Beranda / Romansa / Malam Panas Bersama CEO Tampan / Bab 2. Mengambil Kembali Milikku

Share

Bab 2. Mengambil Kembali Milikku

Penulis: Anggun_sari
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 10:56:55

Suara dentuman musik yang menggema serta lampu kerlap-kerlip menjadi tujuan Belvina saat ini usai meninggalkan rumahnya. Pengakuan Alethea tentang kehamilannya serta siapa ayah bayi itu membuat hatinya hancur tak berbentuk.

Kisah cinta yang sudah dirajut selama bertahun-tahun lamanya bersama dengan Aldric, tentu meninggalkan banyak kenangan indah. Melupakan dan mengubur semua itu secara tiba-tiba tentu bukan hal yang mudah, terbukti dari tiga gelas Vodka yang sudah ditenggaknya sama sekali tidak membuahkan hasil.

Kenangan indah yang mereka lewati justru terus muncul di otaknya, terlebih tentang perjuangan mereka membangun industri hiburan bersama. BELA Entertainment---perusahan itu mereka dirikan mulai dari nol, dari yang tidak memiliki artis serta rumah produksi sampai kini mereka bisa berkembang pesat, bahkan kini BELA Entertainment telah menjelma menjadi perusahaan entertainment yang banyak diperbincangkan. Banyak artis besar serta model dan juga penyanyi yang bernaung di bawah label BELA entertainment.

“Brengsek!” umpat Belvina, cukup keras.

Belvina bahkan tidak peduli dengan lirikan dari pengunjung yang duduk di sisinya. Wanita itu seolah asik dan larut dalam dunianya sendiri.

Belvina kembali meminta minuman pada bartender yang bertugas setelah gelas ketiga berisi cairan bening itu habis. Belvina menatap gelas itu sesaat kemudian langsung meneguknya sekali tandas. Kali ini Belvina minum dengan tergesa hingga sedikit tetesan Vodka terjatuh membasahi lehernya, menimbulkan sensasi sensasional bagi yang melihatnya. Apalagi saat ini Belvina mengenakan strapless dress yang menunjukkan bahu dan juga lehernya.

Belvina kemudian menoleh pada pengunjung yang duduk di samping. Pengunjung yang sedari tadi memperhatikannya. Belvina mendengus kasar.

“Kenapa? Tertarik padaku?” sergah Belvina pada pengunjung yang duduk di sampingnya.

Bukan tidak tahu jika diperhatikan, Belvina hanya pura-pura menutup mata saja. Dia sedang tidak ingin berinteraksi dengan siapapun saat ini. Diam dan hanyut bersama minuman adalah satu-satunya hal yang diinginkannya malam ini. Setidaknya cairan putih yang diminumnya itu bisa mengobati sedikit rasa sakit yang dirasakannya saat ini, meski tidak benar-benar menyembuhkannya.

“Sayangnya aku sama sekali tidak tertarik padamu, Tuan!” oceh Belvina.

“Lihatlah!” Belvina mengangkat tangannya, menunjukkan jari manisnya yang dilingkari oleh cincin permata seolah menyiratkan bahwa dia sudah memiliki tambatan hati.

“Cari wanita lain saja jika ingin bersenang-senang, Tuan! Aku bukan wanita murahan!” oceh Belvina kembali.

Jangan tanya dari mana Belvina mendapatkan keberaniannya, tentu dari cairan bening yang sejak tadi ditenggaknya itu. Cairan bening bernama Vodka itu memang tidak benar-benar membuatnya hilang kesadaran. Namun, minuman itu bisa membuat Belvina tidak memiliki rasa takut pada pria yang saat ini ada di sebelahnya.

Laki-laki itu hanya menyunggingkan senyum tipisnya, tidak ada niatan untuk membalas ataupun menimpali ucapan Belvina. Laki-laki itu lebih memilih menenggak wine pesanannya.

“Berikan aku segelas lagi!”

Kata-kata yang keluar dari mulut Belvina kembali menarik atensi sang pria. Laki-laki itu mengulurkan tangannya dan merebut gelas milik Belvina. Wanita itu sudah terlalu mabuk dan hampir hilang kesadaran.

“Apa yang kamu lakukan, Tuan! Kembalikan minumanku!” seru Belvina. Matanya menatap tajam lelaki di sebelahnya.

Belvina berdiri dari duduknya, meski tidak benar-benar bisa berdiri dengan tegap, wanita itu mendekatkan diri pada tubuh sang pria yang masih berada atas di kursinya. Tidak banyak yang laki-laki itu lakukan, dia hanya menatap datar tubuh Belvina yang sempoyongan.

“Aku bilang kembalikan minumanku!” Kali ini nada Belvina naik beberapa oktaf.

“Apa semua yang aku miliki memang harus direbut oleh orang lain, termasuk minuman!” seru wanita itu lagi.

Mata Belvina tiba-tiba memanas, air mata yang sejak tadi ditahan olehnya terasa akan berjejal keluar begitu saja melebur bersama rasa sakit yang masih dirasakannya.

