Share

36. Menginap

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2024-12-23 07:11:42

"Mas bicara serius 'kan? Nggak lagi bercanda??" tanya Agnes dengan ekspresi terkejut yang begitu jelas terlihat di matanya yang membulat sempurna.

"Iya, aku serius," jawabku sambil mengangguk mantap.

Kedua tangan Agnes terlihat mengepal di atas kedua pahanya, namun tiba-tiba dia langsung memeluk tubuhku dengan erat, seolah-olah takut aku akan pergi.

"Apa ini berarti Mas masih memiliki perasaan terhadap Viona? Masih mencintainya?" tanya Agnes dengan nada yang terdengar sedikit mengintimidasi.

"Tentu saja tidak, Sayang. Kamu tahu kan, bahwa aku sudah move on dari Viona. Hanya kamu ... perempuan yang aku cintai di dunia ini," jawabku mencoba meyakinkannya, meskipun rasa ragu kembali muncul.

Ah, mengapa aku tidak bisa bersikap biasa saja terhadap Agnes? Dengan mencintainya secara bebas dan membiarkan diri ini nyaman di dekatnya?

Sampai detik ini pun, aku masih merasa tidak nyaman berada dalam pelukannya. Aku sendiri merasa sangat heran dengan diri sendiri.

"Aku pegang kata-kata Mas dan ak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aishwa Maira
digas wae lagian nek km nikah ma agnes ujung2e yo u nyesel
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 93. Pertimbangan panjang

    "Kak Kenzie sedang pergi dengan Opanya, Pak," jawabku."Oh pergi. Ya sudah... Bapak tunggu dia sampai pulang saja di sini.""Kalau ditungguin biasanya lama, Pak." Aku tidak enak saja takut Pak Bahri bosan. Menunggu memang menjadi sesuatu hal yang membosankan, apalagi dalam situasi menegangkan seperti ini."Enggak apa-apa. Lama juga nggak mungkin sampai dua hari." Suaranya terdengar lebih lembut, mencoba meyakinkanku, mencoba untuk meredakan kekhawatiran yang tersirat dalam ucapanku."Biar Ayah yang menemani Pak Bahri di sini, Zea," ucap Ayah, suaranya hangat, menawarkan bantuan dengan penuh kelembutan. Lalu menatap Pak Bahri. "Ayok diminum dulu kopinya, Pak.""Iya, Pak." Pak Bahri mengangguk lalu meraih secangkir kopi itu."Kamu balik lagi ke kamar yuk, Zea, istirahat," ucap Bunda, suaranya lembut, menawarkan pelukan tanpa kata. Dia tiba-tiba memegang tanganku, sentuhannya terasa begitu hangat dan menenangkan. Dia seol

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 92. Memberikan bukti

    "Anak kandung? Apa maksud Bapak?" tanya Ayah, suaranya berat, mencerminkan keterkejutan dan kebingungan yang sama denganku.Dia dengan lembut namun tegas melepaskan pelukan Pak Bahri dariku. Pria itu kembali duduk ke kursinya, wajahnya tampak tegang, bayangan keraguan dan penyesalan samar-samar terlihat di matanya."Iya, Pak. Jadi saya adalah Papa kandungnya Zea," jawab Pak Bahri, suaranya terdengar parau, seperti menahan beban berat yang telah lama dipikulnya."Bagaimana bisa Bapak jadi Papa kandungku?" tanyaku, suaraku bergetar, penasaran membuncah memenuhi dada.Pertanyaan itu seakan terlontar tanpa kendali, mencerminkan kebingungan dan ketidakpercayaan yang menguasai pikiranku.Saat itu juga, Bunda datang dengan membawa nampan berisi minuman; dua cangkir kopi hitam yang mengepulkan aroma harum, dan segelas jus berwarna hijau segar. Seperti jus alpukat. Namun, aroma kopi dan jus itu seakan tak mampu menandingi aroma keteganga

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 91. Anak kandung

    "Di luar ada orang yang mengaku namanya Bahri, katanya ingin bertemu denganmu, Nak," ujar Bunda, suaranya sedikit waspada."Bertemu denganku?" Dahiku berkerut. Langkah kakiku cepat membawaku keluar kamar dan turun dari tangga, Bunda mengikuti dari belakang sampai aku keluar rumah.Di luar gerbang, di bawah terik matahari siang, terlihat Pak Bahri berdiri di sana. Wajahnya yang tampak sedikit lelah, namun senyum tipis terukir di bibirnya saat tatapannya bertemu denganku. Satpam rumah terlihat sigap, menjaga agar Pak Bahri tak masuk. Gerbang rumah menjadi penghalang, menciptakan jarak antara kami."Zea!!" Suaranya terdengar jelas, meski sedikit serak. Dia melambaikan tangan, sebuah gestur yang terasa hangat di tengah terik matahari. "Boleh Bapak mengobrol denganmu? Ada hal penting yang ingin Bapak sampaikan." Nada suaranya terdengar serius, menarik perhatianku."Kamu kenal dia?" Bunda kembali bertanya, suaranya masih dipen

