Share

5. Kakak memperk*saku

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2024-10-19 08:13:01

Bunyi hape seketika memecah keheningan, buru-buru kuambil kembali benda itu di atas kasur. Berharap Viona yang menghubungi, tapi ternyata Daddyku yang bernama—Erick.

"Halo, Dad," ucapku yang baru saja mengangkat panggilan.

"Halo, bagaimana? Kamu udah berhasil tidur dengan Calvin, kan?"

"Belum, Dad."

"Kok bisa belum? Bukannya semalam kamu bilang, kamu sudah reservasi hotel buat menjebak Calvin, ya?"

"Iya. Tapi itu dia ... kan semalam aku meminta bantuan Viona, dia sendiri bilang rencana kita lancar dan sedang menuju hotel, tapi anehnya, sampai sekarang belum sampai juga, Dad," jawabku bingung.

"Salah alamat nggak kamunya? Kan kamu tau sendiri bagaimana Viona, dia kadang agak begoo."

"Bener kok, Dad," jawabku dengan yakin.

"Sekarang udah dihubungi apa belum? Coba ditelepon Viona."

"Udah dari tadi, tapi enggak diangkat-angkat. Nomor Mas Calvin juga nggak aktif, Dad."

"Ya udah, sekarang kamu pergi aja ke rumah Calvin. Tunggu dia sampai pulang, nanti habis itu kamu tanya deh ... ke mana saja semalaman."

"Oke, Dad. Ya udah, aku tutup teleponnya, ya."

"Iya."

Setelah menutup panggilan, segera aku beres-beres dan mengganti pakaian. Siap untuk check out dari hotel.

***

POV Viona.

"Astaghfirullahallazim ... apa yang terjadi?!"

Seseorang terdengar menyeru di sampingku, membuat tidurku terbangun. Dengan perlahan, aku mulai mengerjap-ngerjapkan mata dan sontak mata ini membulat melihat Kak Calvin yang sudah menatapku dengan serius.

"Viona, apa yang terjadi? Kenapa kita ada di hotel dan dengan keadaan telaanjang??"

Lho, kok dia tanya begitu padaku? Apakah dia tidak ingat apa-apa?

Ah mustahil, kita bahkan bercinta sampai aku tiga kali keluar.

"Viona ... jawab aku!!" tekan Kak Calvin dengan suara yang kali ini cukup keras, hingga membuat diri ini terperanjat.

"A-apa Kakak lupa? Kakak nggak ingat tentang semalam?" tanyaku sedikit terbata. Setidaknya aku harus mengatakan bahwa dia telah memperkosaku, demi bisa menyembunyikan alasan dibalik peristiwa yang telah terjadi.

Meskipun rencana menjebak Kak Calvin gagal, sepertinya aku harus menutupinya, ini semua demi kebaikanku.

Kak Calvin tampak terdiam sambil menyentuh kepalanya. Sepertinya dia mencoba mengingat-ingat. Ah aku sih berharap dia ingat.

"Aku ingat bertemu denganmu di restoran, tapi itu hanya sebentar dan kita bahkan tidak mengobrol. Selanjutnya aku bertemu dengan rekanku," jelas Kak Calvin dengan raut bingung. Dari ekspresi wajahnya, tidak ada sedikitpun kebohongan yang terlihat.

Berarti, dia benar-benar lupa. Atau jangan-jangan itu pengaruh dari obat yang diberikan Nona Agnes?

Jadi itu obat untuk membuat orang lupa ingatan, ya?

Aneh sekali Nona Agnes ini. Padahal, dia yang bilang sendiri ingin dinikahi oleh Kak Calvin, tapi bisa-bisanya buat dia lupa kejadian semalam.

"Oh ya, aku juga ingat kalau kepalaku tiba-tiba sakit," kata Calvin yang kembali berbicara. "Terus aku bermimpi."

"Mimpi apa, Kak?"

"Mimpi kita bercinta. E-eh!" Tiba-tiba, Kak Calvin terlihat terkejut. Matanya membulat sempurna. "Apa jangan-jangan yang kumimpikan itu sebenarnya bukan benar-benar mimpi, ya? Tapi kenyataan?"

Nah lho, berarti dia ingat. Tapi mungkin agak samar-samar saja.

Segera, aku mengangguk cepat.

"Astaghfirullahallazim!!" Kak Calvin langsung mengusap kasar wajahnya, sembari mengacak rambutnya dengan frustasi. "Ya Allah, maafkan aku. Ayah ... maafkan aku. Tapi kok bisa-bisanya sih, Vio ... kita bercinta? Ini 'kan dosa, apalagi kamu istri orang."

