Home / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 5. Bukan Pertemuan Yang Diinginkan

Share

5. Bukan Pertemuan Yang Diinginkan

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-03-12 18:12:36

‘K-kenapa Kayden yang duduk di sana?’ batin Liora penuh rasa terkejut.

Sebab seharusnya yang ada di kursi Presdir itu adalah Kakeknya Adrian, yang meski tak bisa dipungkiri beliau adalah ayahnya Kayden, Tuan Owen.

Meski Kayden terlihat sangat mempesona dan cocok duduk di balik meja Presdir, tapi bukan pertemuan seperti ini yang Liora inginkan.

Sekarang ia tahu dari mana wangi tak asing yang baru saja dihidunya itu. Dari tubuh Kayden, wangi bergamot pria itu.

‘Bagaimana aku harus menghadapinya sekarang?’ gumamnya dalam hati, resah.

Liora sejenak berdiri membeku di dekat pintu masuk, benaknya meminta agar sebaiknya ia mundur saja dan pergi dari sini. Tetapi sebelum sempat ia merencanakan hal itu lebih jauh, suara Kayden terdengar membalas sapaannya.

“Selamat pagi, silakan duduk,” katanya. “Bukankah kamu ingin bertemu dan bicara denganku?”

Liora memandang Freya yang mengisyaratkan agar ia duduk berseberangan meja dengan Kayden. Langkah kakinya yang semula percaya diri kini mendadak kebas.

Apalagi saat ia baru duduk, ia mendengar Kayden berbicara pada Freya, meminta agar manajernya itu menunggunya di luar.

“Tolong tunggu kami di luar saja.”

“Baik, Tuan,” jawab Freya kemudian menundukkan kepalanya dengan sopan pada Kayden sebelum gadis itu pergi meninggalkan ruangan.

Mengabaikan isyarat mata Liora agar sebaiknya ia tetap berada di dalam.  Menyisakan dirinya serta Kayden yang sepasang iris gelapnya membuatnya merasakan ruang geraknya menjadi terbatas.

Pria itu seolah mengurungnya dalam sekat-sekat tak kasat mata, membuat dadanya bergemuruh sehingga ia harus menunduk, merasakan ruangan yang terperangkap hening hingga bariton Kayden kembali singgah di indera pendengarnya.

“Kebetulan kamu ingin bicara denganku, ada beberapa hal yang memang ingin aku sampaikan,” kata pria itu, datar dan hampir terdengar enggan tetapi cukup untuk membuat Liora gugup. “Apa benar skandal yang terjadi sejak semalam itu perbuatanmu?”

Liora perlahan mengangkat wajahnya sehingga manik mereka bertemu. “S-saya hanya ingin semua orang tahu bahwa Adrian itu tidak sebaik yang terlihat di depan kamera,” jawab Liora, mengendalikan suaranya agar tidak gemetar.

“Tapi bukan seperti itu caranya seorang pekerja seni bersikap, Liora. Itu sangat tidak profesional,” tegurnya. “Jika memang kamu memiliki masalah dengan Adrian, kamu harusnya menyelesaikannya sendiri dengannya tanpa harus membuat sesuatu yang menimbulkan skandal besar seperti ini.”

Liora terdiam, ia kembali menunduk dan meremas jari-jarinya yang ada di atas paha.

Dalam hati ia sangat menyesal mengapa tadi memiliki niat untuk mengadu pada Presdir. Jika tahu pria yang akan dihadapinya adalah Kayden, Liora tak akan berpikiran bertatap muka dengan pria itu lagi.

“Apakah kamu berlari padaku semalam karena tahu aku adalah Presdir baru di Evermore?” tanya Kayden, membuat wajah tertunduk Liora kembali terangkat.

“Tidak,” jawabnya sebagai sangkalan. “Saya berlari pada Anda semalam karena saya dikejar-kejar oleh preman bayarannya Adrian, bukankah Anda juga melihat para pria itu?”

Kayden mendorong napasnya dengan enggan sebelum ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Aku tidak ingin mendengar ada skandal lagi besok,” katanya dengan tegas. “Agensi tidak ingin mengalami kerugian, jadi sebaiknya kamu meminta maaf pada Adrian atas skandal itu dan mengatakan pada semua orang bahwa kamu menyesal atas kegaduhan yang kamu buat.”

