Share

Malam Panas Dengan Mantan Suami
Malam Panas Dengan Mantan Suami
Penulis: Rossy Dildara

1. Membantu menjebak

Penulis: Rossy Dildara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 08:46:13

"Aaahhh ... Aahhh."

Di ruangan yang ber-AC dengan pencahayaan yang minim, aku mendesaah kuat dengan hati yang berdesir saat tubuhku berhasil dimasuki oleh seseorang yang dulu pernah menjadi suamiku.

Awalnya aku menolak, tetapi Kak Calvin terus memaksaku, dan akhirnya aku terhanyut dalam permainannya.

Selama masa pernikahan kami, kami hanya sekali berhubungan badan, dan aku bahkan tidak ingat bagaimana rasanya. Akan tetapi, dengan keanehan yang ada, kali ini aku merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa.

Ya Allah... aku memohon ampun-Mu, semua ini adalah kesalahan dan dosaku.

Seharusnya dari awal aku tidak menuruti permintaan yang konyol dari bosku.

Namun, di sisi lain, aku juga takut kehilangan pekerjaan. Mungkin, besok aku akan benar-benar dipecat jika Nona Agnes mengetahui kalau aku dan Kak Calvin telah memadu kasih semalam penuh.

***

POV Viona

(Flashback On)

"Halo ... iya, Pa?" tanyaku dari pada sambungan telepon. Papaku yang bernama Tatang menelepon.

"Bundaaaaa ...." Suara isakan tangis justru yang aku dengar memanggilku. Aku mengenal jika itu adalah suara milik Kenzie—anak semata wayangku.

"Kenapa, Sayang? Kenapa Kenzie menangis?" Jantung ini langsung berdegup kencang. Kenzie adalah anak yang jarang sekali menangis, jadi wajar kalau aku khawatir. Apalagi saat ini aku berada diluar rumah.

"Azzam dan teman-temannya mengatai Kenzie nggak punya Ayaaah, Bundaaaa. Hiks ...," jawabnya sambil menangis tersedu-sedu.

Aku tau Azzam, dia ini salah satu teman kelasnya. Kenzie sudah sekolah TK dan usianya saat ini 5 tahun.

"Lho ... kok bisa, si Azzam mengataimu begitu, Nak?"

"Katanya ... hali ini adalah hali Ayah se-dunia, Bunda. Dan meleka semua sibuk mencali kado untuk Ayahnya. Sedangkan Kenzie sendili nggak tau siapa Ayah Kenzie, telus meleka mengatai Kenzie nggak punya Ayaaah ...," terang Kenzie dengan suara cadelnya yang tak bisa mengucapkan huruf R.

Aku pun hanya bisa menghela napas berat. Memang anakku ini begitu sensitif kalau membahas masalah Ayahnya, jadi wajar juga mengapa dia menangis. Pasti dia sangat sedih.

Sebetulnya, bukan Kenzie tak punya Ayah. Apalagi anak haram. Tentu bukan!

Dia masih punya Ayah, hanya saja aku dan suamiku sudah bercerai. Dia juga tidak tahu kalau dihari setelah kami bercerai—aku ternyata dinyatakan hamil anaknya.

Sampai detik ini pun aku tidak pernah memberitahukan dia tentang Kenzie. Bukan bermaksud tega, tapi itu adalah permintaan Papaku.

Terlebih aku pun mendapatkan kabar dari mantan Ayah mertua, kalau dia tinggal di Korea sekarang.

"Ya udah, nanti besok biar Bunda nasehatin si Azzam, dan teman-temannya, ya ... biar mereka nggak terus meledekmu. Kalau begitu udahan dulu, ini Bunda mau ketemu sama Bos Bunda, Nak." Dari kaca pintu, aku melihat Nona Agnes melangkah menuju ke sini. Aku memang berada di dalam cafe karena ada janji ketemuan dengannya.

"Nanti Bunda pulangnya bawa Ayah, ya? Pokoknya Kenzie ingin punya Ayahhh, Bundaaa ...," pinta Kenzie yang kembali terisak.

Akhirnya aku langsung mengakhiri panggilan itu tanpa menjawabnya. Sebab aku sendiri bingung.

Kalau mengiyakan tapi pulang tanpa membawa ayahnya, itu sama saja seperti memberikannya harapan palsu. Yang ada Kenzie tambah sedih.

