Beranda / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 35. Perjumpaan Dengan Pria Tampan

Share

35. Perjumpaan Dengan Pria Tampan

Penulis: Almiftiafay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-13 13:54:15
“Iya ini aku Leo. Lama tidak bertemu, Liora,” ucap pemuda itu saat Liora masih bergeming dan meremas coffee cup miliknya. “Bagaimana kabarmu?”

Baru setelah tanya itu terdengar, Liora sadar. Ia membalas senyum pemuda itu.

Seorang pria yang sangat ia kenal dengan baik, Leo Nathan Henley.

Dulu, Leo adalah kakak kelas Liora semasa di Sekolah Menengah Atas hingga kuliah.

Ia, Freya dan Leo dulu bersahabat sebelum karir pemuda itu yang paling melejit sebagai seorang celebrity chef. Di bawah naungan satu agensi yang sama, di Evermore.

Sekitar dua tahun belakangan Leo berkegiatan di luar negeri sembari melanjutkan study-nya.

“B-baik,” jawab Liora akhirnya, mengikuti pandang ke mana Leo beranjak, duduk di sampingnya dengan membawa satu cup berisikan kopi seperti dirinya.

“Senang bisa melihatmu lagi, Liora.”

“Sejak kapan kamu pulang?”

“Kemarin,” jawabnya. “Padahal aku masih berpikir bagaimana caranya aku bisa menemuimu, Liora. Tapi rasanya takdir sangat baik dengan membuat kita
Almiftiafay

ini bab ke 3 ya, terima kasih sudah membaca, jangan lupa like vote share juga biar semua bisa membaca 🤗❤️🔥

| 23
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
mending sama leo lah gak kayak kayden mirip singa lagi pms. gak suka langsung marah2 sama liora. cemburu bilang mazseh
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
knp aq yg sakit ulu hati ya melihat kedekatan Liora sma Leo,ada sesuatu yg entah apa itu tapi menyakitkan
goodnovel comment avatar
Eva
Cemburu ya Tuan Kayden? Makanya jangan jahat-jahat sama Liora. Jangan sampai menyesal nanti Liora deket deket Leo
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    257. Pria Yang Memikul Beban Tanpa Pernah Bercerita

    Kepala Kayden terangkat dengan cepat. Iris kelamnya menerpa Evan yang masih menunduk dengan menyembunyikan kedua tangannya yang terkepal erat di belakang tubuhnya.“Apa ini?” tanya Kayden, tenang.Tetapi Evan tahu itu mengandung riak kebingungan—atau bahkan ... kemarahan.“Surat pengunduran diri saya, Tuan Kayden,” jawabnya.“Aku bisa membacanya. Maksudku—“ Kayden mendorong napasnya saat Evan akhirnya mengangkat wajah dan manik mereka saling bertemu. “Maksudku—apa yang sedang kamu lakukan ini?” lanjutnya. “Apa ini hari ulang tahunku sehingga kamu membat sebuah candaan yang tidak masuk akal?”“Itu ... bukan candaan.” Evan menunjukkan senyumnya yang getir, yang membuat Kayden sekali lagi harus mendorong napasnya.“Saya memang ingin mengundurkan diri.”“Sesuatu yang membuatmu tidak baik-baik saja dan sedang kamu pikirkan itu adalah ini?”“Iya.”“Dan keputusanmu adalah pergi dariku?”Evan mengangguk lemah, “Maafkan saya, Tuan Kayden.”“Kenapa?” tanya Kayden. “Apa ada hal yang aku lakukan

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    256. The Tables Have Turned!

    “Kenapa saya harus ditangkap?!” tanya Irina, nada bicaranya membumbung tinggi.Ia mengangkat dagunya, menantang.“Hasil autopsi dengan jelas mengatakan kalau Ibu saya jatuh dari tangga, saya tidak membunuhnya.”Setelah mengatakan itu, polisi yang mengulurkan kertas di hadapannya itu menarik tangannya dan menurunkannya dengan cepat.Kedua bahunya jatuh, bersamaan dengan petugas polisi lain yang ada di belakangnya, yang saling membisikkan sesuatu yang Julia tak bisa mendengarnya dengan jelas.“Kami datang untuk menangkap Anda karena Anda diduga terlibat dalam perencanaan pembunuhan terhadap Nona Liora Serenity dengan menenggelamkannya di danau, menyewa preman bayaran, dan tindak pelecehan,” terang polisi tersebut.Saat itulah Julia menyadari bahwa dirinya telah melakukan sebuah kesalahan besar.Mungkin karena ia baru saja memikirkan sang Ibu dan tanpa sadar merasa bersalah sehingga mulutnya tidak bisa bekerja sama dengan menyinggung perihal kematian Nyonya Lin.“Mendengar Anda mendadak

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    255. Pembalasan Baru Dimulai