Padahal selama ini tidak banyak yang diinginkannya. Hidup damai bersama dengan orang-orang yang dicintainya itu sudah lebih dari cukup. Tapi sekarang, ia bahkan tak yakin akan sebuah cinta. Pengkhianatan yang dilakukan oleh Aldric, menoreh banyak luka. Membuat hatinya yang mekar kini mendadak layu.

Kali ini tangannya memukul pelan dada laki-laki itu. Menyalurkan rasa kecewa dan sakit yang dirasakannya, meski pada orang yang salah.

Bukan marah atau mendorong tubuh Belvina agar wanita itu berhenti memukulinya, laki-laki itu justru diam saja membiarkan wanita itu meluapkan segalanya. Pukulan-pukulan kecil dari Belvina tentu tidak berarti apa pun bagi tubuhnya yang besar.

“Kembalikan minumanku, tolong ….”

Belvina menatap dalam manik mata laki-laki it yang terlihat dingin dengan tatapan memelas. Sebuah senyuman penuh memohon dilemparkan Belvina pada pria itu. Alkohol yang sudah mempengaruhi separuh dari kesadarannya, membuat Belvina tidak lagi bisa bersikap normal.

“Aku sudah meminumnya dan tidak bisa mengembalikannya!” jawab sang pria, masih dengan ekspresi datar. “Sebaiknya kamu pulang! Kamu sudah terlalu banyak minum dan mabuk!” lanjutnya

Belvina mengerucutkan bibirnya sebelum menujukkan senyum yang terlihat aneh. “Aku tahu caranya mengambil minumanku kembali!” kata Belvina.

Kaki Belvina yang awalnya menapak tanah dengan benar kini mulai berjinjit. Tangannya yang tadi mencengkram mantel sang pria, berangsur naik melingkar ke leher pria itu. Perlahan tapi pasti Belvina mulai mendekatkan wajahnya, mengikis jarak antara dirinya dan pria yang baru ditemuinya. Pria yang bahkan tidak diketahui namanya.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya sang pria datar menahan dada Belvina, mencegah wanita itu melakukan keinginannya.

Belvina tersenyum, tangan kirinya merambat mengusap lembut tangan sang pria yang saat ini tengah menahannya. Seringai nakal keluar begitu saja menghiasi wajah cantik Belvina, seolah menggoda sang pria.

Tidak lagi mendapatkan penolakan, Belvina kembali mendekatkan wajahnya, menempelkan bibirnya pada benda kenyal milik pria di hadapannya, bermain-main di sana. Seolah tak puas, Belvina menyesap benda kenyal nan lembut itu dalam-dalam, menikmati sisa sisa minumnya yang masih tertinggal di antara saliva pria itu.

Pria itu menggeram. Ia mencengkram lengan Belvina erat ketika tautan bibir mereka terlepas.

“Nona, kamu telah membangunkan singa tidur!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 8. Kenyataan Yang Terungkap

    “Jadi dia adalah laki-laki yang akan menggantikanku?”Meski tidak menunjukkan rasa marahnya secara langsung, namun tatapan menghunus yang dilemparkan oleh Aldric pada Dante menyiratkan semua emosi yang dirasakan oleh laki-laki itu.Dante Marquez---direktur utama VIN Construction, perusahaan konstruksi terbesar di Barcelona. Siapa yang tidak mengenal Dante Marquez? Di dunia bisnis, nama pria berusia 27 tahun itu begitu diperhitungkan. Entah bagaimana Belvina bisa mengenal laki-laki itu. Jika dilihat dari segi bisnis, tidak ada kemungkinan yang bisa mempertemukan keduanya.Aldric ingin menyangkal kedekatan yang dikatakan oleh Belvina. Namun, nyatanya tangan Dante yang bertengger indah di belakang bahu Belvina, cukup menjawab semuanya. Laki-laki itu seolah telah mengklaim bahwa Belvina memang benar-benar miliknya melalui itu semua.“Aku akan menikahinya. Di tempat, hari, dan tanggal yang sama dengan rencana pernikahan yang telah kita sepakati!” ucap Belvina, “Aku harap setelah ini kamu b

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 7. Siasat Licik

    “El ....” Panggilan yang menyapu indera pendengaran Belvina, membuat wanita itu mau tak mau menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan melihat Amora, ibunya, bersama dengan Aldric. Sudut bibir Belvina seketika tertarik ke atas. Sore ini, wanita cantik itu mendapatkan pesan teks dari pihak hotel tempatnya melangsungkan pernikahan sehingga Belvina segera datang ke hotel setelah pulang kerja. Tapi tak disangka, ia justru kembali menemukan Aldric, setelah pagi tadi pria itu terkejut dengan ucapan Belvina dan pergi begitu saja. Ia pikr, Aldric sudah menyerah. Tapi ternyata malah sibuk menempel pada ibunya, huh? Belvina cukup sadar jika Aldric masih menginginkan hubungan mereka terus berlanjut. Namun, sampai menggunakan ibunya untuk bisa meloloskan keinginannya sungguh membuat Belvina merasa semakin jijik. “Jadi Ibu yang mengatur semua ini?” ketus Belvina. Ia masih diam di tempatnya, melihat Amora dengan tatapan kesal terlebih pada Aldric. Senyum tipis yang menghiasi wajah Aldric