"Sudah nunggu lama?" tanya Nona Agnes yang baru saja menarik kursi di depanku lalu duduk.

"Baru saja, Nona," jawabku. "Apa Nona mau pesan minuman? Biar saya panggilkan pelayan."

Tangan ini sudah terangkat, hendak memanggil seorang pelayan yang baru saja lewat. Namun, Nona Agnes langsung menahanku.

"Enggak usah, Vio. Aku nggak haus, lagian aku juga masih banyak kerjaan habis ini."

"Oh ya udah." Kutarik kembali tangan ini. "Sekarang Nona katakan saja apa yang Nona dibutuhkan, biar saya langsung membelinya."

Sebelumnya, Nona Agnes ini memang mengajak ketemu karena dia mengatakan ingin meminta bantuan kepadaku. Jadi aku berpikir dia membutuhkan sesuatu yang harus aku beli.

"Nanti malam ... aku sudah mantap ingin menjebak pacarku. Dan aku butuh bantuanmu, Vio."

"Menjebak?!" Mataku seketika membulat. Bukankah menjebak itu dalam arti seperti melakukan tindakan kejahatan? Ah rasanya aku takut. Jantungku jadi berdebar sekarang.

"Iya. Hari ini pacarku pulang ke Indonesia dan nanti malam dia ada janji ketemuan dengan rekan kerjanya di restoran. Aku mau ... nanti kamu ...." Nona Agnes langsung menceritakan detail tentang rencananya, dan sontak diri ini kembali membulatkan mata lantaran terkejut.

Tidak! Apa yang dia lakukan salah. Aku pun nanti akan ikut berdosa.

"Tapi, Nona, kenapa Nona sampai melakukan hal itu?" tanyaku yang merasa tak habis pikir dengan idenya.

Nona Agnes ingin aku membantunya menjebak pacarnya supaya bisa tidur dengannya di hotel. Bukankah itu adalah hal konyol?

Bagaimana dengan harga dirinya? Dia 'kan perempuan.

"Memang kamu perlu tau, ya, Vio?" Mata perempuan itu terlihat sedikit melotot. Sepertinya dia tidak suka dengan pertanyaanku tadi. "Kamu 'kan kerja hanya jadi asistenku. Kalau memang aku nggak mau cerita, ya kamu nggak perlu tau dong!" pungkasnya kemudian.

"Maafkan saya, Nona." Aku menunduk sambil menggerakkan kepala sebentar naik turun. Sepertinya aku salah bicara. "Tapi sepertinya, saya nggak bisa. Saya nggak bisa membantu Nona."

"Kenapa?"

"Saya takut."

"Ngapain takut? Kamu 'kan nggak aku suruh b*nuh orang."

"Tapi, Nona, bukankah itu juga termasuk tindakan kejaha—"

“Udah mending nurut aja,“ potongnya cepat. "Kalau memang kamu masih ingin kerja denganku." Nona Agnes langsung berdiri sambil menyugar rambutnya ke belakang, lalu perlahan dia merogoh tasnya dan memberikanku sebuah botol obat berbahan kaca. Kecil sekali.

"Ambil ini, Vio. Pastikan tiga tetes tercampur diminuman pacarku dan awasi dia untuk benar-benar meminumnya. Kamu juga datang harus lebih awal darinya, lalu membayar pelayan untuk ikut membantumu."

"Memang ini obat apa?" Kuperhatikan obat yang berada dalam genggaman lamat-lamat. Botol bening ini polosan, jadi aku tidak tahu obat apa itu.

"Itu obat yang akan memperlancar misiku."

"Tapi bukan racun 'kan, Nona?" tanyaku memastikan karena ragu dengan jawabannya yang tidak mengatakan secara terang-terangan.

"Enggaklah. Gila aja kamu, Vio. Mana mungkin aku memb*nuh pacarku. Kan aku ingin sekali menikah dengannya."

Oh ... apakah rencana menjebak ini karena Nona Agnes ingin dinikahi?

Kalau memang iya, kenapa tidak memintanya secara langsung? Atau pacarnya memang tidak peka?

Ah sayang sekali kalau benar, padahal mereka sudah pacaran lebih dari dua tahun.

***

Sekarang, kedua kakiku ini telah berpijak di sebuah restoran bintang lima.

