Beranda / Fantasi / Makhluk Panggilan Terkuat / 2. Pindahkan Aku dari Dunia Ini!

Share

2. Pindahkan Aku dari Dunia Ini!

Penulis: Ideabadar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-22 04:04:12

Jakarta City, siang hari

Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan. Dia mengurung diri di kamarnya. Dia memegang sebuah pena dan sudah sejak tadi tangannya di atas kertas. Entah apa yang akan dilakukannya, menulis sesuatu? Tapi, dia tak melakukan apapun dan hanya gemetar tangannya.

Dua tahun sudah lelaki berusia 21 tahun tersebut mengurung diri di kamarnya. Namanya, Kenan Kalandra. Rasa malu dan tak percaya diri sudah memenuhi seluruh hidupnya. Hidup dalam ketakutan dan rasa malu yang sangat.

Peristiwa dua tahun lebih yang menimpanya, membuat pemuda itu menjadi pribadi yang tertutup. Ibunya, Ghina tak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya menunggu dan bersedih setiap saat. Anaknya, Kenan menjadi korban bullying dan bahkan dipermalukan saat pesta wisuda anak SMA saat itu.

Ghina tak bisa berbuat apa-apa, dia baru mengetahui anaknya adalah korban bullying selama tiga tahun dia bersekolah. Anak-anak orang kaya itu, mereka telah menghancurkan masa depan puteranya dengan mempermalukannya.

”Kenan! Makanlah Nak,” Ghina, sang Ibu memberikan makanan seperti biasanya. Dia tak bisa menahan tangisnya, melihat kondisi anaknya yang kini bahkan tak berani keluar dari kamarnya sama sekali.

Sang Ibu kembali bersedih, airmatanya menetes begitu saja. Dia meratap di depan pintu kamar putera satu-satunya. Kesedihan seorang Ibu adalah kesedihan dunia itu sendiri. Ibu Ghina hanya bisa berdoa agar puteranya itu bisa kembali menjadi manusia normal. Dia bisa keluar dan percaya diri untuk bisa menghadapi rasa ketidakberdayaannya, dan itulah yang diharapkan oleh Ibu Ghina.

Lima belas menit kemudian, sang Ibu menaruh makanan dalam piring itu di meja di dekat pintu masuk kamar anaknya. Entah akan diambil kapan, tapi puteranya itu akan tetap mengambilnya meskipun hanya sekali dalam sehari. Ibunya selalu menaruh makanan dengan lauknya tiga kali sehari. Biasanya, dua piring tidak akan disentuh dan diambil.

Begitupun dengan minuman, bu Ghina menaruh galon air di sisi pintu kamar anaknya tersebut. Ghina hanya tinggal berdua bersama puteranya tersebut, sedangkan suaminya sudah meninggal saat bekerja sebagai seorang tukang bangunan.

Kenan yang malang! Bu Ghina pun kembali ke rutinitasnya, dia harus bekerja dengan memasarkan dagangan secara online. Dia menjual kue demi memenuhi kebutuhan keluarga, dia kini sebagai punggung keluarga.

Suatu hari, Ghina yakin bahwa puteranya akan kembali ceria. Seperti saat dia kecil. Ghina juga mengutuk mereka yang telah membully anaknya, hingga membuat Kenan bahkan tak lagi punya harga diri.

Di dalam kamar, untuk kesekian kalinya. Kenan hanya terpaku, duduk di depan laptopnya. Dia memainkan pena di atas kertas. Menggerakkan pena itu hendak menulis. Namun, dia gagal lagi untuk melakukannya.

Apa susahnya menuliskan sesuatu dan menaruhnya di depan pintu. Agar pesan itu dapat dibaca oleh Ibunya, pesan meminta maaf pada Ibunya. Karena, Kenan telah menjadi seorang anak yang tidak bisa diandalkan!

Semua ini gara-gara mereka! Mereka yang telah menghancurkan hidup Kenan.

Tiga tahun, Kenan mengalami masa sulit di sekolahnya. Dia selalu diganggu, dipukul di rampas uang sakunya. Kenan bahkan akan dipukul jika berani menolak mereka ketika disuruh dan dijadikan seperti seorang budak. Kenan mengalami kekerasan, dan Kenan hanya menahannya.

Kenan tidak mau melapor pada Ibunya. Dia takut Ibunya kecewa, dia ingin Ibunya tenang dan bahagia. Hingga akhirnya, saat hari wisuda. Kenan ditahan dan dilucuti pakaiannya hingga hanya mengenakan celana dalam. Dia dipermalukan karena sebelumnya dimasukkan ke dalam sebuah kotak dan ditunjukkan pada semua rekan sekelas mereka.

