Home / Romansa / Malam Panas Dengan Mantan Suami / 20. Mengapa aku begitu berharap?

Share

20. Mengapa aku begitu berharap?

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2024-12-11 09:15:35

"Ini kopinya Kak, Pa. Maaf kalau lama, ya?" Kupandang wajah Papa dan Kak Calvin sebelum menaruh nampan di atas meja plastik. Tapi pria itu tak sedikitpun melirikku, dia justru terlihat membuang muka ke arah mobil.

Apakah dia masih marah padaku?

Tapi, bukankah dia juga sudah dengar sendiri bahwasanya masalah Kenzie terjadi karena permintaan Papa? Harusnya 'kan dia sudah tidak lagi marah padaku.

"Oh ya, Papa kerja apa sekarang? Apa masih nyupir?" tanya Kak Calvin yang kudengar mengganti topik obrolan.

"Iya, Papa masih nyupir, Cal," jawab Papa. "Kamu sendiri, apa kesibukannya sekarang? Dan kamu dari kapan di Indonesia? Terakhir kali Papa dengar dari Ayahmu ... kamu tinggal di Korea."

"Aku udah semingguan di Indonesia, Pa. Tapi memang kadang sebulan atau dua bulan sekali aku ke Korea, karena masih ada kerjaan di sana. Tapi ya nggak menetap juga karena aku nggak mungkin bisa meninggalkan kantorku di sini," jelas K
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
mommy can
Calvin masih mau lanjut ya sama Agnes?padahal masih cinta loh sama viona ada anak lagi apa nggak ribet? apa Agnes mau terima anak Calvin? paling Agnes nggak mau Agnes keliatan banget loh cuma suka duitnya doang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   21. Jaga bicaramu!

    Ting! Belum sempat aku membalas chat dari Nona Agnes, tapi dia sudah lebih dulu mengirimkanku chat lagi. [Aku tidak menerima penolakan! Pokoknya kalau kamu menolak ... aku akan memotong 50% gajimu!] Chat itu seperti sebuah ancaman bagiku. Ah tidak, aku tidak mau gajiku disunat olehnya. Bulan ini aku bekerja sudah sangat ekstra, apalagi ditambah dengan rencana menjebak Kak Calvin. Ya meskipun rencana itu gagal karena ulahku sendiri, tapi setidaknya aku sudah terlanjur terkena imbasnya. Terlanjur memadu kasih dengan Kak Calvin dan momen itu sulit sekali aku lupakan sampai sekarang. "Kamu kenapa, Vio? Apa ada masalah?" tanya Papa tiba-tiba, membuat diri ini langsung menoleh. "Enggak, Pa. Enggak apa-apa." Aku menggeleng lalu tersenyum. * * "Kenzie itu bukan tidak punya Ayah sebenarnya, hanya saja saya dan suami sudah berpisah." "Karena Kenzie masih terlalu kecil, jadi saya belum bisa memberitahu hal yang sebenar terjadi. Apalagi alasan kami bercerai." "Tapi saya h

    Last Updated : 2024-12-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   22. Tukang urut

    🌸🌸🌸🌸🌸"Kenapa kamu memakai kacamata hitam, Vio? Mana di dalam mobil lagi?" tanya Nona Agnes sambil mengemudi di sampingku. Kami berdua sudah berada di jalan, menaiki mobil pribadinya. Meskipun aku tidak bisa mengemudi mobil, Nona Agnes selalu menjadi pengemudi, meskipun kadang-kadang dia mengomel, meminta aku untuk belajar mengemudi. Sejatinya, bukan karena aku tidak mau belajar. Bahkan Papa sendiri sudah sering meminta aku untuk belajar mengemudi mobil. Namun, hatiku masih sempit, aku merasa takut. Tapi jika berbicara tentang motor, aku bisa mengendarainya. "Tidak apa-apa, Nona. Saya hanya sedang sakit mata, makanya saya memakai kacamata hitam karena khawatir Nona tertular," jawabku dengan berbohong. Sejujurnya, alasan aku memakai kacamata hitam adalah agar Omanya Kak Calvin tidak mengenaliku nanti.Lagian, aku dulu juga hanya sekali atau dua kali bertemu dengannya. Semoga saja dia sudah lupa dengan wajahku, meskip

