Home / Romansa / Malam Panas Bersama CEO Tampan / Bab 3. Berakhir Dengan Pria Lain

Share

Bab 3. Berakhir Dengan Pria Lain

Author: Anggun_sari
last update Last Updated: 2025-06-11 10:59:33

“Dante! Ibu tahu kamu ada di dalam! Keluar atau Ibu akan masuk ke dalam!”

Suara teriakan dari luar kamar membuat sepasang mata si penghuni kamar mengerjap beberapa kali. Rasa nyeri dan denyutan hebat di kepalanya adalah hal pertama yang ia rasakan ketika membuka mata. Ia menggerakkan kepalanya ke samping, matanya dibuat membulat saat mendapati sosok pria tengah berbaring dengan posisi tengkurap memperlihatkan punggung polosnya.

Belvina menyibak selimut di tubuhnya dan seketika membelalak ketika mendapati tubuhnya tak memakai sehelai benang pun kecuali selimut yang menutupi tubuhnya.

Belvina merutuki dirinya atas apa yang terjadi saat ini. Ingatkan dia untuk tidak lagi meluapkan segala kekesalan serta rasa sakit yang dialaminya pada alkohol. Alih-alih mendapatkan ketenangan, dia justru jatuh ke dalam masalah baru seperti saat ini, terbangun di kamar pria yang bahkan tak dikenalnya.

“Dante! Buka pintunya! Dalam hitungan ke sepuluh jika kamu tidak membuka pintunya, maka Ibu benar-benar akan masuk!”

Suara teriakan serta gedoran pada pintu membuat Belvina mau tak mau menggerakkan tangan, membangunkan si pria yang ada di sisinya ini. Entah pura-pura atau benar-benar tidak mendengar, laki-laki itu tidak terlihat terganggu sedikitpun.

“Bangun!” lirih Belvina kembali menyentuh bahu Dante yang masih betah terpejam sementara di luar sana berisik sekali.

Gerakan halus Dante dari yang tengkurap menjadi terlentang, membuat jantung Belvina berdebar tak berirama. Wajah tampan, hidung mancung, serta alis tebal dan runcing pria di sisinya sukses membuat Belvina terpana pada sosok pria teman one night standnya tersebut untuk sepersekian detik. Wajah tampan pria itu seolah dipahat begitu sempurna tanpa celah sedikitpun.

“Bangun!” lirih Belvina kembali menyentuh bahu Dante yang masih betah terpejam sementara di luar sana berisik sekali.

“Satu ....”

Kepanikan semakin menyerang Belvina tatkala si wanita yang berada di luar sana sudah mulai berhitung sementara Dante sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda ingin bangun dari tidurnya.

Tak ingin terlihat buruk, Belvina memilih untuk beranjak dari ranjang dan mengenakan pakaiannya. Namun, belum melakukan apa yang ada di benaknya, ia merasakan cengkeraman pada tangannya.

“Ke mana?”

Satu pertanyaan yang muncul dari Dante membuat Belvina mengerjapkan matanya beberapa kali. Tubuhnya kembali terpaku saat melihat pria berwajah tampan tersebut membuka matanya. Sungguh pahatan yang sempurna. Wajah tampan itu terlihat semakin menawan dengan mata terbuka.

“Dua ....”

Teriakan wanita di luar sana kembali menarik kesadaran Belvina. Wanita itu dengan gerakan cepat melilitkan selimut yang menutupi tubuhnya untuk mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai. Sementara Dante hanya diam dan menatap datar Belvina yang terlihat kesal mendapati pakaian terkoyak tak berbentuk.

“Apa kamu yang melakukannya?” protes Belvina, “Tidak bisakah kamu melakukannya dengan lembut! Pakaian ini sama sekali tidak bersalah. Kenapa kamu harus merobeknya hingga tak berbentuk! Jika sudah seperti ini, aku harus menggunakan apa?” lanjut Belvina, mengomel.

Dante tersenyum miring atas omelan Belvina yang ditunjukkan padanya.

“Tiga ....”

