Share

4. Menggodanya

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2024-10-19 08:12:32

Setelah puas menciumiku tanpa ampun, bahkan hampir membuatku kehabisan oksigen, kini bibir Kak Calvin turun ke leher.

"Aahhhh!!" Aku terkejut, apa yang dia lakukan? Lidah, dia menyesap leherku sambil memainkan lidahnya dan itu sangat menggelitik hingga membuat seluruh tubuhku meremang.

Bahkan dapat kurasakan seluruh bulu romaku berdiri tegak.

Tapi, aku ingat bahwa aku belum mandi tadi sore. Pasti leher dan tubuhku ini beraroma kecut dan terasa asem, bisa-bisa Kak Calvin mual.

"Huuuekk!!"

Nah benar 'kan, baru saja aku menebak dan sekarang Kak Calvin terlihat seperti ingin muntah.

Aktivitas itu terhenti sejenak, tapi kulihat Kak Calvin tengah sibuk melepaskan jas dan kemejanya.

Ini kesempatan emas untukku supaya terlepas darinya, karena kalau sampai aku ketahuan Nona Agnes, bisa-bisa aku habis olehnya.

Setelah mengeluarkan tenaga dalam, akhirnya aku berhasil mendorong tubuhnya untuk menyingkir dari tubuhku. Kak Calvin terjungkal dari kasur dan langsung merintih kesakitan, karena sempat kudengar bokongnya cukup keras menghantam lantai.

"Aaaww!"

"Maafkan aku, Kak." Aku segera turun dari kasur, kemudian berlari ke arah pintu. Tapi sialnya aku justru tersandung kaki sendiri, ceroboh sekali aku ini.

Bruukkk!

"Aaawww!!" Aku terjatuh dengan posisi tengkurap, kedua gunung kembarku terasa sakit sekali terhantam lantai. Untung tidak meletus.

"Mau ke mana, Sayang?" Kulihat Kak Calvin mengesot menghampiriku sembari membuka celananya.

Gila, apa-apaan dia? Kenapa dia menunjukkan kejantanannya yang sebelumnya sama sekali tak kuingat bagaimana bentuknya.

"Astaghfirullah, Kakak!" Aku langsung menutup mata, karena merasa terkejut dan malu sendiri.

Tapi aneh sekali, mengapa Kak Calvin bertingkah mesuum begini?? Apakah dia lupa, kalau kita berdua sudah bercerai? Aaah tapi tidak mungkin, kita saja bercerai sudah lama. Pastilah dia ingat.

Tiba-tiba, dapat kurasakan celana berpinggang kolorku tertarik begitu cepat. Pasti itu ulah Kak Calvin.

Dan benar saja, saat aku membuka mata dia justru sudah kembali berada di atas tubuhku.

"Kakak! Lepaskan aku, Kak! Istighfar, Kak! Apa yang Kakak lakukan salah!!" Aku sudah histeris sendiri, merasakan kejantanannya sudah menempel pada bokongku. Rasanya hangat, namun sukses membuat seluruh tubuhku gemetar.

Ya Allah, apa jangan-jangan Kak Calvin akan memperkosaku?

Tidak! Ini tidak boleh sampai terjadi, aku tidak mau ya, Allah.

Berusaha aku memberontak, tapi posisiku yang tengkurap dan tertindih di bawah seperti ini benar-benar menyulitkanku untuk bergerak.

Krrreettt...

Astaga celana dallam berendam kesayanganku dirobek olehnya. Benda tumpul itu pun kini seakan mencari-cari lubang untuk bisa masuk. Kak Calvin terus menerus menekannya.

"Nona Agnes, to —aaahh!" Aku merasa tak sanggup melanjutkan, di mana benda tumpul itu akhirnya berhasil menembus dan memenuhi tubuh bagian bawahku.

Kak Calvin melenguh dengan desaahan yang nyaring, sementara gerakan naik-turun bokongnya menghadirkan sensasi yang tak terduga. Aku merasakan rasa perih dan sesak yang membuatku meringis ingin menangis.

Aneh, padahal ini bukan hal yang pertama bagiku, bahkan aku sendiri sudah pernah melahirkan dengan jalur normal.