Hidup Kenan hancur, dia malu dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Di sana, di antara para siswa. Ada wanita yang dicintainya. Wanita itu adalah Luna. Dia melihat Kenan saat hanya memakai celana dalam dan dibungkus dalam kado besar. Semua rekannya sekelas menertawakannya.

Kenan merasa hidupnya hancur dan dia berlari. Sejak itu, dia tak mau keluar dari rumahnya. Dia bahkan sangat malu dan terus terpuruk dalam kesendirian di kamarnya. Kenan bahkan takut jika keluar rumah, dia akan bertemu dengan orang-orang yang telah jahat kepadanya selama ini.

Penyiksaan dan juga rasa malu. Semua bercampur jadi satu. Ketakutan yang berlebihan dan juga perasaan rendah diri. Dia sudah direndahkan serendah-rendahnya.

Kenan telah mengalami Agoraphobia, dimana dia mengalami rasa takut dan cemas yang berlebihan. Dia mengalami ketidakberdayaan dan juga terperangkap dalam sebuah kecemasan. Dia juga merasakan malu yang luar biasa.

Tangan Kenan bergetar lagi, dia hendak menulis sebuah kalimat. Dia hanya ingin menulis kalimat meminta maaf pada Ibunya. Hanya itu saja, tapi tangannya terus bergetar dan akhirnya dia tak bisa menuliskannya. Dia lalu terjebak dalam imajinasinya sendiri. Seolah, dia ingin pergi dari dunia ini.

Kenan tak sanggup lagi untuk menghadapi dunia ini. Dia selalu berharap menghilang dari dunia ini. Dia sudah hancur! Bahkan untuk keluar rumah pun dia sudah tak punya keberanian. Wanita yang dicintainya, Luna. Dia pasti ikut menertawakannya.

Sial! Sial! Sial!

Kenan menggoncang tangannya dan membuat kertas di mejanya berserakan jatuh. Dia memegang kepalanya. Rasanya sakit tiba-tiba. Kenan bangkit dan berjongkok di ujung kamarnya. Dia sempurna jatuh di bawah dan tak tahu lagi akan melakukan apa.

”Tuhan! Jika keadilanMu memang ada. Maka, pindahkan saja aku dari dunia ini! Biarkan aku hidup di suatu tempat. Dimana tidak ada yang mengenalku, Tuhan!”

Gigi-gigi Kenan nampak saling beradu, suara gemeretukan akibat gigi atas dan bawah Kenan saling beradu. Dia seolah mengalami kesumat yang berlebihan kembali. Kenan pun menundukkan kepalanya hingga menyentuh kedua lutuhnya.

Hidupnya benar-benar hancur dan kacau! Mengurung diri di kamar. Rambut Kenan bahkan tidak terurus dan panjang. Kenan hanya berharap dirinya bangkit dari keterpurukan ini, atau dia hancur dan menghilang dari dunia ini.

Rasanya ..., Kenan sudah tak tahan hidup di dunia ini lagi. Dia tak ingin menyusahkan ibunya lagi. Jika sudah tak kuat lagi berpikir, Kenan lebih memilih untuk tidur dan melupakan semua masalah ketakutan dan rasa malunya.

Saat tidur, itu adalah saat yang paling ditunggu oleh Kenan. Dia berharap mimpinya akan selal membuatnya bisa bahagia. Bermimpi memimpin sebuah kerajaan di dunia fantasi, menjadi seorang ahli bela diri di dunia yang lain. Teori multiverse adalah pendukungnya. Jika saja, ada seorang yang bisa menembus dimensi ini dan menjemputnya.

Maka, dia pasti akan sangat bahagia. Dia sudah terjebak dalam kehancuran. Untuk melangkah keluar dari kamar saja, rasanya sangat berat bagi Kenan.

JEGLEEERRR!

Suara halilintar tiba-tiba terdengar sangat keras.

Halilintar di siang yang terang? Kenan bahkan kaget dan hampir saja jatuh dari duduknya. Ketakutannya semakin menjadi saat mendengar suara keras yang menggelegar.

Mitos tentang halilintar dan dunia fantasi. Kenan sangat menyukai hal itu, konon Halilintar membawa kekuatan yang tersembunyi bagi mereka yang mampu bertahan saat tersambar halilintar. Tentu saja itu hanya mitos, meski begitu, Kenan menyukai cerita seperti itu.