Kembali, teriakan wanita itu membuat dada Belvina berdebar semakin tak karuan. Matanya menatap tajam Dante yang terlihat begitu santai bersandar di sandaran ranjang dengan hanya menggunakan boxer.

Laki-laki itu sama sekali tidak terlihat panik atau mencoba untuk mengenakan pakaiannya. Padahal nasib mereka sedang dipertaruhkan saat ini. Tidak, lebih tepatnya nasibnya! Meski tidak saling mengenal, setidaknya dia tetap harus menjaga nama baiknya di depan wanita yang menyebut dirinya sebagai ibu si pria di depannya ini.

Dia adalah seorang pimpinan perusahaan yang bergerak di bidang entertainment, berita buruk sedikit saja terdengar, maka nama baiknya akan menjadi taruhan.

Belvina mengacak rambutnya frustasi. Wanita itu duduk di sisi ranjang dengan mata menatap ke arah Dante.

“Jika kamu tidak ingin menutupi tubuhmu, Setidaknya pinjamkan aku pakaianmu sebagai bentuk tanggung jawab!” kata Belvina.

“Tanggung jawab?” ulang Dante.

Dante melipat tangannya, masih dalam posisi yang sama, bersandar di sandaran ranjang. Manik matanya menatap lurus Belvina. Sebuah seringai menghiasi wajahnya ketika melihat bercak merah di leher wanita itu.

“Apa kamu lupa jika kamu yang melakukannya terlebih dahulu padaku?”

Dante bangun dari ranjang, pria itu berdiri tepat di depan Belvina. “Perlu aku mengingatmu kembali atas apa yang terjadi pada kita tadi malam?” ucap Dante dengan sangat tenang. Namun, cukup membuat tubuh Belvina menegang.

“Anda yang menggoda saya duluan, nona! Jangan berbicara seolah kamu adalah korban!” imbuh Dante.

Belvina berdehem, kepalanya terlihat bergerak ke kanan dan ke kiri secara gelisah. Tubuh tinggi besar Dante dan tatapan dingin pria itu seolah merenggut semua keberanian yang dimilikinya tadi. Nyalinya seketika menciut dan hilang entah ke mana karena merasa tertampar oleh fakta yang ada.

“Lima ....”

'Sial!'

Satu umpatan lolos begitu saja dari benak Belvina, entah sejak kapan wanita di luar sana mulai kembali berhitung. Percakapannya dengan Dante membuat wanita itu tuli untuk sesaat.

“Kalau begitu bantu aku!” Belvina menatap penuh mohon pada Dante yang berdiri di depannya. Bagaimanapun juga dia perlu menyelamatkan nama baiknya.

Dante hanya tersenyum miring. Laki-laki itu berjalan menjauh dari Belvina dan mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Jari-jemarinya terlihat sibuk mengetikkan sesuatu, seolah sedang mengabaikan Belvina yang menatapnya dengan tatapan memelas

“Aku mohon bantu aku,” pinta Belvina kembali, saat ucapannya tidak mendapatkan respons apa pun.

Dante meletakkan ponselnya. Helaan nafas panjang terdengar tat kala melihat kecemasan di wajah Belvina.

“Untuk?” balas Dante menyandarkan tubuhnya di nakas. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana yang dikenakannya.

“Menjaga nama baikku!” ujar Belvina.

“Tidak.” jawab Dante acuh.

“Sembilan ....”

Belvina terlihat semakin gusar. Penolakan yang diberikan oleh Dante membuat otaknya tidak bisa bekerja dengan baik, sementara dirinya semakin terdesak. Kepalanya bahkan menoleh beberapa kali ke arah pintu, membayangkan sebentar lagi wanita di luar sana akan masuk dan menemukan mereka terkunci di dalam kamar dengan keadaan kamar yang berantakan.

“Aku akan melakukan apa pun, jadi aku mohon bantu aku!” pinta Belvina, matanya menatap penuh mohon pada Dante.

“Apa pun ...?”

Belvina mengangguk-anggukan kepalanya cepat. Ia sudah pasrah apabila Dante menolak permohonannya sekarang.

Sebuah seringai tiba-tiba menghiasi wajah Dante. Laki-laki itu lantas menatap Belvina dengan pandangan sulit diartikan.