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 90. Sembilan bulan

    "Dokter meminta Pak Kenzie sebagai penanggung jawab untuk menghubungi pihak keluarganya, Nona. Karena Pak Jamal harus melakukan CT scan,” jelasnya."CT scan itu apa?" tanyaku bingung."Saya juga kurang tau." Pria itu menggeleng, tampak tak mengerti sama sepertiku."CT scan itu mirip dengan rontgen, Mbak, untuk melihat bagian dalam. Mbak tau rontgen, kan?" Kata Keiko menjelaskan sedikit, suaranya lembut, mencoba menenangkan kegelisahanku. Penjelasannya, walaupun sederhana, membuatku sedikit paham."Oohh. Iya, aku tau, Ke." Aku mengangguk cepat. "Ini berarti Mas Jamal dalam kondisi serius dong?" Pertanyaanku terlontar tanpa bisa kucegah, menunjukkan betapa khawatirnya aku."Sepertinya begitu." Keiko menjawab singkat, namun suaranya terdengar penuh empati."Sebentar lagi keluarganya Jamal sampai, aku sudah menghubunginya," ucap Kak Kenzie yang tiba-tiba datang menghampiri kami. Suaranya terdengar tenang, namun matanya menunjukkan kelelahan yang teramat dalam. "Kamu kok ada di s

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 89. Biar aku yang urus

    Setibanya di rumah sakit, suasana gaduh ruang UGD terasa mencekam. Mas Jamal langsung dibawa masuk, diburu-buru oleh para petugas medis. Bau disinfektan tajam menusuk hidungku, campur aduk dengan aroma darah yang masih tertinggal di udara. Kecemasan menggigitku.Sembari menunggu kabar dari ruang UGD, Kak Kenzie memintaku mengantarnya ke dokter umum untuk memeriksa luka-lukanya. Beberapa pria yang tadi membantu, masih menunggu di depan ruang UGD, wajah-wajah mereka tegang."Lho, Pak, apa Bapak baik-baik saja?" tanya Pak Akmal, suaranya terdengar khawatir saat kami keluar dari ruang pemeriksaan. Dia mendekat, mengamati wajah Kak Kenzie dengan seksama, jari-jarinya menyentuh luka lebam di pipi Kak Kenzie dengan hati-hati. "Kenapa Bapak bisa babak belur seperti itu?""Nanti aku jelaskan," jawab Kak Kenzie, suaranya sedikit serak. Dia lalu menatapku, tatapannya penuh kekhawatiran. "Kamu duduklah di sana dulu. Aku mau ngobrol dulu dengan Akmal, hanya sebentar. Tapi kamu ja

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 88. Telah menganggu istriku!

    (POV Zea)Semuanya terjadi begitu cepat, bagai kilat yang menyambar di tengah kesunyian mencekam itu.Matahari pagi belum sepenuhnya menampakkan diri, hanya sedikit cahaya redup yang menerobos celah-celah pepohonan rindang. Bayangan panjang terbentang di atas batu nisan yang kusam, menciptakan suasana yang semakin kelam.Amarah membuncah dari dalam diri Kak Kenzie, sebuah ledakan emosi yang tak terbendung di tengah kesunyian pagi yang dingin dan sunyi ini. Dengan satu pukulan telak, tinjunya mendarat tepat di rahang Mas Jamal.Bugghhh!! Darah segar menyembur dari bibir Mas Jamal."Br*engsek!" geram Mas Jamal, suaranya bergetar menahan sakit. Dia mendorong tubuh Kak Kenzie dengan sekuat tenaga, menjatuhkannya beberapa langkah dariku. Dan tanpa ampun, balasannya datang. Tinju Mas Jamal mendarat di wajah Kak Kenzie.Buggh!!Kak Kenzie langsung membalas, suaranya tertahan oleh rasa sakit yang menusuk. Kali ini, pukulannya mengenai perut Mas Jamal. "Kau lebih bre*ngsek! Ja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status