Home / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 176. Berdiri Di Atas Pondasi Yang Saling Melindungi

Share

176. Berdiri Di Atas Pondasi Yang Saling Melindungi

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-06-06 22:37:10
Tak ada kata yang keluar dari bibir kedua orang tua Leah. Mereka terpancang berdiri di sana. Barangkali menyadari sebesar apa pesona Evan Lee saat berbicara tetapi hanya diam saja selama ini sebagai sebuah bentuk penghormatan.

Di belakang punggung Evan, gadis itu menangis. Seolah apa yang sedang dikatakan oleh Evan itu adalah apa yang dirasakan olehnya selama ini.

“Saya tidak masalah dihina,” ucap Evan kembali. “Saya memang terbiasa dihina dan direndahkan sejak dulu. Tapi tolong jangan menyakiti Leah.”

Masih tak ada suara dari beliau berdua, tetapi karena Leah menarik pakaian pasien yang ada di punggung Evan seakan mengisyaratkan agar mereka segera pergi dari hadapan orang tuanya, Evan pun mempersingkat pertemuan itu dengan segera.

“Maaf, saya tidak bermaksud lancang, tapi setelah ini ... tolong izinkan saya saja yang menjaga Leah dan mendampinginya selama sisa usia. Terima kasih.”

Evan masih dengan sopan menundukkan kepalanya.

Lalu ia menoleh ke belakang, menarik Leah dan mengam
Almiftiafay

akak semua... terima kasih sudah mengikuti rangkaian update ugal-ugalan Othor yah... ini bab terakhir malam ini. selamat malam, selamat tidur 💤😴 sampai jumpa besok lagi, luv yaaa ~~

| 22
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
julia mau mastiin ya klo liora ada di rumah sakit. mau buat rencana apa lagi dia
goodnovel comment avatar
Yuli Ani
Thor singkirkan Julia bikin drama bahagia aja Thor...
goodnovel comment avatar
Eva
Ngapain ini Julia ke Rumah Sakit? Mau memastikan sendiri kalau Liora masih hidup? Tapi sepertinya hidup Julia akan segera berakhir dinpenjara
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    293. Jangan Mendatanginya Lagi!

    ....Leah mengetahui dari Evan bahwa kedua orang tuanya datang ke Evermore tadi pagi untuk menemuinya.Mereka jelas ingin bicara dengan Evan, meminta maaf—dengan tidak tulus—untuk melindungi diri mereka sendiri sebelum publik kembali menggali kejahatan yang mereka lakukan puluhan tahun silam lalu menjadikannya bahan hujatan.Secara kasar, Tuan James dan Nyonya Emma ingin satu hal, reputasi mereka terlindungi.Leah benar-benar malu.Ia malu pada Evan yang senantiasa diam dan menahan segala kebencian itu di dalam hatinya. Padahal jika mau, atau jika yang memikul rasa sakit ini adalah orang lain selain dirinya... mereka pasti bisa mempermalukan orang tuanya sejak bertandang ke Evermore.Tapi prianya itu memilih tidak bersikap seperti itu. Yang menunjukkan seberapa tinggi kualitasnya, yang jauh berbeda dengan ayah dan ibunya.Di jam istirahat makan siang ini, Leah baru saja keluar dari sedan miliknya yang ia berhentikan di depan kantor firma hukum milik ayah dan ibunya.Leah memang tidak

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    292. Cakaran Nona Di Leher Tuan

    ‘Pantas saja rasanya perih,’ batin Kayden, telapaknya kembali meraba bagian belakang lehernya sebelum ia memandang pada Evan yang tatapannya menyelidik.“Apa?!” tanya Kayden kala seringai Evan muncul teramat jelas.“Sepertinya saya tahu siapa yang mencakarnya.”“Jangan sok tahu!” Kayden mengatakannya sembari memutar tubuhnya dan gegas memasuki ruang kerjanya.Kayden tahu bekas ‘cakaran’ yang dikatakan oleh Evan itu adalah kuku-kuku Liora yang tadi malam menusuk lapisan terluar kulitnya saat ia mendapatkan kenikmatan batin sewaktu mereka bercinta.Ingatan tentang semalam yang terasa sangat manis di sofa ruang ganti seperti membayanginya kembali. Suara erangan Liora terngiang di indera pendengarnya, manis dan sensual.'Ah ... hmmh ....'Seperti tak akan bosan didengar oleh Kayden.Ia sangat suka saat melihat pipi merona Liora setiap kali istrinya itu menuju klimaks. Ia terlihat cantik saat menggigit bibir atau memanggil Kayden.Biasanya tidak meninggalkan bekas seperti ini. Tapi mungkin

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    291. Penipu Ulung Menunjukkan Keberadaannya

