Share

37. Viona menyukaiku?

Penulis: Rossy Dildara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 15:50:29

"Memangnya kenapa kalau kita tidul beltiga di sini, Ayah?"

Kenzie justru berbalik bertanya padaku. Ya ampun, bukankah sudah sering kukatakan, ya? Kenapa dia masih belum paham juga?

Tapi, umur Kenzie masih terlalu kecil, wajar jika dia seperti ini. Mungkin, akulah yang harus lebih sabar.

Tatapan polos Kenzie membuat hatiku luluh. Aku mencoba menjelaskan dengan lembut, "Enggak bisa, Dek. Kan Ayah sudah bilang ... kalau Bunda dan Ayah nggak bisa bersama. Jadi kalau memang kamu mau tidur sama Ayah ... ya kita tidur berdua saja, di kamar Ayah, bagaimana?"

"Belalti Bunda ditinggal di sini sendilian dong, Ayah? Kasihan Bunda." Kenzie merengut, matanya terlihat berkaca-kaca memerhatikan Viona yang masih terlelap.

"Justru kalau kita bertiga, itu akan mengganggu Bunda, Dek. Kamu bilang 'kan kita main pesawat dulu sebelum tidur, nanti kalau kita mainnya di sini ... bisa-bisa Bunda kebangun, karena bisa saja kita berisik. Iya, kan?" Aku mencoba merayu.

Aku juga tidak ingin momen kebersamaanku den
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 93. Pertimbangan panjang

    "Kak Kenzie sedang pergi dengan Opanya, Pak," jawabku."Oh pergi. Ya sudah... Bapak tunggu dia sampai pulang saja di sini.""Kalau ditungguin biasanya lama, Pak." Aku tidak enak saja takut Pak Bahri bosan. Menunggu memang menjadi sesuatu hal yang membosankan, apalagi dalam situasi menegangkan seperti ini."Enggak apa-apa. Lama juga nggak mungkin sampai dua hari." Suaranya terdengar lebih lembut, mencoba meyakinkanku, mencoba untuk meredakan kekhawatiran yang tersirat dalam ucapanku."Biar Ayah yang menemani Pak Bahri di sini, Zea," ucap Ayah, suaranya hangat, menawarkan bantuan dengan penuh kelembutan. Lalu menatap Pak Bahri. "Ayok diminum dulu kopinya, Pak.""Iya, Pak." Pak Bahri mengangguk lalu meraih secangkir kopi itu."Kamu balik lagi ke kamar yuk, Zea, istirahat," ucap Bunda, suaranya lembut, menawarkan pelukan tanpa kata. Dia tiba-tiba memegang tanganku, sentuhannya terasa begitu hangat dan menenangkan. Dia seol

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 92. Memberikan bukti

    "Anak kandung? Apa maksud Bapak?" tanya Ayah, suaranya berat, mencerminkan keterkejutan dan kebingungan yang sama denganku.Dia dengan lembut namun tegas melepaskan pelukan Pak Bahri dariku. Pria itu kembali duduk ke kursinya, wajahnya tampak tegang, bayangan keraguan dan penyesalan samar-samar terlihat di matanya."Iya, Pak. Jadi saya adalah Papa kandungnya Zea," jawab Pak Bahri, suaranya terdengar parau, seperti menahan beban berat yang telah lama dipikulnya."Bagaimana bisa Bapak jadi Papa kandungku?" tanyaku, suaraku bergetar, penasaran membuncah memenuhi dada.Pertanyaan itu seakan terlontar tanpa kendali, mencerminkan kebingungan dan ketidakpercayaan yang menguasai pikiranku.Saat itu juga, Bunda datang dengan membawa nampan berisi minuman; dua cangkir kopi hitam yang mengepulkan aroma harum, dan segelas jus berwarna hijau segar. Seperti jus alpukat. Namun, aroma kopi dan jus itu seakan tak mampu menandingi aroma keteganga

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 91. Anak kandung

    "Di luar ada orang yang mengaku namanya Bahri, katanya ingin bertemu denganmu, Nak," ujar Bunda, suaranya sedikit waspada."Bertemu denganku?" Dahiku berkerut. Langkah kakiku cepat membawaku keluar kamar dan turun dari tangga, Bunda mengikuti dari belakang sampai aku keluar rumah.Di luar gerbang, di bawah terik matahari siang, terlihat Pak Bahri berdiri di sana. Wajahnya yang tampak sedikit lelah, namun senyum tipis terukir di bibirnya saat tatapannya bertemu denganku. Satpam rumah terlihat sigap, menjaga agar Pak Bahri tak masuk. Gerbang rumah menjadi penghalang, menciptakan jarak antara kami."Zea!!" Suaranya terdengar jelas, meski sedikit serak. Dia melambaikan tangan, sebuah gestur yang terasa hangat di tengah terik matahari. "Boleh Bapak mengobrol denganmu? Ada hal penting yang ingin Bapak sampaikan." Nada suaranya terdengar serius, menarik perhatianku."Kamu kenal dia?" Bunda kembali bertanya, suaranya masih dipen