Kak Calvin terlihat begitu sedih dan kecewa, sepertinya dia menyesali apa yang telah dia perbuat.

Ya Allah, padahal aku yang salah di sini. Dia juga pasti berpikir aku sudah berumahtangga dengan Kak Yogi.

"Viona ... apa kamu sama sekali nggak bisa menjelaskan apa-apa kepadaku? Tolonglah bicara, kalau memang aku ada menyakitimu ... aku bersedia bertanggung jawab," pinta Kak Calvin dengan suara lembut. Tatapan matanya terlihat penuh kasih, seperti merasa kasihan terhadap keadaanku.

"Semalam, Kakak sempat memperkosaku, Kak. Kejadian awalnya saat Kakak pingsan di restoran, aku berniat membantu Kakak tadinya." Aku sedikit bercerita, supaya membuat dia sedikit lebih tenang dan tidak menyalahkan diri sendiri. Karena aku semakin merasa berdosa nantinya.

"Ya Allah ...." Kak Calvin menghembuskan napasnya dengan berat. "Terus ... kok kita bisa ada di hotel sekarang?"

"Aku yang membawa Kakak, tapi atas permintaan Kakak juga karena pas dimobil sempat bangun. Tadinya aku berniat membawa Kakak ke rumah sakit, eh Kakak justru memaksaku untuk mengantar ke hotel. Ke kamar ini, sampai akhirnya Kakak memperkosaku."

Ya Allah, aku lagi-lagi berbohong. Padahal masih pagi. Maafkan aku.

"Ya ampun bodohnya aku!! Bisa-bisanya aku nggak ingat telah melakukan perbuatan bejat seperti ini!! Padahal aku sudah berjanji ingin menjadi pribadi yang lebih baik!!" Kak Calvin mengetok-getok kepalanya sendiri dengan tangannya penuh emosi. Rasa sesal itu kian terasa hingga membuat wajahnya memerah saat kembali menatapku. "Aku minta maaf, Vio. Kalau begitu ayok kita siap-siap, kita harus pergi ke kantor polisi."

Kak Calvin langsung turun dari kasur, lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Sepertinya mau dia pakai kembali.

"Mau ngapain ke kantor polisi, Kak?" Aku bertanya sambil menurunkan pandangan. Meskipun semalam sudah melihat dengan jelas tubuh polosnya, tapi tetap saja sekarang aku merasa malu.

"Kamu harus melaporkan kejadian ini. Nanti katakan pada pihak polisi kalau aku telah memperkosamu, ya!"

Mataku seketika membulat mendengarnya. Apa Kak Calvin ini gila? Bisa-bisanya dia memintaku untuk melaporkannya. Itu 'kan sama saja aku bunuh diri, kan aku yang salah.

"Enggak, Kak! Enggak perlu!" tolakku dengan gelengan kepala.

"Kok enggak perlu? Kamu 'kan perempuan, Vio. Kamu harus punya harga diri, apalagi kamu masih punya suami. Aku nggak mau hanya karena aku rumah tanggamu hancur, aku siap bertanggung jawab!" tegas Kak Calvin dengan sungguh-sungguh. Bahkan dia juga sudah menarik tanganku untuk beranjak dari kasur.

Ya ampun gawat! Ini tidak boleh terjadi.

"Enggak, Kakak!" Aku berusaha menolak sembari memegangi selimut untuk menutupi tubuh polosku. Semoga saja Kak Calvin mau mengerti. "Kita lupakan saja apa yang telah terjadi. Kita berdamai, nggak perlu pakai bawa-bawa polisi dan aku pun sudah memaafkan Kakak."

"Semudah itu?!" Kak Calvin terlihat bingung dan kecewa menatapku, kedua alis matanya terangkat dengan dahi sedikit berkerut. "Kok bisa? Itu 'kan sama saja kamu telah mengkhianati suamimu, Viona. Kamu nggak boleh seperti itu!"

Apa Kak Calvin merasa kasihan terhadap Kak Yogi?

"Iya, aku tau nggak boleh. Tapi ini hanya kecelakaan Kakak. Dan lebih baik masalah ini nggak perlu diketahui oleh siapa pun, termasuk Nona Agnes. Anggap saja enggak pernah terjadi apa-apa diantara kita," jelasku meminta pengertian.

"Agnes?! Kamu mengenal Agnes?" Kak Calvin terlihat semakin bingung.

"Iya." Aku mengangguk cepat. "Dia pacar Kakak, kan?"

"Iya, tapi kok kamu tau?"

"Nona Agnes itu bosku, Kak. Aku bekerja sebagai asistennya. Kalau sampai Nona Agnes tau ... apa yang terjadi di antara kita, Kakak bisa-bisa putus dengannya. Kan bahaya."

