Home / Romansa / Malam Panas Dengan Mantan Suami / (S2) 92. Memberikan bukti

Share

(S2) 92. Memberikan bukti

Author: Rossy Dildara
last update Huling Na-update: 2025-06-24 13:00:46

"Anak kandung? Apa maksud Bapak?" tanya Ayah, suaranya berat, mencerminkan keterkejutan dan kebingungan yang sama denganku.

Dia dengan lembut namun tegas melepaskan pelukan Pak Bahri dariku. Pria itu kembali duduk ke kursinya, wajahnya tampak tegang, bayangan keraguan dan penyesalan samar-samar terlihat di matanya.

"Iya, Pak. Jadi saya adalah Papa kandungnya Zea," jawab Pak Bahri, suaranya terdengar parau, seperti menahan beban berat yang telah lama dipikulnya.

"Bagaimana bisa Bapak jadi Papa kandungku?" tanyaku, suaraku bergetar, penasaran membuncah memenuhi dada.

Pertanyaan itu seakan terlontar tanpa kendali, mencerminkan kebingungan dan ketidakpercayaan yang menguasai pikiranku.

Saat itu juga, Bunda datang dengan membawa nampan berisi minuman; dua cangkir kopi hitam yang mengepulkan aroma harum, dan segelas jus berwarna hijau segar. Seperti jus alpukat. Namun, aroma kopi dan jus itu seakan tak mampu menandingi aroma keteganga
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 92. Memberikan bukti

    "Anak kandung? Apa maksud Bapak?" tanya Ayah, suaranya berat, mencerminkan keterkejutan dan kebingungan yang sama denganku.Dia dengan lembut namun tegas melepaskan pelukan Pak Bahri dariku. Pria itu kembali duduk ke kursinya, wajahnya tampak tegang, bayangan keraguan dan penyesalan samar-samar terlihat di matanya."Iya, Pak. Jadi saya adalah Papa kandungnya Zea," jawab Pak Bahri, suaranya terdengar parau, seperti menahan beban berat yang telah lama dipikulnya."Bagaimana bisa Bapak jadi Papa kandungku?" tanyaku, suaraku bergetar, penasaran membuncah memenuhi dada.Pertanyaan itu seakan terlontar tanpa kendali, mencerminkan kebingungan dan ketidakpercayaan yang menguasai pikiranku.Saat itu juga, Bunda datang dengan membawa nampan berisi minuman; dua cangkir kopi hitam yang mengepulkan aroma harum, dan segelas jus berwarna hijau segar. Seperti jus alpukat. Namun, aroma kopi dan jus itu seakan tak mampu menandingi aroma keteganga

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 91. Anak kandung

    "Di luar ada orang yang mengaku namanya Bahri, katanya ingin bertemu denganmu, Nak," ujar Bunda, suaranya sedikit waspada."Bertemu denganku?" Dahiku berkerut. Langkah kakiku cepat membawaku keluar kamar dan turun dari tangga, Bunda mengikuti dari belakang sampai aku keluar rumah.Di luar gerbang, di bawah terik matahari siang, terlihat Pak Bahri berdiri di sana. Wajahnya yang tampak sedikit lelah, namun senyum tipis terukir di bibirnya saat tatapannya bertemu denganku. Satpam rumah terlihat sigap, menjaga agar Pak Bahri tak masuk. Gerbang rumah menjadi penghalang, menciptakan jarak antara kami."Zea!!" Suaranya terdengar jelas, meski sedikit serak. Dia melambaikan tangan, sebuah gestur yang terasa hangat di tengah terik matahari. "Boleh Bapak mengobrol denganmu? Ada hal penting yang ingin Bapak sampaikan." Nada suaranya terdengar serius, menarik perhatianku."Kamu kenal dia?" Bunda kembali bertanya, suaranya masih dipen