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 90. Sembilan bulan

    "Dokter meminta Pak Kenzie sebagai penanggung jawab untuk menghubungi pihak keluarganya, Nona. Karena Pak Jamal harus melakukan CT scan,” jelasnya."CT scan itu apa?" tanyaku bingung."Saya juga kurang tau." Pria itu menggeleng, tampak tak mengerti sama sepertiku."CT scan itu mirip dengan rontgen, Mbak, untuk melihat bagian dalam. Mbak tau rontgen, kan?" Kata Keiko menjelaskan sedikit, suaranya lembut, mencoba menenangkan kegelisahanku. Penjelasannya, walaupun sederhana, membuatku sedikit paham."Oohh. Iya, aku tau, Ke." Aku mengangguk cepat. "Ini berarti Mas Jamal dalam kondisi serius dong?" Pertanyaanku terlontar tanpa bisa kucegah, menunjukkan betapa khawatirnya aku."Sepertinya begitu." Keiko menjawab singkat, namun suaranya terdengar penuh empati."Sebentar lagi keluarganya Jamal sampai, aku sudah menghubunginya," ucap Kak Kenzie yang tiba-tiba datang menghampiri kami. Suaranya terdengar tenang, namun matanya menunjukkan kelelahan yang teramat dalam. "Kamu kok ada di s

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 89. Biar aku yang urus

    Setibanya di rumah sakit, suasana gaduh ruang UGD terasa mencekam. Mas Jamal langsung dibawa masuk, diburu-buru oleh para petugas medis. Bau disinfektan tajam menusuk hidungku, campur aduk dengan aroma darah yang masih tertinggal di udara. Kecemasan menggigitku.Sembari menunggu kabar dari ruang UGD, Kak Kenzie memintaku mengantarnya ke dokter umum untuk memeriksa luka-lukanya. Beberapa pria yang tadi membantu, masih menunggu di depan ruang UGD, wajah-wajah mereka tegang."Lho, Pak, apa Bapak baik-baik saja?" tanya Pak Akmal, suaranya terdengar khawatir saat kami keluar dari ruang pemeriksaan. Dia mendekat, mengamati wajah Kak Kenzie dengan seksama, jari-jarinya menyentuh luka lebam di pipi Kak Kenzie dengan hati-hati. "Kenapa Bapak bisa babak belur seperti itu?""Nanti aku jelaskan," jawab Kak Kenzie, suaranya sedikit serak. Dia lalu menatapku, tatapannya penuh kekhawatiran. "Kamu duduklah di sana dulu. Aku mau ngobrol dulu dengan Akmal, hanya sebentar. Tapi kamu ja

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 88. Telah menganggu istriku!

    (POV Zea)Semuanya terjadi begitu cepat, bagai kilat yang menyambar di tengah kesunyian mencekam itu.Matahari pagi belum sepenuhnya menampakkan diri, hanya sedikit cahaya redup yang menerobos celah-celah pepohonan rindang. Bayangan panjang terbentang di atas batu nisan yang kusam, menciptakan suasana yang semakin kelam.Amarah membuncah dari dalam diri Kak Kenzie, sebuah ledakan emosi yang tak terbendung di tengah kesunyian pagi yang dingin dan sunyi ini. Dengan satu pukulan telak, tinjunya mendarat tepat di rahang Mas Jamal.Bugghhh!! Darah segar menyembur dari bibir Mas Jamal."Br*engsek!" geram Mas Jamal, suaranya bergetar menahan sakit. Dia mendorong tubuh Kak Kenzie dengan sekuat tenaga, menjatuhkannya beberapa langkah dariku. Dan tanpa ampun, balasannya datang. Tinju Mas Jamal mendarat di wajah Kak Kenzie.Buggh!!Kak Kenzie langsung membalas, suaranya tertahan oleh rasa sakit yang menusuk. Kali ini, pukulannya mengenai perut Mas Jamal. "Kau lebih bre*ngsek! Ja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status