"Biarkan saja kalau memang putus. Aku nggak masalah," jawab Kak Calvin yang tampak sangat enteng.

Kok begitu jawabannya? Apa Kak Calvin tidak benar-benar mencintai Nona Agnes, ya?"

"Lho, kok begitu? Jangan dong, Kak. Nona Agnes itu sangat mencintai Kakak. Dia malah sering bercerita padaku, kalau dia ingin sekali Kakak lamar. Dia sudah sangat siap untuk menikah."

Semoga saja dengan aku mengatakan hal ini, Kak Calvin bisa langsung berpikir untuk cepat menikahi Nona Agnes. Jadi tidak perlu repot-repot perempuan itu melakukan rencana jahat lain terhadapnya. Aku juga tidak tega melakukannya, karena pastinya Nona Agnes kembali meminta bantuanku.

"Kamu nggak perlu mengurusi hubunganku dengan Agnes. Terserah aku mau menikah atau enggak sama dia." Nada suara Kak Calvin tiba-tiba berubah datar. Sorot matanya pun tampak tidak bersahabat.

Kenapa dengannya? Apa aku salah bicara, ya?

"Sekarang ... aku ingin memastikan sekali lagi." Kak Calvin tiba-tiba mendekat ke arah wajahku, ya ampun! Jantungku langsung berdebar begini dan keringat dingin pun jadi bermunculan. "Apakah kamu sungguh-sungguh ingin merahasiakan masalah ini? Nggak perlu memintaku untuk bertanggung jawab? Pikirkan baik-baik, Vio. Aku nggak mau nantinya kamu menyesal."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
bilang klu kamu g jadi nikah sama Yogi...biar Calvin tenang
goodnovel comment avatar
alex zafier
cerita ngealntur, ngentot kok bwa2 tuhan.. Gila yg nulis.
goodnovel comment avatar
Evelin Putri
viona bilang aja kenapa sih nggk jadi nikah sama Yogi!! .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 103. Aku malu

    Ayah Calvin, dengan wajah pucat pasi dan mata yang berkaca-kaca, akhirnya bisa menghentikan langkah Jamal. Lengan kekarnya menggenggam erat lengan Jamal."Jamal, jangan laporkan masalah ini ke polisi! Anakmu pasti akan sembuh dan semua biaya aku yang tanggung!" Suaranya bergetar, penuh keputusasaan.Belum sempat Jamal bereaksi, seorang polisi, tinggi besar dengan seragam rapi, tiba-tiba datang menghampiri mereka. Sorot matanya tajam, mengamati situasi dengan tenang."Maaf, ada yang bisa saya bantu, Pak?" suara polisi itu terdengar datar, profesional."Saya mau melaporkan seorang perempuan yang telah menabrak anak saya hingga membuatnya lumpuh, Pak," jawab Jamal cepat, suaranya masih bergetar, namun tekadnya bulat."Baik, kalau begitu Bapak bisa ikuti saya." Polisi itu menunjuk ke arah ruang pengaduan, langkahnya pasti. Namun, sebelum Jamal melangkah, Ayah Calvin kembali menghalangi, tubuhnya bergetar hebat. Dia masih berusaha men

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 102. Masa depannya masih panjang

    Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Sebuah celah sempit yang menjanjikan jawaban, namun juga menyimpan ketakutan. Seorang dokter pria, muncul dari baliknya. Pakaiannya serba biru dan tertutup rapat, hanya kedua matanya yang terlihat. Jamal, wajahnya pucat pasi, segera mendekat dengan kepanikan yang tak terbendung. "Bagaimana kondisi anak saya, Dok? Bagaimana operasinya?" Suaranya bergetar, penuh harap dan cemas. "Operasinya berjalan lancar, Pak. Namun, ada hal yang perlu saya sampaikan ...." "Apa itu, Dok?" tanya Jamal penasaran. Ayah Calvin langsung berdiri dari duduknya, begitu pun dengan Keiko dan Bunda Viona. "Sebelumnya, apakah Anda semua keluarga pasien?" Dokter itu bertanya, tatapannya menyapu wajah Jamal, Ayah Calvin, dan Keiko yang berdiri di sana, terpaku. Dua orang asing yang sebelumnya bersama Keiko telah pergi, karena mereka sudah tak ada urusan