Tanpa hati! Sosoknya sangat jauh berbeda dengan Tuan Owen yang dikenal oleh Liora selalu mengayomi. Kayden adalah pria yang kejam dan terkesan tidak bisa dibantah.

“Saya tidak mau,” jawab Liora akhirnya. “Saya tidak bersalah dalam hal ini dan memang Adrian berselingkuh. Jadi kenapa saya yang harus meminta maaf?”

“Apa kamu masih belum mengerti situasinya?” tanya pria itu, rahangnya yang tegas mengetat sementara matanya mengarah lurus pada Liora, mengintimidasi.

“Sebaiknya kamu sadar!” ucapnya kembali. “Adrian jauh lebih berpengaruh di sini ketimbang dirimu. Agensi tidak akan menyesal kehilangan kamu, tapi kami akan rugi besar jika kehilangan Adrian!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Vaizaholshop
yaaahhh aQ kira kayden bakalan ngebela liora
goodnovel comment avatar
Meji Juliana
pajvakgk agama
goodnovel comment avatar
Meji Juliana
Rua baphaka gak GK agpahak?...️...️......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    257. Pria Yang Memikul Beban Tanpa Pernah Bercerita

    Kepala Kayden terangkat dengan cepat. Iris kelamnya menerpa Evan yang masih menunduk dengan menyembunyikan kedua tangannya yang terkepal erat di belakang tubuhnya.“Apa ini?” tanya Kayden, tenang.Tetapi Evan tahu itu mengandung riak kebingungan—atau bahkan ... kemarahan.“Surat pengunduran diri saya, Tuan Kayden,” jawabnya.“Aku bisa membacanya. Maksudku—“ Kayden mendorong napasnya saat Evan akhirnya mengangkat wajah dan manik mereka saling bertemu. “Maksudku—apa yang sedang kamu lakukan ini?” lanjutnya. “Apa ini hari ulang tahunku sehingga kamu membat sebuah candaan yang tidak masuk akal?”“Itu ... bukan candaan.” Evan menunjukkan senyumnya yang getir, yang membuat Kayden sekali lagi harus mendorong napasnya.“Saya memang ingin mengundurkan diri.”“Sesuatu yang membuatmu tidak baik-baik saja dan sedang kamu pikirkan itu adalah ini?”“Iya.”“Dan keputusanmu adalah pergi dariku?”Evan mengangguk lemah, “Maafkan saya, Tuan Kayden.”“Kenapa?” tanya Kayden. “Apa ada hal yang aku lakukan

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    256. The Tables Have Turned!

    “Kenapa saya harus ditangkap?!” tanya Irina, nada bicaranya membumbung tinggi.Ia mengangkat dagunya, menantang.“Hasil autopsi dengan jelas mengatakan kalau Ibu saya jatuh dari tangga, saya tidak membunuhnya.”Setelah mengatakan itu, polisi yang mengulurkan kertas di hadapannya itu menarik tangannya dan menurunkannya dengan cepat.Kedua bahunya jatuh, bersamaan dengan petugas polisi lain yang ada di belakangnya, yang saling membisikkan sesuatu yang Julia tak bisa mendengarnya dengan jelas.“Kami datang untuk menangkap Anda karena Anda diduga terlibat dalam perencanaan pembunuhan terhadap Nona Liora Serenity dengan menenggelamkannya di danau, menyewa preman bayaran, dan tindak pelecehan,” terang polisi tersebut.Saat itulah Julia menyadari bahwa dirinya telah melakukan sebuah kesalahan besar.Mungkin karena ia baru saja memikirkan sang Ibu dan tanpa sadar merasa bersalah sehingga mulutnya tidak bisa bekerja sama dengan menyinggung perihal kematian Nyonya Lin.“Mendengar Anda mendadak

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    255. Pembalasan Baru Dimulai

    “Apa yang kalian lakukan?!” seru sebuah suara yang didengar oleh Julia saat ia berpikir dirinya akan mati kedinginan di dalam sini.Ia yakin itu adalah suara penjaga penjara yang tak menjumpai dirinya.Barangkali ... mereka mendengar keributan yang terjadi di dalam sel ini—atau sekadar kebetulan berkeliling dan melihat Julia lenyap dari dalam ruangan.Pertolongan datang.Meski tubuhnya menggigil dan setiap sendi yang menghubungkan tulangnya seperti akan hancur, Julia berusaha menunjukkan keberadaannya di dalam kamar mandi ini.Ia menguraikan tangannya yang semula menyilang di depan dada untuk meredam gigil. Ia pukul pintu lembab di hadapannya itu dan berteriak dengan tenaganya yang tersisa.“TOLONG ....”Apakah ini akan berhasil?Julia hanya menggantungkan harapan agar selamat dari para wanita itu.Suara kunci yang saling bersenggolan dan derit engsel pintu penjara membuatnya sedikit lega.Langkah beberapa orang terdengar mendekat dan pintu kamar mandi terbuka.Matanya sembab, kilatan

