Share

48. Kehilanganmu

Author: prasidafai
last update Last Updated: 2025-12-16 18:07:53

Daisy berdiri di depan gedung rumah sakit sambil meremas tali tas. Udara siang terasa panas, tetapi entah kenapa tubuhnya terasa dingin.

Beberapa saat kemudian, mobil Jade tiba dengan kecepatan yang sedikit melebihi batas aman. Remnya berdecit saat berhenti. Pintu mobil terbuka dengan cepat dan Jade langsung keluar, melangkah lebar menghampiri Daisy.

Saat tatapan mereka bertemu, Daisy melihat kelegaan yang begitu jelas dalam bola mata Jade. Mata yang biasanya tajam dan dingin, kini melunak dengan emosi yang tidak bisa disembunyikan.

Namun tidak berhenti sampai di situ. Jade memeluk Daisy sangat erat. Lengan Jade mengunci tubuh gadis itu dan dadanya menekan kepala Daisy.

Pria itu menghirup aroma rambut Daisy seolah memastikan sesuatu yang hilang benar-benar telah kembali.

“Saya pikir,” ucap Jade dengan suara serak, “saya kehilanganmu.”

Manik hitam Daisy membola. Tub
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   70. Harga Mati Keluarga Draxus

    “Aku masih harus bekerja, Mi. Jika kamar berdekatan, itu akan memudahkan aku dan Daisy untuk berdiskusi.”Suara Jade terdengar datar, tetapi ada ketegangan halus yang bergetar di baliknya. Jari-jari pria itu melingkar di gagang cangkir teh yang uapnya sudah mulai menipis.Sydney perlahan mengangkat wajah. Tatapan wanita itu menajam.“Lalu kau akan berdiskusi di kamar Daisy?” tanya Sydney pelan sekaligus menyindir. “Atau mengundang Daisy ke kamarmu, Jade?!”Alis Jade berkerut. Rahang pria itu mengeras, sorot matanya beradu dengan tatapan sang ibu.“Itu tidak seperti yang Mami pikirkan,” elak Jade.Sydney menarik napas panjang beberapa kali.“Ada ruang kerja Mami yang bisa kalian gunakan untuk berdiskusi. Kau bisa mengundangnya dengan menelepon atau mengirim pesan. Tidak perlu kamar berdekatan,” tukas Sydney tegas.Jade hendak menjelaskan. “Mami–”“Lagi pula,” potong Sydney tanpa celah, “kau dan Bianca akan punya banyak kegiatan selama berada di sini. Tidak akan ada kesempatan untuk bek

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   69. Kecurigaan Seorang Ibu

    Sydney mengernyitkan dahi heran. Matanya sedikit menyipit, menatap Jade dengan tatapan menyelidik. "Kamarmu?" ulang Sydney tidak percaya. Begitu pula Elias yang langsung berkomentar sambil mengangkat kedua alisnya tinggi, "Wow, Kak?" Kedua keluarga Jade itu sama-sama terkejut dengan ucapan spontan pria itu. Membawa gadis lain ke kamarnya, sementara tunangannya sendiri ada di depan mata? Jade pasti sudah kehilangan akal sehat. "Di kamarku saja!" Bianca menyela mereka dengan suara yang terlalu tinggi hingga membuat Jade, Sydney, dan Elias tersentak. Bianca tersadar. Dia segera menarik napas dan menurunkan volume suaranya, menggantinya dengan senyum yang dipaksakan tampak lembut. “Maksudku … Daisy adalah adikku, Mi,” jelas Bianca pelan. “Untuk sementara, aku bisa satu kamar dengannya dulu.” Bianca tersenyum lagi, kali ini lebih lama. Wanita itu berusaha tampak tulus. Namun kerutan di dahi Sydney justru sema