    .... Lebih dari pukul delapan pagi saat Evan yang mengemudikan sedan mewah milik Kayden melihat tuannya itu mengakhiri sebuah panggilan. "Rowan baru saja bilang padaku kalau ada sepertinya dia sudah menemukan di mana keberadaan penipu ayah dan ibumu, Evan," kata Kayden yang duduk di kursi penumpang bagian belakang. Mata mereka bersirobok selama beberapa detik di kaca spion sebelum Evan bertanya, "Di mana dia, Tuan Kayden?" "Sedang dekat dengan salah satu pemilik tempat golf yang rencananya akan membuka resort di West Seattle," jawabnya. "Aku rasa kamu tahu siapa pemilik tempat golf yang terkenal di kota ini." Evan mengangguk, membenarkannya. "Watson Lim, maksud Anda?" "Ya." "Selama ini kabar menyebar di antara para pebisnis kalau dia banyak menjebak para pejabat untuk main golf di tempatnya dan bermalam dengan wanita-wanita suruhannya, Watson mengancam akan menyebarkan video mereka kalau mereka tidak mau memberi uang atau izin pendirian bangunan," tutur Evan. "Jadi para pejabat

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    290. Mau Bayi Lagi (Nanti)

    Kayden duduk dengan punggung yang terasa tegang di samping Liora. Matanya yang beriris gelap tampak berbinar diterpa cahaya lampu yang menerangi ruang ganti. Telunjuknya yang semula tampak kaku seperti sebatang kayu perlahan turun, menjauh dari pipi dan rahang Liora yang tengah diobatinya. Melihat ekspresinya yang lucu membuat Liora bertanya, "Kenapa, Dad?" "Tiba-tiba saja?" Kayden menutup lebih dulu jar berisi salep yang ia bawa, meletakkannya di atas meja sebelum kembali memandang Liora. "Kenapa memangnya? Bukankah kamu sudah biasa aku cium seperti itu?" Bukannya berhenti, Liora meraih wajah Kayden dengan kedua tangannya. Ia kembali mendekat, mendaratkan kecupan di bibirnya, sekali lagi. Sepasang netra Kayden yang masih terlihat kebingungan ikut terpejam seperti yang Liora lakukan. Akhirnya ia membalas ciuman manis itu dengan lumatan yang lembut. Ia merengkuh pinggang Liora, menariknya lebih dekat sehingga gadisnya itu berpindah ke pangkuannya. "Memang sudah biasa berciuman

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    289. I Love You More ♡

    Di dalam rumah besar Kayden, setelah perjamuan makan malam itu usai, Nyonya Rose pulang dengan diantar oleh sopir Kayden. Awalnya, beliau bertanya-tanya mengapa Adrian meninggalkannya dengan pulang terlebih dahulu. Tapi dengan satu jawaban ‘Aku yang mengusirnya’ yang dikatakan oleh Kayden, Nyonya Rose berhenti memprotes. Saat semua orang sudah membubarkan diri dan Liora masuk ke dalam kamarnya lebih dulu, ia rasanya sedikit ... trauma sewaktu berganti pakaian. Ia berulang kali memastikan bahwa pria yang tengah berada di dalam satu ruang ganti bersamanya itu benarlah Kayden, prianya yang peka dan tahu tentang dirinya bahkan sebelum Liora bicara. “Duduk, Sayang,” pinta Kayden saat Liora berdiri di depan lemari pakaian, hendak memilih gaun tidurnya setelah kembali dari kamar mandi. “Aku masih mau ambil baju,” jawabnya. “Aku tahu. Duduklah, biar aku yang ambilkan. Kamu lelah, ‘kan?” Liora hanya mengangguk samar. Ia menarik mundur kakinya dan memutuskan untuk duduk di sofa. Membiark

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    288. Bermalam Dengan Penari Tiang

    Adrian membawa gadis itu meninggalkan The Quiet Flame setelah ia membayar lebih pada pengelola tempat agar ia bisa lebih cepat pergi dari sana. Namanya Cherry, nama yang terdengar manis dan lugu jika dibandingkan dengan penampilannya beberapa saat yang lalu di atas meja bar. Di sebuah hotel yang tidak jauh dari klub malam tersebut, mereka masuk. Adrian sempat membawanya menepi untuk membelikannya sebuah gaun berwarna biru gelap seperti yang tadi dikenakan oleh Liora. Di dalam kamar yang mereka pesan, Cherry melemparkan tasnya ke atas meja. Ia melingkarkan kedua tangannya ke leher Adrian sembari berbisik penuh godaan. “Mana pernah terpikir kalau aku akan bermalam dengan si tampan Adrian Davis,” ucapnya. Cherry berjinjit, mengimbangi tinggi Adrian dan menggapai bibirnya. Lebih agresif dari kebiasaan para pria. Ciuman mereka berubah dari kecupan menjadi panas. Bibir mereka saling memagut, saling menuntut. Meski tubuh Adrian masih merasakan nyeri pada beberapa titik, hasratnya yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status