Kenan pun memberanikan diri berdiri di dekat jendala sambil tetap memegang pulpennya. Dia mengendap ke arah jendela dan membuka Gorden. Perlahan dan dia melihat suasana panas menyengat.

Apakah aku bermimpi! Kata Kenan dalam hatinya. Halilintar?

SPLASH!

”Aaahhhhhh!” sebuah cahaya yang menyilaukan dari atas menimpa Kenan, rasanya terang dan bahkan sangat terang hingga mata Kenan sulit melihat. Namun, yang dirasakannya kini berbeda. Seperti angin yang sangat kencang dan sekejap kemudian berhenti begitu saja.

Mata Kenan membuka dan dia tiba-tiba saja berada di sebuah tempat terbuka.

Dimana aku? Apakah ini ..., dunia fantasi? Ataukah sebuah mimpi?

”Tuan Makhluk panggilan, tolong kami! Kalahkan Iblis Roksan untuk kami!” sebuah suara yang lembut menyadarkan lamunan Kenan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Queen Rachma
Hiyaaaaat... Si Tuan datang!...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Makhluk Panggilan Terkuat   45. Perjalanan Berlanjut

    Ha .. ha.. ha..Kenan tertawa lepas, Kenan kini sedang berbincang dengan Sadewa, Bos Mega Multi. Mereka berbincang di belakang panggung. Kenan langsung tertawa di belakang panggung setelah selesai memberikan pidato, atas terpilihnya mencari perwakilan perusahaan dalam mengelola seluruh CSR perusahaan.Sekretaris Sadewa tak habis pikir, kenapa sang Bos memilih pemuda itu. Pemuda itu bahkan tidak punya sopan santun pada bosnya, Sadewa. Mereka berdua terlihat akrab, dan Feri si Sekretaris tak habis pikir. Kapan mereka bertemu dan kapan mereka menjadi sangat akrab. Selama ini, sebelum bangun dari komanya, Bos Sadewa terkenal sangat tegas, disiplin dan tak peduli dengan orang lain kecuali hanya bisnis.Selama Sadewa Koma, seluruh perusahaan ditangani oleh Feri. Dia sangat setia pada Sadewa, meskipun begitu dia masih penasaran kenapa pemuda di depannya ini dipilih begitu saja tanpa ada proses seleksi sama sekali.Sadewa melihat keheranan sang sekretaris, dia membiarkan Kenan tertawa lalu men

  • Makhluk Panggilan Terkuat   44. Reuni Besar

    Kenan memasuki halaman rumahnya, dan dia melihat Ibunya duduk di depan rumahnya. Saat melihat Kenan, sang Ibu bangun dari duduknya dan berdiri. Tak lupa, senyuman Ibunya menyambut kedatangan Kenan.Keduanya tersenyum, semilir angin menerpa keduanya.”Kamu cukur rambut?””I ... Iya Ibu. Ibu ... Ibu sudah makan?”Ghina mengelus rambut Kenan, airmatanya hampir saja menetes. Namun, Ghina menahannya agar tidak jatuh.”Ibu belum makan, ibu menunggumu.”Kenan tahu, sejak Kenan pergi dan melawan monster dan iblis di dunia Aeera. Ibunya pasti tak beranjak dari tempat duduknya di depan rumah, menantikan Kenan.”Ayo makan bersama, Ibu.”Ghina mengangguk, keduanya tak pernah merasakan hal seperti itu sudah beberapa tahun lamanya. Ghina mampu menyimpan bahagianya itu dengan baik, dia tidak ingin membuat Kenan kehilangan saat-saat dirinya melawan ketidakberdayaannya. Ghina membiarkan Kenan mampu berdiri tegak dengan kemauannya sendiri.***”Kenan, ini ada surat dari temanmu. Ibu baru menyerahkannya

  • Makhluk Panggilan Terkuat   43. Pertarungan Akhir

    Helios kehilangan makhluk panggilan itu, pedangnya yang menyerang dengan energi terkuat tak bisa membunuh makhluk panggilan itu. Tiga serangannya gagal, makhluk panggilan itu kini melayang di udara dan pedang legendari itu melayang di depannya.Ledakan besar terjadi dan serangan energi pedang Helios bahkan mengenai banyak pasukannya yang berada di luar gerbang kerajaan Saranjana.Kenan menghembuskan napasnya perlahan, dia melayang mendekati Pedang Halilintar dan memegangnya. Setelah melakukan distorsi waktu dan mengembalikan hingga saat ini, Pedang Halilintar sudah mengorbankan energi dan jiwanya. Pedang Halilintar sudah mencapai batasnya, sekarang giliran Kenan yang harus berjuang.”Tuan Pedang, apakah kamu mendengarku?”Tak ada sahutan. Kenan tahu sekarang, jiwa Tuan Pedang hilang dan hanya tersisa Pedang Halilintar saja.”Hei, Helios! Aku sudah selamat dari tiga seranganmu, lepaskan Aeera sekarang!” teriak Kenan dan mengarahkan ujung pedang pada Helios.Mata Helios membesar, dia mar

  • Makhluk Panggilan Terkuat   42. Aku Kembali, Aeera!