    Last Updated : 2024-12-12
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   23. Berjuang sendiri

    "Iya, namamu. Kamu tentu punya nama 'kan, Nak?" "Namaku ...." Dengan jantung berdebar, bibirku gemetar saat ingin menjawab pertanyaan itu. Namun, sebelum kata-kata keluar dari mulutku, tiba-tiba terdengar suara yang memanggil namaku. "Bagaimana menurutmu, Viona? Apa aku cantik?" Suara lembut Nona Agnes memecah keheningan ruangan setelah keluar dari ruang ganti bersama pelayan butik. "Namamu Viona, Nak?" tanya Oma Bella dengan ekspresi terkejut yang jelas terpancar dari wajahnya. Matanya kini memerhatikanku dari ujung kaki hingga kepala, membuatku merasa seperti terpapar sinar sorot yang tajam. Ah sial! Nona Agnes malah menyebut namaku tepat di depan Oma Bella. Aku terdiam, tanpa bisa berbohong, padahal sebelumnya aku berniat untuk mencari nama lain yang lebih aman."Oma ... bagaimana menurut Oma? Aku cantik nggak?" Nona Agnes bertanya dengan suara lembut, ekspresi cemas terpancar dari matanya yang memandang Oma Bella, menunggu jawaban

    Last Updated : 2024-12-12
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   24. Tidak ikhlas

    Dalam suasana yang hangat dan penuh kasih, Kak Calvin dengan lembut menggendong tubuh Kenzie dan mencium puncak rambutnya. "Om juga kangen banget sama Kenzie. Kenzie apa kabar? Sehat, kan?" Kenzie terlihat senang, wajahnya bahkan merona. "Kenzie baik. Tapi Om ke mana saja? Kok nggak pelnah ke sini? Apa Om sudah lupa sama Kenzie, ya?" tutur Kenzie dengan ekspresi cemberut dan sedikit manja, mengekspresikan kerinduan yang dalam. "Maafin Om, ya, Om akhir-akhir ini sibuk banget sampai nggak ke sini. Tapi Om selalu ingat kamu kok, Dek," jawab Kak Calvin dengan lembut. "Eh, ada kamu ke sini, Cal?" sapa Papa yang tiba-tiba muncul dari pintu. Dia tersenyum saat Kak Calvin mencium punggung tangannya. "Udah lama?" "Baru aja, Pa," jawab Kak Calvin sambil tersenyum."Kalau begitu ayok masuk ke dalam, Papa kebetulan tadi habis beli martabak. Biar enak sekalian ngobrol." Papa merangkul bahu Kak Calvin, menariknya untuk masuk ke dalam. Tapi kedua ka

    Last Updated : 2024-12-13
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   25. Kehidupan masing-masing

    "Kenapa memangnya?" Kak Calvin justru memberikan pertanyaan balik. Namun, aku sudah memahami maksud dari jawaban yang dia berikan, bahwa memang Kak Calvin lah yang membelikan rumah baru untuk Nona Agnes. Sebegitu mudahnya? Apakah Kak Calvin tidak mempertimbangkannya dengan lebih matang? "Kenapa diam?" "Eh!" Aku terkejut mendengar Kak Calvin memanggilku. Lalu, aku tersenyum canggung. "Enggak apa-apa sih, Kak. Cuma sebelum Nona Agnes memiliki rumah baru... aku secara nggak sengaja mendengar dia dan Daddynya mengobrol." "Mengobrol tentang apa?" Kak Calvin kembali menatapku, tetapi kali ini dengan ekspresi penasaran. "Tentang Pak Erick yang mengalami kebangkrutan, dan rumahnya disita oleh pihak bank, Kak." "Oh, terus?"Apakah tidak apa-apa jika aku menceritakan semuanya?Tapi, mengapa harus disembunyikan? Selain itu, aku juga khawatir Kak Calvin dimanfaatkan. "Nona Agnes mengeluh, apakah mereka harus

    Last Updated : 2024-12-13
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   26. Apakah aku akan berdosa?