“Baiklah!” jawab Dante. Laki-laki itu melempar sebuah atasan dan bawahan ke Belvina yang segera ditangkap sang wanita. Belvina menatap pakaian di tangannya kemudian menatap Dante yang mulai bergerak melangkah ke arah pintu. Sebelum tangan Dante menyentuh kenop pintu, senyum mencurigakan kembali menghiasi wajah pria tampan itu.

“Pakai bajumu dan jangan pernah melupakan kata-katamu! Lakukan apa pun untukku, nanti!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 51. Si Pria Pencemburu

    “Apa lagi?” Belvina menghela napas jengah. Mereka baru sampai setelah mengendara hampir satu setengah jam. Apalagi masalahnya jika bukan Dante. Pria itu terus merengek minta pulang setelah godaan yang dilakukannya. Salahnya memang, tapi jika tidak begitu surat izin yang dikeluarkan oleh Dante pasti akan diikuti oleh banyak aturan. Menghadapi Alethea saja sudah cukup membuatnya pusing, apalagi jika ditambahi Dante. bisa gila dia. Saat ini dia hanya ingin menyelesaikan ini secepatnya lalu pulang untuk beristirahat.“Bagaimana kamu tahu jika Aldric ada di sini? Apa kamu sering kemari saat kalian masih pacaran?” cecar Dante seperti polisi yang sedang mengintrogasi tersangka.Belvina memutar matanya. Tangannya terlipat ke atas, jika sudah begini semuanya tidak akan berjalan dengan mudah. Dari semua sifat Dante, dia paling benci dengan yang satu ini.“Hanya menebak,” jawab Belvina sedikit berbohong.Menjalin hubungan yang cukup lama tentu membuat Belvina tahu kemana tempat-tempat yang mung

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 50. Tak Tahu Malu

    “El, kamu janji kan kalau setelah ini akan membawaku menemui Aldric?”Alethea menatap penuh harap pada sosok Belvina yang ada di sisinya. Saat ini mereka sedang ada di lokasi tempat dimana akan diadakannya acara peluncuran baju ibu hamil yang harusnya dilakukan oleh Amora.“Jika aku bisa menemukan Aldric, aku tidak akan meminta bantuanmu, El.” Alethea meremas ujung bajunya. “Aku tidak tahu harus mencarinya kemana,” imbuh Alethea.Belvina menghela napas panjang. Telinganya muak harus mendengar curhatan saudaranya ini. Alethea pikir dia tahu dimana keberadaan Aldric. Berhubungan saja tidak pernah. Jika bukan karena terdesak, tentu dia tidak akan pernah mau mengiyakan permintaan Alethea.“El, kamu mendengarku kan?” Alethea menggoyang-goyangkan tangan Belvina, memohon lagi dan lagi.“Hem…,” jawab Belvina singkat.Alethea tersenyum. Namun, saat ia memalingkan tubuhnya, matanya menyipit tajam.Bibirnya menyungging seolah menyiratkan sesuatu.***Acara peluncuran berjalan lancar. Penampilan A

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 49. Sedikit Masalah

    “Eughh….” Lenguhan kecil keluar dari mulut Dante. Pria itu baru bangun, matanya belum benar-benar terbuka, tapi harum parfum Belvina serta suara hair dryer memaksanya untuk membuka matanya.“Mau kemana?” tanya Dante masih betah bergelung dibawah selimut. Tubuhnya tidak tertutup apapun kecuali selimut.Belvina melemparkan senyum. Ia mematikan hair dryer lalu menyisir rambutnya yang dibiarkan tergerai.“Ada sedikit masalah. Aku harus ke kantor untuk menyelesaikannya,” jawab Belvina tenang.Dante yang tadi bermalas-malasan langsung menegakkan punggungnya. Ia mendekat ke arah Belvina, tapi masih di atas kasur.“Ke kantor?” ulang Dante. Nadanya terdengar tak suka.“Apa tidak ada orang selain kamu yang bisa diandalkan di sana!” seru Dante, bersungut marah.Kebahagian yang dirasakan Dante semalam, rasanya mendadak lenyap seperti bulan yang menghilang digantikan matahari. Bukan kenapa-kenapa, dia hanya takut jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Belvina. “Aldric entah kemana. Dia sama sekal