    WOOOONGGGG!JEGLAAARRR!Aku datang Aeera! Aku datang!Slap!Dimana ini? Kenan melihat sesuatu yang berbeda, dia menoleh ke semua sisi. Dan, dia hanya melihat kehancuran. Tak ada apapun kecuali kehancuran dan ledakan tanah dimana-mana. Namun, ada beberapa sisa puing dari sebuah kerajaan.Kenan mencoba mencerna apa yang terjadi, bau busuk kematian ada di semua tempat dan tempat itu terbakar habis oleh ledakan yang dahsyat. Dan ... Kenan gemetaran, karena dia merasakan bahwa tempat itu sangat familiar yang merupakan kerajaan Saranjana. Kerajaan yang ditinggalkannya tiga jam yang lalu.Tidak mungkin!Bruk!Kenan terduduk, lemah dan tak bisa berpikir jernih.Kemana semua orang? Apakah dia sudah terlambat? Tidak mungkin!Kenan mengumpulkan energi, meskipun kini dia bukan makhluk panggilan Aeera. Namun, Kenan yakin bisa terbang.SYUUTTT!Benar, Kenan melayang di udara dan semakin tinggi, melihat radius kehancuran yang begitu dahsyat sampai ke semua penjuru. Mata memandang setiap penjuru, dan

  • Makhluk Panggilan Terkuat   41. Aku Datang, Aeera!

    ”Ibu ... aku harus pergi. Aku tidak tahu apakah aku bisa kembali ke rumah, tapi seseorang membutuhkan bantuanku. Jika aku tidak datang, maka aku akan menjadi seorang pengecut selamanya. Aku tidak bisa mengatakan detailnya, tapi ... ””Pergilah ... kamu sudah besar dan tahu apa yang harus kamu lakukan.” Ghina memutus penjelasan Kenan. Ghina tahu Kenan punya rahasianya dan dia hanya ingin meyakinkan ibunya untuk meminta izin pergi.Ghina tersenyum pada puteranya, ”Jika urusanmu sudah selesai, pulanglah ke rumah.”Airmata Kenan tak lagi bisa disembunyikan, meleleh begitu saja. Kenan memeluk ibunya sekali lagi, keduanya hanyut dalam perasaan haru. Sudah setengah jam Kenan tak bisa menahan airmatanya bersama Ibunya.Namun, dia harus datang ke peperangan terakhir. Pedang Halilintar memberinya waktu tidak lebih dari tiga jam, dan tentu saja, Aeera sedang menunggunya.”Aku pergi ibu.”Kenan melepaskan pelukan Ibunya, dia mencium tangan Ibunya dan keluar dari pintu rumahnya. Lima langkah dari p

  • Makhluk Panggilan Terkuat   40. Waktumu Tidak Banyak

    Saat Aeera menghancurkan manik-manik ikatan sihirnya dengan makhluk panggilannya. Saat itu, waktu terdistorsi sejenak. Kenan melihat siluet lelaki berbentuk hologram terbias dari Pedang Halilintar. Sosok itu, manusia!”Kenan, aku juga manusia. Aku tak bisa berbuat lebih dari kemampuanku, kini ikatanmu dengan gadis penyihir itu berakhir. Kamu akan kembali ke duniamu dan tak akan bisa kembali lagi ke dunia ini. Aku juga punya pilihan, untuk tetap di sini, atau kembali ke kehidupanku sebelumnya.””Tuan Pedang, kumohon padamu. Jangan pergi, tolonglah Aeera dan semua orang di dunia ini. Demi aku, jika aku tak bisa kembali, tolong jaga Aeera. Aku akan melakukan apa pun untuk menebusnya. Tolonglah aku, Tuan Pedang.”Kenan gemetar, matanya sembab, bulir air menetes. Ketidakberdayaan yang menimpa dirinya, berlagak sebagai makhluk panggilan terkuat! Sungguh ironi! Dia hanya seorang manusia yang tak memiliki daya dan upaya sama sekali. Kini, dia menyadari kelemahannya.”Aku mohon Tuan Pedang ...!

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status