    Dalam suasana yang cukup tegang, Kak Calvin membelai rambut Kenzie sambil berkata, "Jadi, Dek .... Ayah dan Bundamu sebenarnya sudah berpisah, kami bercerai jauh sebelum kamu lahir ke dunia." Kenzie terkejut mendengar pengakuan ini. "Itulah sebabnya, Ayah selama ini tidak pernah datang menemuimu dan Bunda. Bukan berarti Ayah tidak menyayangimu, tapi karena Ayah sama sekali nggak tau, kalau Bunda ternyata hamil kamu." Ayah?! Aku sedikit kaget mendengar Kak Calvin yang mulai menyebut dirinya sebagai Ayah, tapi aku ikut senang dan terharu. "Tapi ... Belcelai itu apa? Kenzie nggak ngelti?" tanya Kenzie dengan polos, sambil bola matanya mulai berkaca-kaca. Apakah dia sedih? Ah tidak! Harusnya Kenzie bahagia sekarang. Kak Calvin menjelaskan dengan lembut, "Bercerai itu sama seperti kita berpisah, intinya seperti sudah tak lagi ada hubungan. Kami juga sudah hidup masing-masing sekarang, Dek," sambil m

    Last Updated : 2024-12-14
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   27. Mana buktinya?

    "Agnes tidak mungkin tidak menerima Kenzie, dia pasti akan menerimanya," jawab Kak Calvin yang terdengar yakin."Apa Kakak yakin?" Meski begitu, aku masih berusaha untuk meyakinkannya."Tentu saja yakin. Agnes itu sangat mencintaiku, pasti dia juga bisa mencintai Kenzie.""Kamu ini bicara apa sih, Vio? Nggak mungkin lah calonnya Calvin tidak menerima Kenzie. Kamu jangan berpikir yang enggak-enggak deh," sahut Papa sedikit mengomel, membuatku menjadi kesal sendiri. Jujur, aku juga tidak suka dengan jawaban Kak Calvin yang terlihat membela Nona Agnes."Ya udah ya, Pa, aku pulang dulu. Nanti salamin ke Kenzie supaya jangan marah padaku, aku juga sangat berharap Kenzie dan Papa bisa datang ke acara pertunanganku besok.""Datang ke acara pertunangan?!" Papa tampak sedikit terkejut mendengar ajakan dari Kak Calvin. "Maksudnya, kamu mengundang Papa juga?""Tentu saja. Nanti Papa bisa datang bersama Kenzie, karena aku juga sekalian ingin

    Last Updated : 2024-12-14
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   28. Ide yang bagus

    "Aku cari ke dalam mobil dulu deh, sepertinya tertinggal di sana." Aku segera pamit, berlari keluar dari rumah.Dengan langkah tergesa-gesa, aku memutuskan untuk memeriksa mobil, yakin bahwa amplop yang hilang mungkin tertinggal di sana.Atau mungkin saja, amplop itu terjatuh di dalam mobil, berserak di antara kursi-kursi yang rapat."Pak! Boleh aku meminta bantuan Bapak sebentar?" pintaku kepada satpam rumah Ayah, dengan harapan beliau bersedia membantu dalam pencarian yang mendesak ini, supaya benda itu segera ketemu."Minta tolong apa ya, Pak?" Pria berseragam hitam itu langsung berlari mendekati mobil. Tanpa ragu, aku membuka pintu mobil, mempersilakan beliau masuk."Tolong bantu aku mencari amplop putih di dalam mobil. Sepertinya jatuh, Pak," jelasku dengan suara gemetar, penuh kekhawatiran."Oh, baiklah, Pak." Pak Satpam mengangguk, lalu dengan sigap, beliau memasuki mobil dan bersama-sama kami menyusuri setiap sudut mobil, mencari-cari amplop yang hilang.Namun, setelah beberap