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   68. Kamar untuk Daisy

    Satu per satu penumpang mobil itu keluar, termasuk Daisy yang turun terakhir. Begitu telapak kaki Daisy menyentuh tanah, denyut di kepalanya semakin terasa. Seperti palu kecil yang memukul pelipisnya berulang kali. Udara dingin Highvale menusuk paru-parunya, membuat pandangan Daisy sedikit berkunang. Bianca memandang pintu utama itu dengan mata berbinar. "Wah, ini mansion tempat calon suamiku tumbuh. Besar dan mewah sekali, Sayang. Aku harap kau mau menjadi petaku selama tiga hari ke depan." Bianca tersenyum lebar penuh antusias. “Hati-hati, Kak. Kalau kau tersesat di dalam rumah sendiri, Kak Jade bisa kena omel Mami karena tidak bisa menjaga tunangannya.” Elias terkekeh geli menanggapi ucapan Bianca. Daisy berusaha tersenyum. Namun senyum itu tidak pernah benar-benar sampai ke wajahnya. Dunia di sekeliling Daisy terasa terlalu terang dan luas. Suara-suara di sekitarnya terdengar menjauh, seolah ditarik oleh ruang kosong. P

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   67. Tempat Tinggal Masa Kecil Jade

    Kemudian Elias kembali dengan senyum di bibirnya dan membukakan pintu mobil bagian depan untuk Daisy. "Masuklah." Elias mempersilakan sambil mengarahkan tangannya ke dalam mobil. “Terima kasih,” sahut Daisy. Begitu masuk ke dalam mobil, Daisy tidak bicara apa-apa atau menoleh ke belakang. Gadis itu bisa merasakan Jade yang duduk tepat di belakangnya, tengah menatap Daisy tajam dan membuat tengkuknya geli. Saat Elias masuk dan menyalakan mesin mobil, suara halus mesin mewah itu mengisi keheningan. "Apakah Primus yang menyetir mobil belakang?" tanya Jade kemudian. Elias menoleh sekilas sambil tersenyum. "Ya. Rupanya kau masih mengingat dia." Mobil mulai melaju, meninggalkan area bandara. Jade mendesah dan menyandarkan kepala ke sandaran kursi. "Dia yang mengantarku ke sekolah saat Mami tinggal di Suri tanpa Papi. Tentu aku mengingatnya, walaupun sekarang dia sudah bertambah tua," sahut Jade. Hanya sebaris kalimat dari Jade tentang masa kecilnya, tetapi itu berhasil me

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   66. Keluarga Jade adalah Keluarga Daisy

    Daisy mengangkat kedua bahunya masa bodoh. Gadis itu tidak mau terlalu memikirkan itu sekarang. Ada terlalu banyak hal yang harus Daisy kelola dan segala macam emosi yang harus dia tahan. Kepala Daisy terasa pusing karena penat penerbangan. Lima jam duduk, udara kabin yang kering, dan ketegangan emosional sejak pagi membuat pelipis Daisy berdenyut. Di depan, Jade dan Bianca berjalan seirama, terlalu cepat untuk diikuti Daisy tanpa usaha ekstra. Beberapa langkah di depan mereka, seorang pria berambut cokelat muncul dari kerumunan. Postur tinggi dan wajahnya memiliki garis-garis yang jelas mengingatkan Daisy pada Jade, rahang tegas, alis tebal, dan hidung lurus. Namun aura pria itu berbeda. Lebih santai dan hangat. "Kak Jade!" seru pria itu sambil mengangkat salah satu tangan tinggi-tinggi. Dalam sekejap, Jade berhenti. Pria itu langsung memeluk Jade erat, satu tangan menepuk punggung kakaknya dengan akrab. Mereka bertukar beberapa kal

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   65. Bunga dan Getahnya

    Jade mengangkat salah satu sudut bibirnya, lalu menimpali dengan nada yang terdengar menggoda, "Ke mana keberanianmu?" Daisy menoleh refleks. Dahi gadis itu mengernyit dan matanya menyipit penuh tanya. “Apa maksud Tuan?” bisik Daisy tidak mengerti. Jade tidak langsung menjawab. Dia memiringkan sedikit wajah, jarak mereka semakin dekat. "Kau tidak ingat apa yang pernah kau tawarkan pada saya satu minggu lalu?" Jade melanjutkan sambil berbisik, suaranya rendah supaya hanya Daisy yang mendengar. Kernyitan di dahi Daisy semakin dalam. Seperti gelombang yang surut perlahan, ekspresi itu memudar. Ingatan itu datang terlalu jelas. Hari ketika emosi Daisy meledak hingga membuat keberaniannya melampaui akal sehat. Saat Bianca nekat mengacak-acak makan ibunya, dan Daisy, dalam keadaan putus asa, menawarkan dirinya pada Jade. Pipi Daisy menghangat. Merona, meski Daisy berusaha menahannya. Daisy segera men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status