Namun, seiring berlalunya waktu, rasa perih itu mulai mereda, dan dengan tiba-tiba, berubah menjadi gelombang kenikmatan yang mengalir dalam diriku.

Sesak di bawah sana, seolah menjadi pemicu birahi yang memuncak. Sentuhan yang lembut namun penuh gairah, membawaku terbang melayang-layang, menyatukan rasa sakit dan nikmat dalam satu aliran.

Dengan jantung yang berdebar-debar, aku tak sadar terhanyut dalam desaahan yang saling bersahut-sahutan dengan Kak Calvin.

Cahaya lampu yang tiba-tiba meredup, menciptakan atmosfer yang semakin mencekam, namun hal tersebut justru semakin membangkitkan semangat Kak Calvin untuk terus menghujamiku.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa segalanya akan berakhir seperti ini. Rasanya benar-benar gila.

Niat jahat untuk menjebak Kak Calvin malah berbalik menimpa diriku, membuatku diperkosa olehnya. Ironisnya, aku justru menikmatinya dan tak ingin semua ini cepat berakhir.

Selama masa pernikahan kami, kami hanya sekali berhubungan badan, dan aku bahkan tidak ingat bagaimana rasanya. Akan tetapi, dengan keanehan yang ada, kali ini aku merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa.

Ya Allah... aku memohon ampun-Mu, semua ini adalah kesalahan dan dosaku.

Seharusnya dari awal aku tidak menuruti permintaan yang konyol dari bosku.

Namun, di sisi lain, aku juga takut kehilangan pekerjaan. Mungkin, besok aku akan benar-benar dipecat jika Nona Agnes mengetahui kalau aku dan Kak Calvin telah memadu kasih.

Atau, justru sebentar lagi dia akan memergoki kita berdua.

(Flashback Off)

***

POV Agnes.

"Sial!! Di mana mereka berdua?!" Kubanting kasar hapeku dengan penuh emosi, tapi di atas kasur karena kalau di lantai sayang jika pecah. Itu hape mahal.

Hampir semalaman aku menunggu kedatangan Viona yang membawa Mas Calvin, sampai akhirnya tidak tidur. Namun, kenyataannya, mereka berdua belum juga muncul sampai sekarang. Bahkan sekarang sudah jam 6 pagi.

Ke mana kira-kira Viona membawa pacarku? Bukankah semalam dia mengatakan rencana kita lancar dan sedang menuju ke hotel. Tapi, mengapa mereka berdua belum juga tiba?

"Aaakkhh!!" Kepalaku terasa sakit memikirkannya, ditambah nomor mereka sulit dihubungi.

Mas Calvin tidak aktif, sementara Viona aktif, hanya saja tidak merespon.

Ada apa dengan Viona ini? Aku khawatir obat yang kuberikan kepada Mas Calvin bereaksi kepadanya, bisa-bisa salah sasaran.

"Ahh tapi rasanya nggak mungkin." Aku menggeleng kepala.

Mas Calvin tidak mungkin semudah itu melakukan hubungan badan dengan seseorang yang tidak dia kenal. Karena denganku saja tidak pernah dia mau melakukannya, meski sering aku menggodanya.

Kadang kala aku berpikir, apakah Mas Calvin ini adalah pria normal?

Sebab aneh saja, masa pacaran kami sudah memasuki 2 tahun, ditambah sering LDR lama, tapi jika bertemu—kami paling berpelukan dan sekedar ciuman saja.

Bahkan, rasa-rasanya dia juga belum pernah meremmas dadaku. Padahal sering kali kupamerkan belahan dada yang montok ini di hadapannya, berharap dia naffsu padaku.

Setiap ada waktu bersama, aku juga sering sesekali menyentuh miliknya yang terbungkus di dalam celana. Asli aku juga penasaran dengan bentuknya, tapi, Mas Calvin justru marah dan mengatakan aku tidak sopan.

Aneh banget, kurasa Mas Calvin sedikit gila. Padahal mantan-mantan pacarku saja dulu selalu minta jatah setiap kali bertemu, kalau dia boro-boro.