Aku datang sejam lebih awal dari pacarnya Nona Agnes, karena memang ini atas permintaannya.

Tapi aku sendiri memilih masih berdiri di dekat pintu kaca, belum ingin masuk karena masih mencari-cari keberadaan pacarnya Nona Agnes.

Eh tapi ngomong-ngomong, aku sendiri tidak tahu bagaimana rupanya. Ah bodoh sekali memang aku ini! Bagaimana coba aku mau membantu Nona Agnes, sementara aku sendiri tidak tahu wajahnya.

Tapi salah Nona Agnes juga mengapa tidak memberitahukan, padahal dia juga pasti tahu kalau aku belum pernah bertemu dengan pacarnya.

Setelah cukup lama berdebat dalam hati, aku pun segera merogoh ke dalam tas untuk mengambil hape. Lalu mengirimkan sebuah chat kepada Nona Agnes.

[Nona maaf ... bisa saya minta foto pacar Anda? Karena saya nggak tau wajahnya.]

"Viona ...."

Tiba-tiba, terdengar seseorang memanggil namaku dari arah belakang. Tapi kenapa suaranya terdengar begitu familiar sekali?

Tak menunggu waktu yang lama, aku pun segera berbalik badan dan menatapnya. Namun, sontak mata ini membulat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Geron geron.gemail
lanjut seru ni
goodnovel comment avatar
ZULVA THALITA AZALIA
mksd nya gmn ya kok gk ngerti bgt
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
masih menyimak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 109. Aku mencintai Zea

    "Siap, Pak. Saya dan rekan saya akan mencoba semaksimal mungkin untuk segera menangkapnya. Kami akan memberitahu Bapak perkembangannya," Polisi memberikan jaminan, suaranya terdengar tenang dan profesional, mencoba meredakan kekhawatiran Jamal yang meluap. Namun, janji itu tak cukup untuk meredam kecemasan yang mengakar di hati Jamal.Setelah memutuskan panggilan, Jamal bergegas keluar dari rumah sakit, langkahnya tergesa-gesa. Namun, langkahnya seketika terhenti. Di parkiran, sebuah mobil mewah berwarna hitam pekat baru saja berhenti. Dari dalam mobil itu, turunlah Kenzie, musuh bebuyutannya, dengan raut wajah yang tak terbaca.'Ngapain Pak Kenzie ke sini??' batin Jamal, pertanyaan itu menggema di kepalanya, menciptakan gelombang keheranan dan kecurigaan. Rasa penasaran yang membuncah mendorongnya untuk mengikuti Kenzie dari belakang, kembali masuk ke dalam rumah sakit.Namun, langkah Kenzie tidak menuju kamar rawat Nena. Langkahnya justru mengarah ke bagian lain

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 108. Mereka pasti menyembunyikan

    Sinar matahari pagi menyelinap lembut melalui celah tirai, menerangi ruangan inap anak yang tenang.Nena perlahan membuka matanya, pandangannya masih kabur, dunia seakan masih berputar pelan. Tubuhnya terasa berat, setiap gerakan terasa seperti melawan arus. Dia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba membiasakan diri dengan cahaya yang masuk. Ruangan itu terasa asing, namun nyaman."Alhamdulillah... akhirnya kamu sudah sadar, Nak. Papa khawatir sekali padamu."Suara berat namun penuh kelembutan itu membuat Nena menoleh. Jamal, berdiri di samping ranjang, air mata membasahi pipinya. Tapi bukan air mata kesedihan, melainkan air mata haru yang meluap karena lega.Setelah operasi panjang yang terasa seperti mimpi buruk, Nena baru saja kembali ke dunia nyata. Kenangan akan rasa sakit yang menusuk masih menghantui, namun rasa lega mengalahkan semuanya. Dokter telah menjelaskan kemungkinan efek obat bius yang membuatnya tertidur lama."Papa, ini di mana?" tanyanya, suara ser