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 48. Menghibur Tuan Putri

    Dante menggenggam sambil mengecup beberapa kalli tangan Belvina. Saat ini keduanya sudah berada di dalam mobil hendak kembali ke rumah. keberadaan Kimmy yang tak kunjung pulang serta sikap Naomi yang jelas sekali mengunggulkan Kimmy, membuat Dante memutuskan untuk mengajak Belvina pulang. Dia tidak ingin membuat Belvina merasa tertekan atau tidak nyaman jika harus terlalu lama di sana.“Mau pergi jalan-jalan?” tanya Dante mencoba memecah keheningan. Belvina memang terlihat tidak marah, tapi tidak ada yang tahu apa yang ada di otak perempuan. Bisa saja diamnya Belvina saat ini adalah bentuk dari kemarahannya.“Jalan-jalan? Kemana?” tanya Belvina mendongak menatap wajah Dante. Tadi dia sedang bersandar di dada Dante, sambil membuka sosial medianya. “Kemanapun yang kamu mau,” jawab Dante, menoel hidung Belvina.Mata Belvina berbinar. Ia menarik tubuhnya untuk menatap wajah Dante sepenuhnya. “Sungguh?”Dante menganggukkan kepalanya. Bibirnya lalu menyentuh bibir Belvina, melumatnya seben

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 47. Terlihat Unggul Tapi Bukan Pemenang

    “Apa kamu yakin ini saja sudah cukup?” tanya Belvina kembali melihat barang bawaannya yang akan dibawa ke rumah mertuanya. Di atas meja sudah ada buah-buahan kesukaan Naomi, kue dan juga bunga.“Apa kamu ingin mengambil hati ibuku?” Dante meletakkan dagunya di atas pundak Belvina. Tangannya memeluk erat pinggang sang istri.Belvina tersenyum simpul. Tubuhnya yang tadi menghadap ke depan, kini berputar menghadap Dante. Tangannya mengusap dada Dante sambil berkata, “Tidak akan ada cara untuk membuat orang yang tidak suka dengan kita, menjadi suka. Pembenci selamanya akan tetap menjadi pembenci.”“Lalu kenapa kamu terlihat begitu berusaha?” tanya Dante penasaran.Belvina menghela napas panjang. “Setidaknya aku harus berusaha menjadi menantu yang baik, meski tidak disukai.”Dante mengulum senyum. Tangannya mengusap surai Belvina yang dikuncir kuda. Melihat sikap lapang dada yang ditunjukkan oleh Belvina, membuat hatinya semakin dipenuhi rasa suka. “Berangkat sekarang?” tawar Dante yang d

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 46. Orang Lama Yang Datang Kembali

    “Tapi…?” tanya Belvina penasaran.Melihat raut wajah sekertaris Dante yang gelisah, pikiran Belvina mulai bercabang kemana-mana.Berita perselingkuhan dan pengalaman pribadi, membuat pikirannya semakin semrawut. Yang ada di otaknya saat ini Dante tengah bercumbu mesra dengan seorang wanita di dalam sana.Tak ingin semakin berpikiran liar, Belvina menerobos masuk ke dalam ruangan Dante, mengabaikan panggilan sekretaris suaminya tersebut.Mata Belvina mengerjap beberapa kali, tubuhnya membeku saat melihat sosok wanita menggunakan blazer dipadukan rok mini sedang berdiri di depan Dante. Tidak ada adegan yang panas seperti di otaknya. Dante terlihat diam dengan tatapan dinginnya, tapi entah kenapa hatinya tetap tak suka.“Sayang…? Kamu sendiri?”Dante yang tadi duduk di kursi kebesarannya, segera berdiri. Ia tersenyum lebar, tangannya merengkuh pinggang Belvina. Sebuah kecupan singkat mendarat indah di bibir sang istri. Membuat wajah yang tadinya masam itu kini tersenyum.“Kenapa tidak me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status