan yang mencari seseorang.

"Aku tidak tau." Heru hanya menaik-turunkan pundaknya dan menatap Jeri dengan bingung.

Jeri memang sering memakai busana di Wiguna Boutique, ia juga adalah ambassador di Wiguna Boutique. Jeri sering sekali di layani oleh Riani, maksudnya di layani dalam hal berpakaian.

"Mau cari pegawai yang mengantikan Riani?" Heru mengajak Jeri untuk melangkah menuju ruangannya, tapi Jeri menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Alamat Riani dimana ya?" Jeri langsung menanyakan alamat Riani pada Heru selaku pemilik Boutique dan bosnya Riani.

"Sudah pindah rumah," ucap Heru.

"Astaga!" Jeri memijat pelan pelipisnya dan seperti orang kebingungan.

Jeri sepertinya memang membutuhkan Riani saat ini namun Heru jadi bingung sendiri dengan sikap Jeri yang seperti itu. Heru memikirkan bahwa Jeri dan Riani memiliki hubungan khusus, tapi Heru berpikir lagi pasti tidak mungkin kalau mereka memiliki hubungan khusus.

***

Keesokan harinya.

Pukul 7 pagi.

Keluarga Prawira selesai sarapan dan semuanya sudah melaksanakan aktivitas masing-masing. Namun ada satu orang yang belum melaksanakan aktivitasnya.

"Permisi tuan, apa tuan tidak bekerja?" tanya Riani dengan ramah pada Jonathan.

Saat ini Jonathan masih duduk di kursinya dan belum beranjak. Jonathan juga hanya diam saja tanpa merespon apapun.

"Tuan, apa tuan sakit." tanya Riani lagi yang agak mencemaskan dirinya.

"Iya sepertinya aku sakit," jawab Jonathan dengan lemas dan akhirnya membuka mulutnya.

"Bolehkah aku menyentuh kening tuan?" tanya Riani dengan suara pelan dan meminta izin padanya.

Tidak perlu menunggu lama lagi. Jonathan langsung menarik tangannya Riani dengan pelan, lalu menaruh telapak tangan Riani di keningnya.

"Astaga," ucap Riani setelah menyentuh keningnya.

Kening Jonathan sangat panas dan sudah pasti ia sedang demam. Riani langsung menuntun Jonathan beranjak dari kursi.

"Tuan, kita pindah ke kamar saja agar aku bisa mengurus tuan disana," kata Riani yang sudah menopang tubuhnya yang sangat besar dan berat.

"Iya, itu yang aku tunggu berada didalam kamar bersamamu, sayang," gumam Jonathan.

"Kenapa tuan?" Seketika Riani langsung menoleh kearah Jonathan yang sepertinya sedang berbicara sesuatu, tapi karena suaranya Jonathan sangat pelan membuat Riani menanyakan lagi.

"Tidak!" Jonathan sepertinya tidak mau mengulang pembicaraannya.

Riani dan Jonathan akhirnya sudah sampai didalam kamarnya Jonathan. Riani meniduri Jonathan diatas kasurnya, lalu saat Riani ingin menjauh darinya. Tiba-tiba aja Jonathan menahan tangannya membuat Riani seperti menindih tubuhnya. Wajah mereka benar-benar sangat dekat, dan hembusan nafasnya sangat terasa.

"Cantik!" Jonathan menatap Riani tanpa berkedip lalu membelai pipinya.

Riank langsung bangun begitu saja dan langsung membelakanginya. Wajah Riani agak panas dan pasti saat ini wajahnya memerah.

"Tu ... Tuan, aku akan mengambil air untuk mengompres kening tuan," ucap Riani dengan sangat gugup.

"Oke!" Jonathan seperti tidak merasa gugup akan kejadian tadi.

Riani bergegas pergi dari kamarnya Jonathan dan Jonathan masih berbaring diatas kasur. Jonathan tersenyum miring ketika diriku sudah pergi dari kamarnya.

"Ada bagusnya juga semalaman berendam didalam bathub dengan air dingin," gumam Jonathan yang sepertinya senang saat dirinya mengalami panas.

Jadi, semalam itu Jonathan berendam didalam bathub dengan air dingin selama beberapa jam. Jonathan melakukan itu karena sengaja, karena ia ingin sakit dan di rawat oleh pembantunya.

"Haruskah aku melangsungkan aksiku malam ini," gumam Jonathan dengan senyum menyeringai.

Tidak lama kemudian. Riani kembali dengan membawa air didalam wadah plastik dengan kain. Riani langsung duduk kasur Jonathan, ia juga mulai mengompres keningnya.

"Tuan, apa setidaknya kita ke rumah sakit saja?" tanya Riani yang benar-benar mengkhawatirkan keadaan Jonathan.

"Tidak perlu, sebaiknya kamu saja yang merawatku," jawab Jonathan yang bersikeras tidak ingin ke rumah sakit.

