Home / Romansa / Malam Panas Dengan Mantan Suami / 77. Sudah mulai move on

Share

77. Sudah mulai move on

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2025-02-08 13:00:43

Senyum hangat Bunda merekah saat dia memasuki ruangan, Bibi pembantu setia di sisinya, membawa minuman dan cemilan yang tertata apik di atas meja. Agnes, yang sedari tadi duduk di sofa, berdiri dengan senyum lembut.

"Kalau begitu, aku pamit pulang dulu ya, Om, Tante," ucapnya, matanya beralih ke Kenzie, senyumnya melebar. Dia meraih paper bag yang tergeletak di atas meja, "Oh ya, Tante juga belikan Kenzie mainan lho. Semoga kamu suka dengan mainan yang Tante beli, ya?"

Kenzie menatap benda di dalam paper bag dengan mata berbinar, lalu menoleh padaku, seolah meminta izin.

"Ambil saja, Sayang," kataku sambil tersenyum lembut. Bocah itu mengangguk, tangan mungilnya meraih paper bag itu dengan penuh semangat.

"Terima kasih, Tante."

"Sama-sama, Sayang," jawab Agnes.

Bunda mengulurkan tangan, menahan Agnes yang hendak beranjak, "Kamu jangan pulang dulu lah, Nes, kan baru sampai. Minuman sama cemilan juga baru Tante ambilkan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   78. Minta tolong

    Kalau sudah bawa-bawa anak, aku mengaku kalah. Hatiku langsung melunak dan akan menuruti permintaannya."Ya sudah, aku keluar dulu buat beli jambu dan bahan-bahan untuk membuat sambel rujaknya. Tapi sebelum makan rujak, kamu harus makan nasi dulu. Kalau nggak makan nasi, aku nggak akan membelikannya." Aku sengaja sedikit mengancamnya, itu dilakukan karena aku sayang padanya. Aku tidak ingin Viona sakit perut karena belum terisi nasi malam ini. "Kalau kamu nggak kepengen nasi goreng. Aku belikan bubur saja bagaimana? Bubur ayam, ya?""Boleh deh." Viona mengangguk senang, dia tersenyum dan menggenggam tanganku. "Tapi belinya nggak perlu Kakak keluar rumah. Kakak beli lewat online saja, nanti yang ngirim ojol.""Oke deh."Aku setuju, itu akan menghemat tenaga dan waktu. Segera mengambil ponsel untuk memesan apa saja yang Viona inginkan. Bubur yang kubeli juga bukan hanya satu bungkus, melainkan dua. Sebab takutnya Kenzie ikut kepengen, pasti nanti Vi

    Last Updated : 2025-02-09
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   79. Suami takut istri

    "Kan kamu tau sendiri, kalau perusahaan Om mengalami kebangkrutan. Otomatis Om jadi pengangguran. Om mau ... kamu berikan Om pekerjaan di perusahaanmu. Tapi Om mau posisinya yang tinggi dan gajinya besar, Cal." Aku sedikit terkejut mendengarnya. Om Erick, yang biasanya selalu bersemangat, kini terlihat lesu. Dia ingin bekerja denganku, tapi menginginkan posisi tinggi? Ini situasi yang sulit. "Maaf, Om. Bukan aku tidak mau, tapi semua posisi di kantorku penuh." Aku berusaha menyampaikannya dengan lembut. "Masa sih, satu posisi saja nggak bisa nambah? Perusahaanmu 'kan besar." Om Erick terlihat tidak percaya, raut wajahnya menunjukkan kekecewaan. "Perusahaanku memang besar, tapi posisi tinggi yang Om maksud sudah penuh. Kalau Om mau jadi security atau office boy, aku bisa memberikannya." Aku menawarkan alternatif, meskipun tahu itu bukan yang Om Erick harapkan. "Masa kamu ngasih posisi rendahan buat Om sih, Cal? Tega amat." Kekecewaan Om Erick semakin terlihat. Suaranya terdengar g

    Last Updated : 2025-02-09
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   80. Jangan langsung marah