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 6. Memohon Untuk Kembali

    Belvina menengadah ke atas, matanya menatap kosong langit-langit ruang kerjanya. Sudah hampir lima belas menit wanita itu duduk di kursi kebesarannya tanpa melakukan apa pun. Pikirannya sedang kacau saat ini. Helaan napas berat terdengar beberapa kali memenuhi ruang kerjanya yang terasa sepi sampai suara decitan pintu terbuka menariknya dari lamunannya. Di ambang pintu, ada Aldric yang berdiri dengan wajah kusut. Laki-laki itu tidak terlihat tampan seperti biasanya. Pakaian Aldric juga masih sama seperti saat terakhir mereka bertemu.“El, aku mencarimu semalaman. Aku menunggumu di rumah. Aku juga datang ke apartemen, tapi kamu tidak ada,” kata Aldric, berjalan mendekat ke arah Belvina yang masih setia duduk di kursi kebesarannya.Belvina menarik napasnya dalam-dalam. Tangannya bergerak mencari dokumen untuk dijadikan alasan agar terlihat sibuk, meski tadi laki-laki itu sempat melihatnya melamun.“Maaf ....” Aldric memutar kursi Belvina, membuat wanita itu agar menghadap ke arahnya

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 5. Surat Perjanjian Pernikahan

    Belvina berjalan ke sana ke mari dengan raut wajah gusar. Entah sudah berapa kali wanita cantik itu mengitari ruang tengah yang tadi menjadi saksi bisu bagaimana Naomi menunjukkan rasa tidak sukanya.Saat ini, Belvina hanya seorang diri. Dante menyuruhnya tinggal, sementara laki-laki itu mengantarkan Naomi pulang. Dia perlu mendengar penjelasan Dante, mengenai perkataan laki-laki itu beberapa menit yang lalu. Namun, sudah hampir satu jam berlalu, tidak ada tanda-tanda laki-laki itu akan kembali.Menghela napasnya kasar, dia memilih untuk duduk di depan pantry. Kuku-kukunya yang dihiasi kutek berwarna putih bening itu mengetuk-ngetuk secara gelisah, sementara tangannya yang lain menggeser naik turun pesan teks di ponselnya.Ada puluhan panggilan tak terjawab dan pesan yang dikirim oleh Aldric sejak tadi malam. Laki-laki itu memohon dan mengatakan ingin bertemu dengannya.Helaan napas kembali terdengar, nasib sungguh membuat otaknya lelah. Pengkhianatan yang dilakukan oleh Aldric seolah

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 4. Keputusan Yang Mengejutkan

    Belvina menelan ludahnya berkali-kali, tenggorokannya mendadak terasa kering. Tangannya juga dingin, sedingin es. Sudah hampir lima belas menit ia berada di situasi mencekam ini. Bahkan bernapas pun terasa susah untuknya saat ini.Tatapan mematikan dari Naomi Abigail---ibu Dante, yang terus tertuju padanya adalah alasan kenapa semua fungsi organ tubuhnya mendadak tidak bekerja dengan baik.Lampu hijau yang tadinya sudah ia dapatkan dari Dante, rasanya mendadak berubah menjadi gelap. Janji yang sudah laki-laki itu ucapkan nyatanya hanya sebuah omong kosong belakang. Bagaimana tidak, Dante hanya diam dengan wajah datarnya, seolah tak terganggu sama sekali dengan sorot mata ibunya yang penuh intimidasi.Bibir laki-laki itu tertutup rapat, engan menjelaskan situasinya. Ia sungguh berharap laki-laki itu mau sedikit berbohong dan menjaga nama baiknya.“Jadi, siapa dia?”Satu pertanyaan yang lolos dari bibir Naomi, membuat Belvina meremas ujung kemeja yang dikenakannya semakin kuat. Jantung

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 3. Berakhir Dengan Pria Lain

    “Dante! Ibu tahu kamu ada di dalam! Keluar atau Ibu akan masuk ke dalam!”Suara teriakan dari luar kamar membuat sepasang mata si penghuni kamar mengerjap beberapa kali. Rasa nyeri dan denyutan hebat di kepalanya adalah hal pertama yang ia rasakan ketika membuka mata. Ia menggerakkan kepalanya ke samping, matanya dibuat membulat saat mendapati sosok pria tengah berbaring dengan posisi tengkurap memperlihatkan punggung polosnya.Belvina menyibak selimut di tubuhnya dan seketika membelalak ketika mendapati tubuhnya tak memakai sehelai benang pun kecuali selimut yang menutupi tubuhnya.Belvina merutuki dirinya atas apa yang terjadi saat ini. Ingatkan dia untuk tidak lagi meluapkan segala kekesalan serta rasa sakit yang dialaminya pada alkohol. Alih-alih mendapatkan ketenangan, dia justru jatuh ke dalam masalah baru seperti saat ini, terbangun di kamar pria yang bahkan tak dikenalnya.“Dante! Buka pintunya! Dalam hitungan ke sepuluh jika kamu tidak membuka pintunya, maka Ibu benar-benar a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status