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 101. Bukanlah orang baik

    Setelah berhasil mengecek rekaman CCTV, Kenzie menarik napas panjang. Di layar monitor, terlihat jelas saat Papa Bahri turun dari mobilnya di parkiran, Papa Darman tiba-tiba muncul dan melayangkan pukulan tepat mengenai wajahnya. Sebuah serangan yang tiba-tiba dan tanpa peringatan. Namun, yang mengejutkan Kenzie, Papa Bahri tidak langsung membalas. Mereka sempat beradu mulut sebentar, jarak mereka cukup dekat sehingga bibir mereka terlihat bergerak, namun suara tidak terekam. Barulah setelah beberapa saat, Papa Bahri membalas serangan, dan perkelahian pun dimulai. Rekaman hanya menampilkan gambar, tanpa suara, sehingga Kenzie tak tahu isi percakapan mereka. Kekecewaan memenuhi hatinya. Bukti visual memang menunjukkan siapa yang memulai perkelahian, tetapi motivasi di baliknya masih menjadi misteri. "Waktu kamu lihat mereka berkelahi, kamu sempat dengar mereka ada ngomong tentang

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 100. Simpan saja maafmu!

    “Iya, Pak. Benar,” sahut salah satu dari mereka. Tatapannya mengamati Jamal dengan seksama, mencari kepastian. “Apakah Bapak keluarga dari Nena?” Pertanyaan itu diutarakan dengan nada yang penuh perhatian. “Yaa… aku keluarganya, aku Papanya Nena.” Suara Jamal sedikit bergetar, menunjukkan kecemasan dan kepanikan yang dia rasakan. Dia tak mampu menyembunyikan kekhawatirannya terhadap kondisi putrinya. “Papanya?!” Ayah Calvin reflek menyeru, suaranya meninggi karena terkejut. Dia tersentak kaget, tak mampu membayangkan skenario ini. Wajahnya menunjukkan campuran rasa kaget, tak percaya, dan sedikit simpati. Dia tidak pernah menduga bahwa bocah yang ditabrak Keiko adalah anaknya Jamal, sebuah fakta yang mengejutkan dan tak terduga. Selama ini, dia hanya tahu status Jamal yang menduda, itu pun informasi yang diperoleh dari Kenzie, tanpa detail lebih lanjut tentang kehidupan pribadi Jamal. “Bapak ikut saya untuk menemui Suster, dia meminta tanda tangan Bapak segera untuk proses operasi

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 99. Kronologinya

    (POV Author)“APA?! Berkelahi?!” Pekik Zea dan Kenzie serempak, mata mereka melebar tak percaya. Kaget bukan main, mereka sama sekali tak mampu membayangkan apa yang menyebabkan pertengkaran itu.“Iya, Pak. Sebaiknya Bapak ikut saya sebentar,” pinta Akmal, suaranya terdengar sedikit tegang.Opa Andre berdiri dengan sigap, wajahnya mencerminkan kekhawatiran. Tak lama, Oma Dinda, yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk masih melilit rambutnya, mendekati mereka.“Cepat ke sana, Ken. Biar Opa saja yang meneruskan menyuapi Zea,” ucap Opa Andre, suaranya lembut namun tegas. Ada keprihatinan yang tersirat di balik kata-katanya.“Iya, Opa.” Kenzie mengangguk, tatapannya tertuju pada Zea sejenak, seolah ingin menyampaikan ketenangan sebelum pergi. “Aku pergi dulu sebentar ya, Zea. Kamu habiskan makanmu.”Zea mengangguk cepat, matanya masih terpaku pada Kenzie yang bergegas pergi. Kenzie bersama Akmal menuju parkiran rumah sakit, langkahnya terasa berat.Di sana, dua sat

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 98. Gala Sky Prawira

    "Kenapa kamu bengong?" Suara Kak Kenzie, lembut namun sedikit khawatir, membuatku tersentak.Pandanganku masih terpaku pada makhluk mungil itu, bayi kecil yang baru saja hadir ke dunia.Benar kata Bunda, dia mirip sekali dengan Kak Kenzie, hidung mancung, mata sipit yang indah, dan senyum tipis yang samar-samar terlihat saat dia tertidur. Bahkan, ada sedikit kemiripan dengan Ayah Calvin."Kamu nggak senang, ya, kalau anak kita lebih mirip ke aku, bukan ke kamu?" Pertanyaannya kali ini, walaupun masih lembut, menunjukkan sedikit kecemburuan, membuatku menoleh padanya. Tatapannya penuh harap, mencari jawaban yang bisa menenangkan hatinya."Senang. Aku senang kok, Kak," jawabku cepat, suaraku terdengar serak."Kenapa harus pakai 'kok' segala sih, Zea? Kayak kepaksa gitu." Kak Kenzie mengerucutkan bibir, ekspresinya menunjukkan ketidakpuasan, bahkan sedikit kekesalan.Dia tampak tidak senang dengan jawabanku, atau mungkin dia curiga jika aku benar-benar tidak senang melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status