    Aku menghela napas berat, lalu memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.Aku teringat akan permintaan Viona untuk membuatkannya sambel rujak. Itu harus jadi sebelum Viona terbangun."Pak Erick sudah pulang, Cal?" Suara Papa memecah kesunyian dapur. Beliau menghampiriku, mengambil gelas dari rak, lalu menuangkan air putih."Iya, Pa." Aku mengangguk pelan, jari-jariku sudah membuka aplikasi di ponsel, mencari video tutorial sambal rujak."Papa senang, hubunganmu dan Nona Agnes berakhir dengan damai. Jujur, Papa juga merasa iba pada Nona Agnes, tapi mungkin ini jalan terbaik untuk kalian berdua." Suaranya lembut, penuh pengertian."Iya, Pa. Aku juga berharap begitu. Sekarang, aku hanya ingin fokus pada keluargaku. Mereka adalah prioritasku." Kalimat itu keluar dari lubuk hatiku yang terdalam.Papa tersenyum, matanya mengamati tanganku yang sibuk menyiapkan bahan-bahan di atas meja dapur. "Mau Papa bantu, Cal?

    Last Updated : 2025-02-10
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   81. Hubungan kita masih baik

    Papa menggeleng kepala, lalu menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Coba dibuka, Cal. Kita lihat apa isinya.""Iya, Pa." Aku meletakkan kotak itu di atas meja. Bersama Kenzie, kami membuka bungkusan itu. Ternyata isinya dua buah dress model ibu hamil. Warna dan motifnya sangat cantik, kainnya terasa lembut dan mewah—jelas seperti baju mahal."Baju, ya? Bagus sekali," puji Papa, jari-jarinya menyentuh kain lembut itu dengan penuh perhatian. Namun, di bawah baju itu ada selembar kertas terlipat rapi, seperti sebuah surat."Ada suratnya juga, Pa.""Coba baca, Cal."Aku mengangguk, lalu membacakan surat itu dengan suara pelan. "‘Viona, aku harap kamu bisa menerima dan memakai baju yang aku berikan. Aku juga berharap... setelah semua yang terjadi, hubungan kita masih baik. Semoga kehamilanmu selalu sehat, ya.’" Aku membacanya dengan hati-hati, berusaha menangkap setiap emosi yang tersirat di balik kata-kata Agnes. Ada ketulus

    Last Updated : 2025-02-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   82. Viona diculik

    Sebuah tangan kasar tiba-tiba mencengkram mulutku dari belakang, sapu tangan kasar menekan bibirku dengan kuat. Bau menyengat langsung menerjang hidungku, membuat kepala terasa berat, pandangan kabur, dan tubuhku lemas tak berdaya. Seolah-olah dunia berputar, aku merasakan tubuhku ambruk ke tanah. Jeritan minta tolong menggema di telingaku. "Kakak... tolonggg!!" Viona? Suara itu... Kenapa dia memanggilku? Apa yang terjadi? Ketakutan menusuk jantungku, sebuah rasa cemas yang dingin mencengkeram perutku. Namun, tubuhku tak berdaya. *** Entah sudah berapa lama mataku terpejam, rasanya seperti berabad-abad. Ketika akhirnya aku membuka mata, yang kulihat adalah langit-langit putih, khas kamar rumah sakit. Aku terbaring di ranjang, tubuhku terasa berat dan lemas. Pandanganku menjelajahi ruangan, mencari-cari sosok Viona. Jantungku berdebar kencang, kenangan jeritannya masih bergema dalam benakku. Apakah aku pingsan? Semoga saja Viona baik-baik saja. "Calvin... kamu sudah bangun? Syu

    Last Updated : 2025-02-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   83. Aku benar-benar khawatir

    "Kenzie aman, Cal. Dia saat ini sedang berada dalam perjalanan pulang sekolah mau ke sini." Jawaban dari Ayah membuat hatiku sedikit lega, tapi rasa cemasku tetap mendera setelah mengetahui Viona diculik. Aku juga merasa kecewa pada diriku sendiri yang tidak becus melindungi Viona. Astaghfirullah ya, Allah ... aku harus segera mencari Viona. Aku benar-benar khawatir, apalagi dia sedang hamil. Aku segera duduk, lalu menarik diri hendak turun dari atas ranjang. Namun, seseorang tiba-tiba membuka pintu kamarku. Ceklek~ Masuklah Kenzie yang berlari kencang menghampiriku, bersama Papa Tatang yang menyusul. "Ayaaahhhh." "Dek!!" Aku langsung berjongkok, merentangkan kedua lenganku lebar-lebar menyambut pelukan hangat yang baru saja Kenzie berikan kepadaku. Kuciumi berulang kali puncak rambutnya. "Ayah, Ayah kenapa masuk lumah sakit? Ayah sakit apa?" tanyanya penuh perhatian, Kenzie menangkup kedua pipiku dan menatap dalam bola mata ini. "Ayah nggak apa-apa kok, Sayang. Tadi kamu pu

