Share

8. Membayar Tubuhmu

"Bibi, aku mau menemani om saja disini," celetuk Jelita.

Jonathan menatap keponakannya dengan dalam dan bukan ini yang ia inginkan, saat ini Jonathan hanya ingin berduaan dengan Riani. Bukan dengan anak kecil yang sangat cerewet seperti Jelita, tapi walaupun Jelita sangat cerewet. Jonathan sangat menyayangi dan mencintainya seperti pada anaknya sendiri.

"Jelita harus ganti pakaian dulu," ucap Riani sambil menatap Jelita yang masih berseragam sekolah dengan sangat lengkap dan tas yang masih ia gendong di belakangnya.

"Nah benar, sebaiknya kamu ganti pakaian dulu lalu makan siang setelah itu istirahat!" Terlihat jelas dari raut wajahnya Jonathan yang sepertinya tidak mengizinkan keponakannya untuk menemani dirinya.

Tapi Jelita tidak menghiraukan itu karena ia benar-benar masih kecil dan belum peka, lalu Jelita mengatakan. "Ya sudah aku ganti pakaian dulu, om istirahat ya!" Jelita mengusap kepalanya Jonathan dengan lembut.

Jelita benar-benar memiliki sikap yang lemah lembut dan sangat penyayang. Setelah itu, Jelita melangkah pergi dari kamarnya Jonathan. Riani juga ingin melangkah pergi dan mengikuti langkahnya Jelita, tapi tiba-tiba saja tangannya Riani di tahan oleh Jonathan.

Riani sedikit menepisnya dan membalikkan tubuhnya dan menatap Jonathan. "A ... ada yang bisa aku bantu, tuan?" Sangat gugup saat Jonathan menyentuh lengannya karena tangannya masih panas.

"Selesai mengurus Jelita tolong kembali ke kamarku!" titah Jonathan dengan kedua mata yang membulat dengan sempurna.

"Baik tuan!"

Setelah itu. Riani melangkah pergi keluar dari kamarnya Jonathan. Jonathan sedikit tersenyum saat mendapati respon bahwa Riani akan kembali setelah mengurus Jelita.

***

Tepat 1 tahun.

Riani bekerja di rumah keluarga Prawira tanpa mendapatkan bayaran apapun. Karena ini adalah syaratnya agar semua hutang-hutang ayahnya lunas. Riani tidak merasa menyesal bekerja menjadi pembantu disini, setidaknya saat ia bekerja disini aku di berikan tempat dan makan yang yang layak.

"Sepertinya hari ini keluarga Prawira masih berlibur di Dubai," batin Riani.

Beberapa hari yang lalu keluarga Prawira pergi ke Dubai untuk berlibur, karena tuan Prawira telah mendapatkan pencairan yang menggiurkan. Akhirnya ia mengajak keluarganya pergi berlibur, sebenarnya Riani dan bi Yani diajak. Namun, Riani dan bi Yani memutuskan untuk menjaga rumah saja walaupun di rumah ini sudah banyak satpam.

"Aku lupa belum menyalakan lampu kamarnya tuan Jonathan," gumam Riani.

Riani langsung keluar dari kamar dan melangkah kelantai atas, ia langsung melangkah masuk kedalam kamarnya Jonathan. Saat ia masuk kedalam kamarnya Jonathan, ia mendengar suara air didalam kamar mandinya.

"Bukannya tuan Jonathan juga ikut berlibur," batin Riani yang bertanya-tanya pada diri sendiri.

Riani ingin masuk kedalam kamar mandi itu untuk melihat ada siapa disana, ia takut saat melihat kedalam kamar mandi ternyata ada pencuri atau semacamnya. Riani langsung melirik kearah sekitar dan mencari sesuatu yang bisa ia genggam saat membuka pintu kamar mandi itu.

"Itu dia, cutter!"

Riani langsung melangkah menuju meja kecil di samping tempat tidur mewah milik anak majikannya. Setelah diambil cutter itu, ia menyembunyikan di belakang tubuhnya.

"Semoga bukan pencuri," batin Riani yang mencoba melangkah menghampiri kamar mandi.

Tepat didepan pintu kamar mandi, perlahan-lahan aku membuka pintu kamar mandi itu dan suara air terdengar sangat jelas. Riani sudah bersiap memunculkan cutter saat wajah seseorang muncul di hadapannya. Benar saja tidak lama kemudian wajah seseorang keluar dari kamar mandi, Riani langsung memunculkan cutter yang sedang ia sembunyikan. Namun, ia kembali menyembunyikan cutter itu.

"Riani," ucap seseorang yang baru saja keluar dengan menggunakan handuk di pinggangnya.

"Tu ... Tuan!" Riani sangat tidak percaya saat pemilik kamar ini keluar dari kamar mandi.