    Last Updated : 2024-12-15

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 51. Zea sudah dijodohkan

    "Kami orang tua Kenzie, Pak," Ayah Calvin memulai, suaranya tenang namun tegas, menjawab pertanyaan Papa yang masih ternganga. Sorot matanya serius, menunjukkan kesungguhan niatnya. "Kedatangan kami untuk mempererat hubungan keluarga, berharap kita bisa menjadi besan." Kalimat itu diutarakan dengan penuh hormat, menunjukkan rasa saling menghargai.Papa terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Matanya membesar, kejutan tergambar jelas di wajahnya yang biasanya tenang. Alisnya terangkat, menunjukkan betapa tak terduga pernyataan Ayah Calvin."Besan...? Tadi... kalian menyebut siapa?? Kenzie?" Ucapannya terbata-bata, mengungkapkan kebingungan yang mendalam. Dia tampak berusaha mengingat-ingat, mencari-cari jejak kenangan tentang nama yang disebutkan.Ayah Calvin mengangguk pelan, memperkuat pernyataannya. "Ya, Pak, Kenzie. Apakah Bapak masih ingat? Zea pernah mengatakan dia pernah datang ke rumah Bapak bersama Kenzie." S

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 50. Kamu cantik

    "Nggak usah, Yah. Aku bisa beli sendiri kok," balasku menolak usulan baik dari Ayah Calvin. Lagipula, Pak Kenzie bukanlah pasanganku, aku merasa tidak nyaman dan malas pergi bersamanya. "Jangan sendiri, kamu sedang hamil," Ayah Calvin berkomentar, nada suaranya menunjukkan kepeduliannya. "Nanti siang deh kita ke mall buat beli baju, ya, Zea? Kalau pagi begini mall 'kan belum buka," Pak Kenzie menyambar kesempatan itu, mengajukan tawaran. "Aku .…" Aku ragu, sebetulnya ingin menolak. Namun, tatapan Ayah Calvin yang penuh perhatian membuatku sulit untuk menolak. Aku mengangguk setuju, suaraku terdengar lirih. "Oke." Aku berharap, ini hanyalah kunjungan singkat ke mall, tanpa ada kejadian yang tidak diinginkan. "Ya sudah sekarang kalian mandi. Kamu juga hari ini harus masuk ke kantor, ya, Ken. Udah berapa hari coba kamu libur kerja? Bisa bangkrut lama-lama perusahaanmu." Ayah Calvin kembali mengomel, suaranya terdengar tegas, menunjukkan otoritasnya sebagai seorang ayah. Dia menarik

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 49. Wanita hamil bisa sensitif

    "Aku ke dapur." "Dapur? Jadi kamu semalaman tidur di dapur?? Lho, Zea… harusnya kamu jangan melakukan hal itu!" suaranya meninggi, nada ketidakpercayaan dan bahkan sedikit amarah tersirat di balik kata-katanya. Matanya menyipit, seolah tak percaya dengan pengakuanku yang sederhana itu. Dia pikir aku gila? Mana mungkin aku menyiksa diriku dengan tidur di dapur? "Aku ke dapur cuma mau minum," kataku, berusaha menjaga nada suaraku tetap tenang, meskipun dalam hati aku sudah berteriak kesal. "Tapi semalam kamu tidur, kan?" Tangannya tiba-tiba menangkup wajahku, sentuhannya yang tak terduga membuatku tersentak kaget. Jari-jarinya yang menyentuh pipiku terasa begitu lembut. Untuk sesaat, pandangan kami bertemu, tatapannya yang intens membuatku tak nyaman. Jantungku berdegup kencang dan seperti ada kupu-kupu di perutku. Segera kutepis tangannya dengan gerakan cepat dan menundukkan pand