    Last Updated : 2025-02-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   84. Mati bersama bayi

    "Aaaaa sss ...." Aku mendesis, saat lakban dibibirku ditarik kasar oleh Nona Agnes, lalu dia menyentuh daguku dengan kasar, seperti ingin mencengkeramnya. "Apa kau tau, aku selama ini sudah bekerja keras hanya demi bisa menikah dengan Mas Calvin. Tapi usahaku sia-sia hanya karena kau, Viona! Hanya karena kesalahan yang kau perbuat!!" Nona Agnes berteriak, suaranya menggelegar dan membuat telingaku sakit. Rupanya, alasan dia melakukan hal ini karena Kak Calvin. Dugaanku selama ini memang benar, bahwa dia belum bisa move on dan pasti berencana ingin merebut Kak Calvin dariku. "Seharusnya, malam itu Mas Calvin bersamaku. Tidur denganku, bukan justru tidur denganmu sampai membuatmu hamil!!" Matanya melotot tajam, penuh dengan amarah dan kebencian. "Nona, bukankah masalah ini sudah—" Ucapanku seketika terhenti saat tangan mulus Nona Agnes menampar pipi kananku, membuatku tersentak dengan mata membulat. Rasa sakit yang

    Last Updated : 2025-02-12
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   85. Bertahanlah

    (POV Calvin)Aku mengemudikan mobil sesuai arahan dari Ayah, karena Ayah sudah berkoordinasi dengan Polisi untuk melacak kendaraan yang dipakai Viona dengan rekaman kamera pengawas di berbagai jalan.Namun, seketika aku menghentikan laju kendaraanku di pertigaan sebuah jalanan yang dipenuhi pepohonan, karena melihat suatu benda yang tergeletak dijalan."Kenapa berhenti, Cal?" tanya Ayah, suaranya terdengar khawatir. Aku segera turun dari mobil, lalu mendekat ke arah benda dan memungutnya. Benda itu adalah sepatu sebelah kanan, dan aku ingat betul ini adalah sepatu yang dipakai Viona."Ini sepatu Viona, Ayah. Aku yakin Viona berada di dekat sini."Dengan penuh semangat aku kembali masuk ke dalam mobil. Jantungku berdebar kencang, aku tidak sabar ingin segera menemukan Viona. Rasa khawatir akan keadaannya meningkat pesat, aku tidak akan berhenti sampai aku menemukannya.Ayah ikut masuk bersamaku, lalu mobil yang k

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 55. Apa kamu suka padaku?

    "Jangan bilang kamu selingkuh dengannya?" Pertanyaan mendadak Pak Kenzie membuatku tersentak. Tuduhan yang begitu tiba-tiba dan tanpa sebab itu sungguh membuatku marah. Apa-apaan dia ini? Mobil yang dikendarainya langsung berhenti. "Bapak ini ngomong apa sih?! Pak Bahri itu mantan bosku di rumah makan Padang, masa Bapak lupa?" "Ingat, tapi kenapa dia menghubungimu? Pasti ada alasannya, kan? Pasti karena kalian ada hubungan!" Nada bicaranya semakin meninggi, menunjukkan ketidakpercayaannya yang begitu besar. "Astaghfirullah, Pak... Bapak jangan su'uzon padaku! Aku sama dia nggak ada hubungan apa-apa. Dia cuma mau main ke sini." Aku berusaha menjelaskan dan bersikap tenang, walau amarahku masih menggelayuti. "Main?" Matanya membulat, tatapannya tajam seperti elang yang mengintai mangsa. Menurutku, reaksinya itu terlalu berlebihan. Pak Kenzie ini selain plin pl

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 55. Lingerie seksi untuk istriku

    "Kalau kita sudah bercinta, aku bisa tidur nyenyak, dan aku bisa lebih mudah memikirkan biaya mahar itu.” Pak Kenzie menghela napas, mencoba menjelaskan dengan sabar, namun nada bicaranya terdengar sedikit memaksa supaya aku menuruti permintaannya. "Tidur nyenyak?" Aku mendengus kesal. Itu terdengar tak masuk akal. “Jangan mengada-ada, Pak. Setiap malam bukannya Bapak tidur nyenyak?" "Enggak kok." Dia menggeleng cepat, membantah. "Semalam buktinya Bapak tidur nyenyak.” Aku sengaja menekankan kata ‘nyenyak’, karena aku jelas-jelas mendengar dengkur kerasnya semalam. Dia berdusta! “Kamu nggak akan mengerti, Zea. Yang tau tentang ini hanyalah laki-laki. “Kenapa bisa begitu?” tanyaku, merasa kecewa. “Kalaupun dijelaskan, kamu tetap tidak akan paham." Cih! Sifat menyebalkannya muncul