Jonathan yang baru saja selesai mandi dengan bertelanjang dada dan hanya memakai handuk di pinggangnya membuat Riani membalikkan tubuhnya. Riani mencoba melangkah menjauh darinya, namun Jonathan melangkah mendekati dirinya.

"Tu ... Tuan, kenapa tuan ada disini?" tanya Riani tanpa menatapnya.

"Kenapa kau berbicara denganku seperti itu?" Jonathan tidak menghiraukan pertanyaannya Riani.

Dengan cepat Riani langsung membalikkan tubuhnya namun kelapanya masih menunduk, karena Riani tidak bisa melihat tubuhnya Jonathan seperti ini.

Jonathan menegakkan berdirinya dengan menyentuh kedua pundak Riani secara bersamaan. "Kau kenapa?" Jonathan menatap Riani seolah ia tidak peka dengan apa yang terjadi disini.

"Ma ... maaf tuan," ucap Riani yang ingin menundukkan kepala namun Jonathan berhasil menyentuh dagunya agar tidak menunduk.

"Tidak perlu malu-malu melihat tubuhku," kata Jonathan dengan tatapan santai seolah sudah biasa mengatakan ini.

Jonathan merasakan kalau Riani sedikit tidak nyaman, lalu ia melepaskan tangannya dari pundaknya.

"Tolong bersihkan tempat tidurku!" titah Jonathan.

"Ba ... baik tuan!" Bergegas melangkah menuju tempat tidur Jonathan lalu Riani tidak lupa kembali menyimpan cutter tadi diatas mejanya Jonathan.

Beberapa menit kemudian. Riani selesai membereskan tempat tidurnya dan ternyata Jonathan masih saja belum memakai pakaian pada tubuhnya yang kekar itu. Tubuhnya Jonathan sangat kekar dan perfect, ia juga memiliki perut seperti roti sobek. Lalu, tiba-tiba saja Jonathan duduk diatas kasur dengan sedikit kasar membuat handuknya sedikit naik keatas.

Aku langsung melangkah sedikit jauh dari tempat tidur itu, lalu aku berkata. "Tuan, aku sudah membersihkan tempat tidurnya," ucap Riani dengan ramah.

"Oke sekarang waktunya kau tidur denganku!" Suara Jonathan sangat sensual membuat Riani mengangkat kepala dan menatapnya dengan bingung.

"Ti ... tidur? Maksudnya?" gugup Riani saat mendengar perkataan Jonathan.

Jonathan langsung menarik tangannya Riani dan menuntun dirinya duduk di pangkuannya. Seketika jantung Riani berdetak sangat kencang dan saat ia duduk di pangkuannya Jonathan seperti merasakan sesuatu yang tidak nyaman.

"Aku sudah membayar mahal tubuhmu dengan sangat mahal, sekarang sudah waktunya kamu melayaniku!" Jonathan berbisik di telinga Riani membuatnya langsung bangun dari pangkuannya.

"Tu ... Tuan, aku tidak akan membahas ini lagi dan aku harap tuan akan melupakan kejadian hari ini." Riani kembali gugup dan aku benar-benar tidak mengerti kenapa Jonathan mengatakan itu padanya.

Saat Riani ingin melangkah pergi. Jonathan langsung bangun dari duduknya dan mengunci pintu kamarnya, ia juga mengambil kuncinya dan melemparkannya ke sembarang arah.

"Tu ... Tuan." Riani hanya bisa menatap bengong saat Jonathan melemparkan kunci itu.

Riani berusaha mencarinya, tapi Jonathan langsung menggendong tubuh Riani dan menaruh tubuhnya diatas tempat tidur.

"Aku sudah membayar mahal tubuhmu pada ayahmu, Riani!" Jonathan terus-menerus membahas membayar tubuh Riani.

"Ayahku?" Kening Riani langsung mengernyit saat Jonathan membahas ayahnya.

"Iya ayahmu yang selama ini kau turuti ternyata dia menjual tubuhmu padaku!" Jonathan membelai pipinya Riani dengan sangat lembut.

"Tidak mungkin!" Sangat mustahil kalau ayahnya sendiri menjual dirinya. Riani berusaha pergi dari tubuh Jonathan yang sangat berat.

Jonathan semakin menekan tubuhnya agar diriku tidak pergi. "Apa susahnya melayaniku? Bukannya kamu juga akan menyukainya?" Jonathan membelai pipinya Riani lagi.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Lanang Amba
Tahniah penulis, teruskan berkarya
goodnovel comment avatar
Atik Atik
wuisss...bakalan jatuh cinta setelah malam ini tuh.........
goodnovel comment avatar
b3kic0t
duhhhh pasti malam ini Riani nggak bakal bisa lepas dari nafsu Jonathan kamu sih RI nggak ikut aja tuan prawira pergi ke dubay
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status