Itulah sebabnya aku setuju dengan rencana yang diusulkan oleh Daddy. Ya memang pada dasarnya aku ingin cepat dinikahi dan ingin mempunyai suami kaya raya juga tentunya.

Apalagi, bisnis Daddy sedang tidak baik-baik saja sekarang.

Selama ini, memang Mas Calvin sudah membantunya, tapi Daddy merasa masih kurang. Dia berpikir, jika Mas Calvin sudah menjadi menantu, bantuan darinya akan semakin banyak dia dapatkan.

Drringggg!!

Bunyi hape seketika memecah keheningan, buru-buru kuambil kembali benda itu di atas kasur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
yaaahhh senjata makan tuan
goodnovel comment avatar
alex zafier
ceritanya mesum gni ga usah bwa2 nama tuhan.. addeh.....‍♂️
goodnovel comment avatar
Elios EliosBengkulu
Makin seru aja nich Thor lanjut Thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 103. Aku malu

    Ayah Calvin, dengan wajah pucat pasi dan mata yang berkaca-kaca, akhirnya bisa menghentikan langkah Jamal. Lengan kekarnya menggenggam erat lengan Jamal."Jamal, jangan laporkan masalah ini ke polisi! Anakmu pasti akan sembuh dan semua biaya aku yang tanggung!" Suaranya bergetar, penuh keputusasaan.Belum sempat Jamal bereaksi, seorang polisi, tinggi besar dengan seragam rapi, tiba-tiba datang menghampiri mereka. Sorot matanya tajam, mengamati situasi dengan tenang."Maaf, ada yang bisa saya bantu, Pak?" suara polisi itu terdengar datar, profesional."Saya mau melaporkan seorang perempuan yang telah menabrak anak saya hingga membuatnya lumpuh, Pak," jawab Jamal cepat, suaranya masih bergetar, namun tekadnya bulat."Baik, kalau begitu Bapak bisa ikuti saya." Polisi itu menunjuk ke arah ruang pengaduan, langkahnya pasti. Namun, sebelum Jamal melangkah, Ayah Calvin kembali menghalangi, tubuhnya bergetar hebat. Dia masih berusaha men

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 102. Masa depannya masih panjang

    Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Sebuah celah sempit yang menjanjikan jawaban, namun juga menyimpan ketakutan. Seorang dokter pria, muncul dari baliknya. Pakaiannya serba biru dan tertutup rapat, hanya kedua matanya yang terlihat. Jamal, wajahnya pucat pasi, segera mendekat dengan kepanikan yang tak terbendung. "Bagaimana kondisi anak saya, Dok? Bagaimana operasinya?" Suaranya bergetar, penuh harap dan cemas. "Operasinya berjalan lancar, Pak. Namun, ada hal yang perlu saya sampaikan ...." "Apa itu, Dok?" tanya Jamal penasaran. Ayah Calvin langsung berdiri dari duduknya, begitu pun dengan Keiko dan Bunda Viona. "Sebelumnya, apakah Anda semua keluarga pasien?" Dokter itu bertanya, tatapannya menyapu wajah Jamal, Ayah Calvin, dan Keiko yang berdiri di sana, terpaku. Dua orang asing yang sebelumnya bersama Keiko telah pergi, karena mereka sudah tak ada urusan

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 101. Bukanlah orang baik

    Setelah berhasil mengecek rekaman CCTV, Kenzie menarik napas panjang. Di layar monitor, terlihat jelas saat Papa Bahri turun dari mobilnya di parkiran, Papa Darman tiba-tiba muncul dan melayangkan pukulan tepat mengenai wajahnya. Sebuah serangan yang tiba-tiba dan tanpa peringatan. Namun, yang mengejutkan Kenzie, Papa Bahri tidak langsung membalas. Mereka sempat beradu mulut sebentar, jarak mereka cukup dekat sehingga bibir mereka terlihat bergerak, namun suara tidak terekam. Barulah setelah beberapa saat, Papa Bahri membalas serangan, dan perkelahian pun dimulai. Rekaman hanya menampilkan gambar, tanpa suara, sehingga Kenzie tak tahu isi percakapan mereka. Kekecewaan memenuhi hatinya. Bukti visual memang menunjukkan siapa yang memulai perkelahian, tetapi motivasi di baliknya masih menjadi misteri. "Waktu kamu lihat mereka berkelahi, kamu sempat dengar mereka ada ngomong tentang

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 100. Simpan saja maafmu!