    “Apa yang kalian lakukan?!” seru sebuah suara yang didengar oleh Julia saat ia berpikir dirinya akan mati kedinginan di dalam sini.Ia yakin itu adalah suara penjaga penjara yang tak menjumpai dirinya.Barangkali ... mereka mendengar keributan yang terjadi di dalam sel ini—atau sekadar kebetulan berkeliling dan melihat Julia lenyap dari dalam ruangan.Pertolongan datang.Meski tubuhnya menggigil dan setiap sendi yang menghubungkan tulangnya seperti akan hancur, Julia berusaha menunjukkan keberadaannya di dalam kamar mandi ini.Ia menguraikan tangannya yang semula menyilang di depan dada untuk meredam gigil. Ia pukul pintu lembab di hadapannya itu dan berteriak dengan tenaganya yang tersisa.“TOLONG ....”Apakah ini akan berhasil?Julia hanya menggantungkan harapan agar selamat dari para wanita itu.Suara kunci yang saling bersenggolan dan derit engsel pintu penjara membuatnya sedikit lega.Langkah beberapa orang terdengar mendekat dan pintu kamar mandi terbuka.Matanya sembab, kilatan

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    254. Diperlakukan Seperti Binatang

    Julia tidak sempat memberikan perlawanan. Kedua tangannya lebih dulu ditarik dari tempat ia duduk yang semula ada di dekat jeruji besi. Sekalipun Julia memberontak, ia tak akan dilepaskan begitu saja. Sebagai ‘penghuni’ yang terakhir masuk ke dalam sini, ia adalah yang paling lemah. Bagi mereka, dirinya wajib menghormati orang lama. Tiga wanita yang Julia tak tahu siapa namanya selain menandai mereka dari rambut saja. Si pirang, si ikal dan si rambut pendek yang memperlakukan mereka seperti bintang. Julia kerap diminta untuk memijit kaki mereka, membersihkan kamar mandi kotor yang ada di dalam sel itu, atau mendapat jatah makanan yang paling sedikit. Dan penyiksaan seperti ini bukan yang pertama kalinya ia alami. Lengan dan sebagian tubuhnya telah memiliki lebam yang kebiruan akibat terlalu sering dipukuli. Seperti ini ... saat dirinya tak memiliki cukup kekuatan untuk melawan. Julia didorong hingga punggungnya membentur dinding. Bunyi berdebum terdengar sangat keras. “Akh!”

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    253. Karma Selalu Terdengar Mengerikan

    "I-ibunya ... Irina?" Liora hampir tak percaya saat mengatakan itu. Tuan Owen mengangguk, membenarkannya. "Iya, Liora." "Aku belum melihat beritanya, Pa. Kenapa Ibunya Irina mendadak meninggal? Terakhir kali saat kami bertemu beliau masih dalam keadaan sehat." "Kamu benar," tanggap Tuan Owen. "Dia tidak meninggal karena sakit. Kabar menyebutkan bahwa dugaan sementara dia jatuh dari tangga dan mengalami patah tulang pinggul dan leher." Liora menutup mulutnya dengan sebelah tangan, karena jika tidak ... ia benar-benar bisa ternganga akibat terlampau terkejut. "Tadi Papa membaca, pembantu yang pertama kali menemukannya, tapi dia sudah meninggal," imbuh Tuan Owen yang justru membuat Liora semakin tak percaya. "Aku bukannya senang, tapi ... Ibunya Irina itu mungkin juga kesepian di penghujung hidupnya karena tidak ada seorangpun yang tahu beliau sedang meregang nyawa," ucap Liora setelah menurunkan tangannya. "Biarlah, Liora." Tuan Owen berjalan dengan bantuan elbow crutch di tanga

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    252. ‘Something’ In The Morning

    "A-aku belum mandi." Liora memalingkan wajahnya saat Kayden hampir kembali mempertemukan bibir mereka. "Bohong." "Aku memang belum mandi, aku hanya cuci muka dan akan mengirim pesan padamu karena kamu tidak pulang-pulang," terang Liora. "Tapi kenapa kamu sangat wangi, Princess?" bisik Kayden. "Aku sungguh tidak mau." Liora mendorong Kayden agar menjauh, dada prianya yang bidang itu seperti akan menguncinya di manapun tempat. Dari sudut mata Kayden yang dijumpai oleh Liora, pandangan prianya itu mengarah pada pintu kamar mandi. Yang bisa ia pastikan dengan jelas bahwa Kayden ingin melakukannya di sana. "Tidak menolak?" goda Kayden, tatapannya menelisik Liora. Meski ia menuruti gadisnya untuk menjauhkan diri dan melepas pelukan di pinggang kecil nan seksi itu, tapi sepasang matanya yang sensual tak berhenti. "Sungguh tidak mau," balas Liora. Ia mendengus, sengit menatap Kayden. "Apa tidak ada yang kamu pikirkan selain itu, Tuan Kayden Baldwin?!" Kayden memiringkan kepalanya,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status