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 54. Kita bercinta

    “Niat Ayah dan Bunda datang ke rumah Papa sebenarnya ingin mengabarkan pernikahan kita, Pak. Tapi Papa malah membahas mahar,” kataku, menjelaskan inti kejadian pagi tadi. Pak Kenzie mengerutkan dahi. “Papamu meminta mahar untuk pernikahan kita?” Aku mengangguk cepat, “Iya. Semua ini gara-gara Juragan Udin. Papa berniat menjodohkanku dengannya karena Juragan Udin berani memberikan mahar rumah dan mobil.” Mata Pak Kenzie membulat. Dia tampak terkejut. “Memangnya Ayah dan Bunda tidak memberitahu Papamu kalau kamu sedang mengandung anakku?” Aku menggeleng pelan, “Tidak, Pak. Sepertinya mereka melakukan itu karena takut Papa marah.” “Terus, Papamu meminta mahar apa untuk pernikahan kita?” “Rumah, mobil, dan uang seratus juta,” jawabku, mencoba bersiap menghadapi reaksinya. Aku sudah menduga dia akan terkejut. “Apa?!” Seruannya kali ini lebih keras, menunjukkan keterkejutan yang nyata. Aku menunduk, menahan malu. “Maafkan Papaku, Pak. Seharusnya Ayah dan Bunda tidak langsung

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 53. Menerimamu apa adanya

    Aku menghela napas lega, ketika kami bertiga akhirnya pulang dari rumah Papa. Meskipun sejak kecil aku tinggal di sana, hampir tak ada sedikit pun kenyamanan yang kudapatkan.Rumah itu lebih terasa seperti penjara daripada tempat tinggal yang sesungguhnya. Kenangan pahit lebih banyak terukir daripada kebahagiaan.Sangat jauh berbeda dengan saat aku tinggal di rumah Ayah Calvin dan Bunda Viona. Baru beberapa hari, aku sudah merasa betah, nyaman, dan diterima sepenuhnya. Bahkan kenyamanan itu sudah kurasakan jauh sebelum mereka menerimaku sebagai calon menantunya. Di sini, aku merasakan kasih sayang dan kehangatan yang selama ini tak pernah kurasa.Hari ini cuaca sangat panas sekali, tubuhku terasa lengket dan gerah. Sebaiknya aku mandi dulu untuk menyegarkan tubuh. Aku juga teringat kalau harus pergi ke mall bersama Pak Kenzie.“Zea… kamu mau ke mana?” Bunda Viona bertanya, suaranya lembut dan perhatian. Pertanyaannya membuat langkah

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 52. Dunianya tentang uang

    "Kalau langsung seratus juta saya tidak bisa memberikannya sekarang, Pak. Tapi kalau sebagai jaminan... bagaimana kalau sepuluh juta?" Ayah Calvin menawarkan nominal yang berbeda. Tapi tetap bagiku sangat besar dan tidak perlu diberikan kepada Papa."Tidak apa-apa, Pak," Papa mengangguk setuju. Senyum tipis mengembang di wajahnya, menunjukkan rasa puas yang terpancar jelas. Dia tampak sudah berhasil mendapatkan sebagian dari apa yang dia inginkan. Namun, dibalik senyum itu, aku merasa masih ada sesuatu yang disembunyikannya."Tapi saya mau uang tunai, ya, Pak ... karena saya tidak punya rekening bank," tambah Papa, suaranya terdengar sedikit lirih."Baiklah... saya akan ambil uangnya di ATM dulu, Pak. Tunggu sebentar." Ayah Calvin langsung berdiri.Saat Ayah Calvin hendak melangkah keluar rumah, aku cepat-cepat menahan tangannya."Ayah... Ayah nggak perlu memberikan uang itu. Uang itu nanti saja saat aku dan Pak Kenzie menikah."