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 48. Jangan pergi

    Segera kutepis kasar lengannya dan mundur beberapa langkah, menjauhkan diri dari sentuhannya. Rasa takut yang luar biasa membanjiri hatiku. "Zea, jangan pergi!" Pak Kenzie menarikku kembali, tangannya kuat dan mendesak. Dia menutup pintu dan kali ini menguncinya. "Aku hanya ingin tidur ditemani, aku takut tidur sendirian," katanya, suaranya sedikit gemetar, namun aku meragukan kejujurannya. Ketakutan? Itu hanyalah kedok, sebuah alasan yang dibuat-buat untuk menutupi niat sebenarnya. Aku bisa merasakannya. Rasa curiga dan ketidaknyamanan mencengkeramku. Aku berusaha tenang, namun jantungku berdebar-debar. "Begini saja deh ...," katanya, terlihat tengah mengusulkan ide. "Kita tidak perlu tidur satu ranjang. Kalau memang kamu takut padaku, aku bisa tidur di lantai atau di sofa. Bagaimana?" Dia mencoba menawarkan solusi, berharap dapat mengakhiri situasi ini dengan

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 47. Tidur bareng

    "Meninggal enggaknya aku nggak tau, Pak. Tapi meskipun masih ada… dia tetap tidak bisa menjadi wali nikahku. Karena aku anak hasil zina.” Pengakuan Zea membuat suasana menjadi hening sesaat. “Astaghfirullah ....” Ayah Calvin beristigfar, kejutan dan rasa iba tergambar jelas di wajahnya setelah mendengar pengakuan Zea. Wajah Zea pun tampak sendu, menunjukkan beban berat yang selama ini dia pikul. “Maaf ya, Zea. Ayah nggak bermaksud membuatmu sedih.” “Nggak apa-apa, Pak.” Zea menggeleng lemah, mencoba tersenyum untuk meyakinkan Ayah Calvin. “Meskipun keadaannya begitu, tapi nggak apa. Nanti setelah Kenzie resmi bercerai… Ayah berencana untuk menemui papamu, boleh ya?” Ayah Calvin melanjutkan, menunjukkan keseriusannya untuk menerima Zea apa adanya. “Boleh aja, Pak. Nggak masalah.” Zea mengangguk, setuju dengan rencana Ayah Calvin. “Jangan panggil Bapak, panggil Ayah saja. Ayah ‘kan sebentar lagi akan jadi Ayah

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 46. Mengobrol berdua

    Setelah mandi, Zea bergegas keluar dari kamar. Bibi telah memberitahukan bahwa Bunda Viona dan Ayah Calvin menunggunya di ruang makan. Namun, yang dilihatnya saat memasuki ruangan itu melampaui ekspektasinya. Bukan hanya kedua orang tua Kenzie, tetapi juga Kenzie, duduk tenang di salah satu kursi meja makan persegi empat. Aroma masakan yang menggugah selera memenuhi ruangan, bercampur dengan aroma bunga melati dari vas di tengah meja. Hidangan beraneka ragam tersaji melimpah; telur balado yang merah menyala, ayam goreng yang mengkilat keemasan, sayur brokoli, dan masih banyak lagi. Meja itu tampak penuh, hampir tak tersisa ruang kosong. Degupan jantung Zea berdebar tak karuan. Sebuah rasa gugup yang tak terjelaskan menjalar di tubuhnya. "Kamu sudah mandi, Zea? Ayok duduk di sampingku," ucap Kenzie, suaranya lembut namun membuat jantung Zea berdetak lebih cepat. Dia berdiri, lalu dengan gerakan halus mendorong kursi di sampingnya, mengundang Zea untuk bergabung. "Di... di samping