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    254. Diperlakukan Seperti Binatang

    Julia tidak sempat memberikan perlawanan. Kedua tangannya lebih dulu ditarik dari tempat ia duduk yang semula ada di dekat jeruji besi. Sekalipun Julia memberontak, ia tak akan dilepaskan begitu saja. Sebagai ‘penghuni’ yang terakhir masuk ke dalam sini, ia adalah yang paling lemah. Bagi mereka, dirinya wajib menghormati orang lama. Tiga wanita yang Julia tak tahu siapa namanya selain menandai mereka dari rambut saja. Si pirang, si ikal dan si rambut pendek yang memperlakukan mereka seperti bintang. Julia kerap diminta untuk memijit kaki mereka, membersihkan kamar mandi kotor yang ada di dalam sel itu, atau mendapat jatah makanan yang paling sedikit. Dan penyiksaan seperti ini bukan yang pertama kalinya ia alami. Lengan dan sebagian tubuhnya telah memiliki lebam yang kebiruan akibat terlalu sering dipukuli. Seperti ini ... saat dirinya tak memiliki cukup kekuatan untuk melawan. Julia didorong hingga punggungnya membentur dinding. Bunyi berdebum terdengar sangat keras. “Akh!”

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    253. Karma Selalu Terdengar Mengerikan

    "I-ibunya ... Irina?" Liora hampir tak percaya saat mengatakan itu. Tuan Owen mengangguk, membenarkannya. "Iya, Liora." "Aku belum melihat beritanya, Pa. Kenapa Ibunya Irina mendadak meninggal? Terakhir kali saat kami bertemu beliau masih dalam keadaan sehat." "Kamu benar," tanggap Tuan Owen. "Dia tidak meninggal karena sakit. Kabar menyebutkan bahwa dugaan sementara dia jatuh dari tangga dan mengalami patah tulang pinggul dan leher." Liora menutup mulutnya dengan sebelah tangan, karena jika tidak ... ia benar-benar bisa ternganga akibat terlampau terkejut. "Tadi Papa membaca, pembantu yang pertama kali menemukannya, tapi dia sudah meninggal," imbuh Tuan Owen yang justru membuat Liora semakin tak percaya. "Aku bukannya senang, tapi ... Ibunya Irina itu mungkin juga kesepian di penghujung hidupnya karena tidak ada seorangpun yang tahu beliau sedang meregang nyawa," ucap Liora setelah menurunkan tangannya. "Biarlah, Liora." Tuan Owen berjalan dengan bantuan elbow crutch di tanga

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    252. ‘Something’ In The Morning

    "A-aku belum mandi." Liora memalingkan wajahnya saat Kayden hampir kembali mempertemukan bibir mereka. "Bohong." "Aku memang belum mandi, aku hanya cuci muka dan akan mengirim pesan padamu karena kamu tidak pulang-pulang," terang Liora. "Tapi kenapa kamu sangat wangi, Princess?" bisik Kayden. "Aku sungguh tidak mau." Liora mendorong Kayden agar menjauh, dada prianya yang bidang itu seperti akan menguncinya di manapun tempat. Dari sudut mata Kayden yang dijumpai oleh Liora, pandangan prianya itu mengarah pada pintu kamar mandi. Yang bisa ia pastikan dengan jelas bahwa Kayden ingin melakukannya di sana. "Tidak menolak?" goda Kayden, tatapannya menelisik Liora. Meski ia menuruti gadisnya untuk menjauhkan diri dan melepas pelukan di pinggang kecil nan seksi itu, tapi sepasang matanya yang sensual tak berhenti. "Sungguh tidak mau," balas Liora. Ia mendengus, sengit menatap Kayden. "Apa tidak ada yang kamu pikirkan selain itu, Tuan Kayden Baldwin?!" Kayden memiringkan kepalanya,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status