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 107. Kami mendukungmu

    "Sebetulnya, hubunganku dengan Kak Kenzie nggak seperti pasangan suami istri pada umumnya, Pa," jawab Zea pelan, suaranya bergetar menahan isak. Dia tampak ragu-ragu untuk menceritakan semuanya."Maksudnya gimana?" Papa Bahri mengerutkan dahi, kebingungan. "Coba jelaskan detailnya, barangkali Papa bisa membantumu. Kalian ini baru punya anak lho, Zea, masa harus pisah? Kasihan Gala." Suaranya dipenuhi kekhawatiran.Zea menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. "Sejak dulu sebenarnya Kak Kenzie itu nggak memiliki perasaan padaku, Pa. Dalam artian… dia nggak mencintaiku. Kalau boleh jujur… dia menikahiku saja karena tau aku hamil. Kalau enggak karena aku hamil, dia nggak mau bertanggung jawab." Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.Mata Papa Bahri membulat, kejutan dan rasa sesak memenuhi dadanya. Dia seolah merasakan sakitnya Zea. "Kok bisa si Kenzie seperti itu padamu? Kalau dia sudah berbuat, harusnya dia mau bertanggung

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 106. Mau pisah

    "Terima kasih, Ma, karena Mama sudah mau menerimaku. Mama orang yang baik." Zea mengucapkan terima kasih dengan tulus, suaranya sedikit bergetar karena haru."Sama-sama. Kamu juga anak yang baik dan sangat manis." Mama Eva mencubit lembut pipi Zea dengan gemas, gerakannya penuh kasih sayang. Lalu, dengan hati-hati dia mulai menyuapi Zea soto ayam yang masih hangat."Oh ya, kalau boleh tau ... kalian tinggal di Jakarta selamanya, apa hanya sementara?" tanya Zea penasaran. Ada maksud tertentu juga yang ingin dia sampaikan. Tapi sebelum itu, dia ingin mengetahui lebih banyak tentang keluarga barunya."Melihat rumah makan nasi Padang Papa di sini cukup ramai, sepertinya Papa akan menetap tinggal di sini, Zea. Cuma ya mungkin kami juga harus pulang ke Karawang beberapa hari dalam sebulan untuk mengecek keadaan cabang utama yang ada di sana." Papa Bahri menjelaskan, suaranya terdengar ramah dan terbuka. Dia ingin Zea merasa nyaman dan diterima."

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 105. Jangan ceritakan ke Zea

    "Kita ke kantor polisi di mana Jamal melaporkan kasus ini, Yah, lalu setelah itu kita sogok polisi supaya menutup kasus itu." Kenzie memberikan saran yang menurutnya cepat dan tepat.Dia tahu, atau setidaknya begitu keyakinannya, bahwa polisi di Indonesia—seringkali bisa ditundukkan oleh uang. Sebuah realita pahit yang telah terpatri dalam benaknya."Ayah sudah melakukan itu, Ken. Tapi polisinya menolak." Suara Ayah Calvin terdengar lesu, menunjukkan kegagalannya dalam upaya tersebut."Kurang banyak mungkin Ayah ngasihnya. Berikan nominal dengan jumlah yang besar, Yah.""Ayah justru menawarkan berapapun yang mereka inginkan, tapi mereka tetap menolak dan menerima laporan dari Jamal, Ken," jawab Ayah Calvin sedih, suaranya dipenuhi keputusasaan."Kok bisa sih mereka nolak? Biasanya polisi 'kan ijo kalau sama duit." Kenzie tampak tidak percaya."Iya, Ayah juga heran." Ayah Calvin hanya bisa menggelengkan kepala, menunjukkan

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 104. Bagaimana caranya

    Hari sudah mulai gelap, menjelang magrib.Langit Jakarta berubah warna menjadi oranye kemerahan, namun Ayah Calvin dan Keiko belum juga kembali.Kecemasan mulai menggerogoti Kenzie. Berkali-kali dia mencoba menghubungi mereka, namun tak ada respon.Akhirnya, Kenzie memutuskan untuk pergi ke UGD terdekat. Dia harus mencari tahu sendiri apa yang terjadi.Setibanya di sana, suasana UGD yang ramai dan sedikit berisik malah membuat Kenzie semakin panik. Ditambah dia juga tak menemukan keberadaan orang tuanya di antara orang-orang di sana."Sus... mau nanya, korban anak kecil yang ditabrak mobil itu ke mana ya, sekarang?" Kenzie bertanya pada salah seorang suster yang tak sengaja lewat, suaranya sedikit gemetar. Langkah perempuan berseragam putih itu langsung terhenti."Atas nama siapa ya, Pak? Soalnya hari ini banyak pasien anak kecil yang tertabrak mobil," jawab suster itu dengan nada sopan, namun tetap profesional."Aduh, k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status