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 45. Sangat mencintai Kenzie

    (POV Author)"Arrrgghh... Aku bisa gila kalau begini terus!"Helen menggeram kesal, tangannya frustasi menjambak rambutnya yang panjang.Sudah tiga hari dia menjalani hukuman: dikurung di kamar tanpa ponsel, terisolasi dari dunia luar, dan pintunya dikunci rapat. Suasana pengap dan sunyi semakin menambah kejengkelannya.Kemarahan Papi Janur masih terasa seperti bayangan yang menghantuinya. Dia masih bisa membayangkan betapa dahsyatnya amarah sang papi saat mengetahui apa yang telah dia lakukan. Helen menggigit bibirnya.Tapi untunglah, Papi Janur masih mengingat bahwa Helen sedang mengandung. Jika tidak, hukuman ini pasti jauh lebih kejam dan mengerikan. Bayangan cambukan dan hukuman fisik lainnya menghantui pikiran Helen, membuat tubuhnya menggigil. Dia bersyukur atas belas kasihan papinya yang sangat terbatas itu, meskipun tetap terasa seperti siksaan."Semua ini gara-gara Heru! Bre*ngsek! Pengacau! Meskipun aku sudah me

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 44. Calon istri

    "Maaf, aku tidak sengaja," jawab Pak Kenzie dengan nada santai.Tidak sengaja katanya? Bohong! Mataku sendiri melihat bagaimana tangannya dengan sengaja mendorong bubur itu."Panggilkan petugas kebersihan, Mal. Bersihkan bekas bubur ini," perintahnya kepada Pak Akmal tanpa sedikit pun penyesalan. Pak Akmal mengangguk patuh, lalu meninggalkan ruangan."Kamu sekarang sarapan dulu, ya? Aku sudah membelikan bubur untukmu." Pak Kenzie menyodorkan mangkuk bubur dari atas meja troli, sendok berisi bubur diulurkan ke arahku. Sejujurnya, selera makanku sudah hilang. Yang kurasakan hanyalah rasa mual dan keengganan terhadap kebaikannya. Bubur Pak Bahri, itu yang kutinginkan. Tapi untuk menolak Pak Kenzie , aku merasa tidak enak. Ketegangan di antara Pak Kenzie dan Pak Bahri terasa mencekam, aku tak ingin membuat masalah."Ayo... buka mulutmu. Nanti buburnya dingin dan tidak enak. Kamu 'kan belum makan sejak kemarin." Suaranya terdengar memaksa.

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 43. Ingat umur

    "Zea belum makan apa pun sejak siang tadi, Pak," lapor Akmal lirih, mendekat ke arah Kenzie. Sejak kedatangan Kenzie, dia duduk di depan kamar rawat. Kenzie tersentak lalu menoleh, tubuhnya tampak menegang. "Kok belum makan? Kenapa? Apa suster tidak mengantar makanan?" Suaranya bergetar, kecemasan terpancar jelas dari sorot matanya yang sayu. "Sudah, Pak. Tapi Zea menolaknya." "Harusnya kamu tawarkan makanan lain, Mal," desahnya, nada suaranya terdengar menyalahkan Akmal. Dia telah menitipkan Zea, dan seharusnya Akmal bisa bertanggung jawab sepenuhnya. "Makanan rumah sakit memang tidak seenak makanan rumahan, wajar kalau Zea tidak berselera." "Saya sudah menawarkan makanan dari restoran depan, Pak. Berbagai macam sudah saya belikan, dari makanan berat hingga yang manis. Tapi Zea tetap menolaknya. Lihat saja .…" Akmal menunjuk ke arah jendela. Beberapa bungkus makanan tergeletak tak tersentuh di atas meja. "Itu semua belum d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status