THIS IS MOMMY 🔥🔥🔥🔥 halooo akak semuanya... apa kabar? setelah beberapa hari Thor update ugal-ugalan, Thor akan lebih slow ya .... hehehe. terima kasih sudah membaca 🤭 love love 💕💕
Lorong kembali senyap, isak tangis lirih Julia terdengar sebelum kakinya yang ditopang oleh kitten heels itu melangkah menjauh.Semakin lama menjadi samar, dan lenyap tak lagi terdengar.Evan dan Mark menjauh dari Liora, sedang Kayden menoleh ke arahnya. Iris gelapnya memindai secara cepat, seolah memastikan apakah Liora baik-baik saja.“Jangan berkelahi lain kali, biar aku saja,” ucap Kayden dengan lembut, jauh berbeda dari yang ia lakukan pada Julia.“Maaf.”“Kamu tidak bersalah,” jawabnya. “Dia melakukan apa padamu?” tanya Kayden, meraih tangannya dengan wajah yang penuh kekhawatiran.“Tidak ada,” jawab Liora. “Aku yang menamparnya.”Helaan napasnya terlihat lega, “Kita pulang sekarang, Pak Royan dan Bu Jessie sudah ada di kamarmu sekarang.”Liora mengangguk, ia berjalan lebih dulu dengan didampingi oleh Mark sementara Kayden masih tertinggal di sana dengan Evan.Liora tak tahu apa yang ia lakukan. Tetapi saat sekilas menoleh ke belakang sebelum berbelok di tikungan tadi, Liora me
“Kenapa kamu menamparku, wanita sialan!” jerit Julia sekeras-kerasnya setelah tamparan kedua dari Liora terjadi.“Apa kamu belatung?” tanya Liora balik. “Menggerogoti luka orang lain dan bersenang-senang atas sesuatu yang sudah mati?!”Julia menggeram, ekspresinya yang mengeras seperti gadis itu akan melakukan apapun agar Liora hancur di depan matanya.“Liora—““Tunjukkan seperti apa aslimu, Julia!” tantang Liora, sepasang maniknya mengarah lurus pada Julia yang meraba wajah sebelah kirinya.Samar Liora bisa melihat kemerahan di kulitnya, benturan antara telapak tangan Liora yang dilayangkan sekuat tenaga ke sana. Sekali pun ia meringis kesakitan, Liora tidak peduli dengan itu.Tamparan itu masih tidak sebanding dengan yang terjadi pada Ibunya, pada Nyonya Marry yang tewas mengenaskan atas keinginan Julia.“Kamu yang sudah menunjukkan wajah aslimu!” balas Julia lebih lantang. “Kamu—lihat!” tunjuknya pada Liora. “Kamu bersikap manis selama ini di depan semua orang, menunjukkan wajah p
Liora tergemap untuk beberapa saat. Ia hanya berdiri di sana saat Julia mengayunkan kakinya untuk mendekat.Sudut mata gadis itu mengarah ke jendela NICU, seakan ingin melihat apa yang baru saja Liora saksikan di dalam sana.Dan itu membuat Liora sedikit-banyak memiliki ketakutan.Berhadapan dengannya yang dengan dinginnya bisa mengatur rencana menghabisi nyawa ibunya, bukankah ia juga bisa saja melakukan hal yang sama pada bayi-bayinya?Dan bukankah untuk alasan itu Liora menghilang dari peredaran? Agar keberadaannya tak diketahui oleh siapapun demi menjaga buah hatinya?Tapi, sosok yang dihindarinya itu malah berdiri di hadapannya sekarang. Membawa langkahnya yang menyertakan kegelapan dan kesumat untuk mendekat.Benar ternyata ... seseorang tak mungkin selamanya menghindar. Cepat atau lambat, mereka akan berhadapan dengan rasa takut mereka, dalam keadaan siap maupun tidak.“Kita bertemu lagi, Nona Liora,” ujar Julia setelah gadis itu berhenti dari langkahnya.Liora enggan menjawab,
Tak ada kata yang keluar dari bibir kedua orang tua Leah. Mereka terpancang berdiri di sana. Barangkali menyadari sebesar apa pesona Evan Lee saat berbicara tetapi hanya diam saja selama ini sebagai sebuah bentuk penghormatan.Di belakang punggung Evan, gadis itu menangis. Seolah apa yang sedang dikatakan oleh Evan itu adalah apa yang dirasakan olehnya selama ini.“Saya tidak masalah dihina,” ucap Evan kembali. “Saya memang terbiasa dihina dan direndahkan sejak dulu. Tapi tolong jangan menyakiti Leah.”Masih tak ada suara dari beliau berdua, tetapi karena Leah menarik pakaian pasien yang ada di punggung Evan seakan mengisyaratkan agar mereka segera pergi dari hadapan orang tuanya, Evan pun mempersingkat pertemuan itu dengan segera.“Maaf, saya tidak bermaksud lancang, tapi setelah ini ... tolong izinkan saya saja yang menjaga Leah dan mendampinginya selama sisa usia. Terima kasih.”Evan masih dengan sopan menundukkan kepalanya.Lalu ia menoleh ke belakang, menarik Leah dan mengambil j
Beberapa saat sebelum Liora melihat Evan dan Leah di lorong rumah sakit ........Di dalam kamar rawatnya, Evan bisa melihat Leah yang mengeluarkan beberapa kotak makanan, yang ditatanya dengan rapi di atas meja saat mereka duduk berdampingan di sofa.“Kenapa banyak sekali?” tanya Evan, memandang makanan yang dibawakan oleh kekasihnya itu kemudian memandang pada si pemilik wajah cantik yang tersenyum kala menjawab, “Tidak apa-apa, aku beli di temanku yang menjualnya, karena harganya murah jadi aku membeli banyak. Biar kamu tidak bosan dengan makanan rumah sakit.”“Terima kasih,” balas Evan. “Aku baru makan, boleh aku simpan dulu dan aku makan nanti, ‘kan?”Leah mengangguk, “Boleh saja ... habiskan nanti hm?”“Iya. Tapi sepertinya besok kamu tidak perlu lagi melakukan ini, Leah.”“Kenapa?”“Kalau hasil pemeriksaan cederaku sudah memiliki nilai pulih di atas delapan puluh persen, aku sudah diperbolehkan pulang,” jawab Evan.“Ah ... bukankah itu sangat melegakan? Artinya kamu bisa tidur
Untuk sesaat Julia duduk membeku di tempatnya. Ia memandang Adrian yang seringainya masih tercetak dengan jelas di sudut bibirnya yang kembali ia basahi dengan cocktail pesanannya.“Tidak mungkin!” kata Julia seagai sebuah bantahan. “Mana mungkin Liora sudah melahirkan?”Ia menolak kenyataan bahwa Kayden Baldwin telah memiliki hidupnya yang sempurna, memiliki keluarga yang ia damba yang diberikan oleh jalang bernama Liora Serenity.“Memangnya kamu tahu dia hamil sejak kapan?” balas Adrian lalu terkekeh. “Lagi pula ... ada banyak kelahiran prematur di dunia ini, Julia. Jangan bilang kamu tidak tahu.”Adrian mengejeknya, harusnya ia marah pada pemuda di sebelahnya ini. Tapi anehnya ... ia malah marah pada Liora.Liora ... Liora!Tidak bisakah gadis itu mati mendadak sehingga namanya tidak akan menyakiti telinganya lagi?Saat Julia berpikir gadis itu telah mati, rupanya ia masih hidup, melahirkan anak, dan menemani Kayden?Adrian benar, kurang kalah telak apa ia sekarang ini?!Bukankah h