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 51. Zea sudah dijodohkan

    "Kami orang tua Kenzie, Pak," Ayah Calvin memulai, suaranya tenang namun tegas, menjawab pertanyaan Papa yang masih ternganga. Sorot matanya serius, menunjukkan kesungguhan niatnya. "Kedatangan kami untuk mempererat hubungan keluarga, berharap kita bisa menjadi besan." Kalimat itu diutarakan dengan penuh hormat, menunjukkan rasa saling menghargai.Papa terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Matanya membesar, kejutan tergambar jelas di wajahnya yang biasanya tenang. Alisnya terangkat, menunjukkan betapa tak terduga pernyataan Ayah Calvin."Besan...? Tadi... kalian menyebut siapa?? Kenzie?" Ucapannya terbata-bata, mengungkapkan kebingungan yang mendalam. Dia tampak berusaha mengingat-ingat, mencari-cari jejak kenangan tentang nama yang disebutkan.Ayah Calvin mengangguk pelan, memperkuat pernyataannya. "Ya, Pak, Kenzie. Apakah Bapak masih ingat? Zea pernah mengatakan dia pernah datang ke rumah Bapak bersama Kenzie." S

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 50. Kamu cantik

    "Nggak usah, Yah. Aku bisa beli sendiri kok," balasku menolak usulan baik dari Ayah Calvin. Lagipula, Pak Kenzie bukanlah pasanganku, aku merasa tidak nyaman dan malas pergi bersamanya. "Jangan sendiri, kamu sedang hamil," Ayah Calvin berkomentar, nada suaranya menunjukkan kepeduliannya. "Nanti siang deh kita ke mall buat beli baju, ya, Zea? Kalau pagi begini mall 'kan belum buka," Pak Kenzie menyambar kesempatan itu, mengajukan tawaran. "Aku .…" Aku ragu, sebetulnya ingin menolak. Namun, tatapan Ayah Calvin yang penuh perhatian membuatku sulit untuk menolak. Aku mengangguk setuju, suaraku terdengar lirih. "Oke." Aku berharap, ini hanyalah kunjungan singkat ke mall, tanpa ada kejadian yang tidak diinginkan. "Ya sudah sekarang kalian mandi. Kamu juga hari ini harus masuk ke kantor, ya, Ken. Udah berapa hari coba kamu libur kerja? Bisa bangkrut lama-lama perusahaanmu." Ayah Calvin kembali mengomel, suaranya terdengar tegas, menunjukkan otoritasnya sebagai seorang ayah. Dia menarik

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 49. Wanita hamil bisa sensitif

    "Aku ke dapur." "Dapur? Jadi kamu semalaman tidur di dapur?? Lho, Zea… harusnya kamu jangan melakukan hal itu!" suaranya meninggi, nada ketidakpercayaan dan bahkan sedikit amarah tersirat di balik kata-katanya. Matanya menyipit, seolah tak percaya dengan pengakuanku yang sederhana itu. Dia pikir aku gila? Mana mungkin aku menyiksa diriku dengan tidur di dapur? "Aku ke dapur cuma mau minum," kataku, berusaha menjaga nada suaraku tetap tenang, meskipun dalam hati aku sudah berteriak kesal. "Tapi semalam kamu tidur, kan?" Tangannya tiba-tiba menangkup wajahku, sentuhannya yang tak terduga membuatku tersentak kaget. Jari-jarinya yang menyentuh pipiku terasa begitu lembut. Untuk sesaat, pandangan kami bertemu, tatapannya yang intens membuatku tak nyaman. Jantungku berdegup kencang dan seperti ada kupu-kupu di perutku. Segera kutepis tangannya dengan gerakan cepat dan menundukkan pand

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 48. Jangan pergi

    Segera kutepis kasar lengannya dan mundur beberapa langkah, menjauhkan diri dari sentuhannya. Rasa takut yang luar biasa membanjiri hatiku. "Zea, jangan pergi!" Pak Kenzie menarikku kembali, tangannya kuat dan mendesak. Dia menutup pintu dan kali ini menguncinya. "Aku hanya ingin tidur ditemani, aku takut tidur sendirian," katanya, suaranya sedikit gemetar, namun aku meragukan kejujurannya. Ketakutan? Itu hanyalah kedok, sebuah alasan yang dibuat-buat untuk menutupi niat sebenarnya. Aku bisa merasakannya. Rasa curiga dan ketidaknyamanan mencengkeramku. Aku berusaha tenang, namun jantungku berdebar-debar. "Begini saja deh ...," katanya, terlihat tengah mengusulkan ide. "Kita tidak perlu tidur satu ranjang. Kalau memang kamu takut padaku, aku bisa tidur di lantai atau di sofa. Bagaimana?" Dia mencoba menawarkan solusi, berharap dapat mengakhiri situasi ini dengan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status