"Baik tuan." Riani hanya menurut saja dengan apa yang di katakan Jonathan.

Beberapa menit kemudian. Riani selesai mengompres Jonathan namun belum juga ada hasilnya, tubuhnya Jonathan masih saja panas seperti terbakar sesuatu.

"Tuan, apa benar-benar tidak ingin ke rumah sakit?" Lagi-lagi kau membahas rumah sakit padanya.

"Tidak perlu, aku ingin dirawat saja olehmu!" tegas Jonathan.

Riani hanya menganggukkan kepalanya dan menatap Jonathan dengan rasa kasihan. Seharusnya hari ini ia sedang bekerja seperti yang lainnya, tapi saat ini ia harus terbaring diatas kasurnya.

Pukul 12 siang.

"Bibi!" teriak Jelita yang baru saja masuk kedalam kamar Riani.

"Oh, nona muda sudah pulang?"

"Nona melulu!" Jelita cemberut.

"Hehehe maafkan aku!"

"Bibi, hari ini kita makan siang diluar saja yuk!" Jelita menarik tangannya Riani untuk keluar dari kamar.

"Makan siang diluar? Tapi bi Yani sudah menyiapkan makan siang untuk Jelita," ucap Riani.

"Ih, aku mau makan bakso!" Jelita menatap Riani dengan tatapan sedih.

Riani berjongkok dan mengimbangi tingginya Jelita, lalu ia berkata. "Jelita, makan baksonya nanti saja ya karena aku sedang mengurus seorang pasien," kata Riani.

"Pasien? Bibi bukan dokter, kan!" Jelita protes saat mendengar perkataan dari pengasuh sekaligus pembantu di rumah keluarga Prawira.

"Benar bibi bukan dokter, tapi ..."

"RIANI!" teriak seorang laki-laki yang sangat kencang membuat Riani dan Jelita menghentikan pembicaraan.

"Loh, itu bukannya suara om Jonathan?" Jelita benar-benar hafal dengan suara Jonathan.

"Benar, itu suara om Jonathan dan pasien aku." Riani bangun dari jongkok dan menuntun Jelita melangkah ke lantai atas.

"Bi, apa om tidak kerja?" Suara Jelita terdengar sangat penasaran.

"Tidak, om Jonathan tadi pagi badannya sangat panas dan sekarang sudah menurun panasnya," jelas Riani.

"Aduh, om aku yang tampan!" Jelita melepaskan genggaman tangan Riani dan berlari begitu saja.

"Jelita, jangan lari!" teriak Riani yang mencoba menghentikan Jelita, namun nihil karena Jelita tidak mendengarkan diriku. Jelita langsung berlari sangat cepat.

Sampai didepan kamar Jonathan. Jelita langsung masuk dan melihat Jonathan sedang duduk diatas kasur sambil bersandar pada tumpukan bantal di belakangnya.

"Om, apa om sakit?" Suara Jelita sangat cemas pada Jonathan.

"Tidak sakit, ok hanya demam biasa aja," ucap Jonathan yang sudah membuka tangannya agar Jelita menghampirinya dan memeluknya.

Jonathan dan Jelita benar-benar mirip seperti seorang ayah dan seorang anak. Mereka sangat dekat melebihi batasan seorang om pada ponakannya.

"Jelita!" teriak Riani saat sampai didepan pintu kamarnya Jonathan.

Riani melihat Jelita dan Jonathan sedang berpelukan, lalu Jonathan mengecup lembut pucuk kepalanya Jelita.

"Maaf!" Riani sedikit membungkuk karena terlalu histeris saat berteriak.

"Om, kenapa bibi itu selalu minta maaf melulu!" Jelita melepaskan pelukannya dan menoleh kearah Riani.

"Tidak tau, bibi selalu bertingkah formal melulu ya!" Jonathan dan Jelita satu komplotan, mereka benar-benar senang ketika menggoda Riani.

"Bibi, aku mau menemani om saja disini," celetuk Jelita.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
aduhhhh kalau couple j bertemu dunia serasa milik berdua kedekatan om dan ponakan itu nggak perlu di ragukan
goodnovel comment avatar
b3kic0t
dasar Jhonatan bisa2nya dia berendam semalaman hanya untuk menjadi pasien Riani
goodnovel comment avatar
b3kic0t
ada sih jer sepertinya kamu butuh banget sama riani
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Mainan Cantik Sang Tuan Muda   157. Dan Akhirnya, Kevin Prawira Lahir

    Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s

  • Mainan Cantik Sang Tuan Muda   156. Sudah Sembilan Bulan

    Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d

  • Mainan Cantik Sang Tuan Muda   155. Pesta Pernikahan

    Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja

  • Mainan Cantik Sang Tuan Muda   154. Sebentar Lagi Menikah

    "Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan

  • Mainan Cantik Sang Tuan Muda   153. Sosok Pria Gagah

    Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah

  • Mainan Cantik Sang Tuan Muda   152. Jonathan Merindukan Kamarnya

    Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status