    “Iya, Pak. Benar,” sahut salah satu dari mereka. Tatapannya mengamati Jamal dengan seksama, mencari kepastian. “Apakah Bapak keluarga dari Nena?” Pertanyaan itu diutarakan dengan nada yang penuh perhatian. “Yaa… aku keluarganya, aku Papanya Nena.” Suara Jamal sedikit bergetar, menunjukkan kecemasan dan kepanikan yang dia rasakan. Dia tak mampu menyembunyikan kekhawatirannya terhadap kondisi putrinya. “Papanya?!” Ayah Calvin reflek menyeru, suaranya meninggi karena terkejut. Dia tersentak kaget, tak mampu membayangkan skenario ini. Wajahnya menunjukkan campuran rasa kaget, tak percaya, dan sedikit simpati. Dia tidak pernah menduga bahwa bocah yang ditabrak Keiko adalah anaknya Jamal, sebuah fakta yang mengejutkan dan tak terduga. Selama ini, dia hanya tahu status Jamal yang menduda, itu pun informasi yang diperoleh dari Kenzie, tanpa detail lebih lanjut tentang kehidupan pribadi Jamal. “Bapak ikut saya untuk menemui Suster, dia meminta tanda tangan Bapak segera untuk proses operasi

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 99. Kronologinya

    (POV Author)“APA?! Berkelahi?!” Pekik Zea dan Kenzie serempak, mata mereka melebar tak percaya. Kaget bukan main, mereka sama sekali tak mampu membayangkan apa yang menyebabkan pertengkaran itu.“Iya, Pak. Sebaiknya Bapak ikut saya sebentar,” pinta Akmal, suaranya terdengar sedikit tegang.Opa Andre berdiri dengan sigap, wajahnya mencerminkan kekhawatiran. Tak lama, Oma Dinda, yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk masih melilit rambutnya, mendekati mereka.“Cepat ke sana, Ken. Biar Opa saja yang meneruskan menyuapi Zea,” ucap Opa Andre, suaranya lembut namun tegas. Ada keprihatinan yang tersirat di balik kata-katanya.“Iya, Opa.” Kenzie mengangguk, tatapannya tertuju pada Zea sejenak, seolah ingin menyampaikan ketenangan sebelum pergi. “Aku pergi dulu sebentar ya, Zea. Kamu habiskan makanmu.”Zea mengangguk cepat, matanya masih terpaku pada Kenzie yang bergegas pergi. Kenzie bersama Akmal menuju parkiran rumah sakit, langkahnya terasa berat.Di sana, dua sat

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 98. Gala Sky Prawira

    "Kenapa kamu bengong?" Suara Kak Kenzie, lembut namun sedikit khawatir, membuatku tersentak.Pandanganku masih terpaku pada makhluk mungil itu, bayi kecil yang baru saja hadir ke dunia.Benar kata Bunda, dia mirip sekali dengan Kak Kenzie, hidung mancung, mata sipit yang indah, dan senyum tipis yang samar-samar terlihat saat dia tertidur. Bahkan, ada sedikit kemiripan dengan Ayah Calvin."Kamu nggak senang, ya, kalau anak kita lebih mirip ke aku, bukan ke kamu?" Pertanyaannya kali ini, walaupun masih lembut, menunjukkan sedikit kecemburuan, membuatku menoleh padanya. Tatapannya penuh harap, mencari jawaban yang bisa menenangkan hatinya."Senang. Aku senang kok, Kak," jawabku cepat, suaraku terdengar serak."Kenapa harus pakai 'kok' segala sih, Zea? Kayak kepaksa gitu." Kak Kenzie mengerucutkan bibir, ekspresinya menunjukkan ketidakpuasan, bahkan sedikit kekesalan.Dia tampak tidak senang dengan jawabanku, atau mungkin dia curiga jika aku benar-benar tidak senang melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status