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 90. Sembilan bulan

    "Dokter meminta Pak Kenzie sebagai penanggung jawab untuk menghubungi pihak keluarganya, Nona. Karena Pak Jamal harus melakukan CT scan,” jelasnya."CT scan itu apa?" tanyaku bingung."Saya juga kurang tau." Pria itu menggeleng, tampak tak mengerti sama sepertiku."CT scan itu mirip dengan rontgen, Mbak, untuk melihat bagian dalam. Mbak tau rontgen, kan?" Kata Keiko menjelaskan sedikit, suaranya lembut, mencoba menenangkan kegelisahanku. Penjelasannya, walaupun sederhana, membuatku sedikit paham."Oohh. Iya, aku tau, Ke." Aku mengangguk cepat. "Ini berarti Mas Jamal dalam kondisi serius dong?" Pertanyaanku terlontar tanpa bisa kucegah, menunjukkan betapa khawatirnya aku."Sepertinya begitu." Keiko menjawab singkat, namun suaranya terdengar penuh empati."Sebentar lagi keluarganya Jamal sampai, aku sudah menghubunginya," ucap Kak Kenzie yang tiba-tiba datang menghampiri kami. Suaranya terdengar tenang, namun matanya menunjukkan kelelahan yang teramat dalam. "Kamu kok ada di s

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 89. Biar aku yang urus

    Setibanya di rumah sakit, suasana gaduh ruang UGD terasa mencekam. Mas Jamal langsung dibawa masuk, diburu-buru oleh para petugas medis. Bau disinfektan tajam menusuk hidungku, campur aduk dengan aroma darah yang masih tertinggal di udara. Kecemasan menggigitku.Sembari menunggu kabar dari ruang UGD, Kak Kenzie memintaku mengantarnya ke dokter umum untuk memeriksa luka-lukanya. Beberapa pria yang tadi membantu, masih menunggu di depan ruang UGD, wajah-wajah mereka tegang."Lho, Pak, apa Bapak baik-baik saja?" tanya Pak Akmal, suaranya terdengar khawatir saat kami keluar dari ruang pemeriksaan. Dia mendekat, mengamati wajah Kak Kenzie dengan seksama, jari-jarinya menyentuh luka lebam di pipi Kak Kenzie dengan hati-hati. "Kenapa Bapak bisa babak belur seperti itu?""Nanti aku jelaskan," jawab Kak Kenzie, suaranya sedikit serak. Dia lalu menatapku, tatapannya penuh kekhawatiran. "Kamu duduklah di sana dulu. Aku mau ngobrol dulu dengan Akmal, hanya sebentar. Tapi kamu ja

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 88. Telah menganggu istriku!

    (POV Zea)Semuanya terjadi begitu cepat, bagai kilat yang menyambar di tengah kesunyian mencekam itu.Matahari pagi belum sepenuhnya menampakkan diri, hanya sedikit cahaya redup yang menerobos celah-celah pepohonan rindang. Bayangan panjang terbentang di atas batu nisan yang kusam, menciptakan suasana yang semakin kelam.Amarah membuncah dari dalam diri Kak Kenzie, sebuah ledakan emosi yang tak terbendung di tengah kesunyian pagi yang dingin dan sunyi ini. Dengan satu pukulan telak, tinjunya mendarat tepat di rahang Mas Jamal.Bugghhh!! Darah segar menyembur dari bibir Mas Jamal."Br*engsek!" geram Mas Jamal, suaranya bergetar menahan sakit. Dia mendorong tubuh Kak Kenzie dengan sekuat tenaga, menjatuhkannya beberapa langkah dariku. Dan tanpa ampun, balasannya datang. Tinju Mas Jamal mendarat di wajah Kak Kenzie.Buggh!!Kak Kenzie langsung membalas, suaranya tertahan oleh rasa sakit yang menusuk. Kali ini, pukulannya mengenai perut Mas Jamal. "Kau lebih bre*ngsek! Ja

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 87. Dia bukanlah pria baik

    "Itu bukan urusanmu!" Aku berteriak, kali ini lebih kencang. Aku sudah kehilangan kesabaranku. "Menyingkirlah, atau aku panggil satpam untuk menghentikanmu!" ancamku.Helen terdiam sejenak, matanya masih menatap Zea dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah beberapa saat, dia akhirnya mundur, membiarkan kami pergi.Aku menghela napas lega, merasakan beban yang baru saja terangkat dari pundakku. Jika boleh diminta, aku ingin tidak bertemu dengannya lagi. Karena dengan melihat wajahnya, itu akan membuka luka lamaku.Aku sudah membuka lembaran baru di hidupku, dan aku hanya ingin memikirkan Zea saja. Dia adalah masa depanku sekarang, istriku, dan ibu dari anakku. Dia adalah segalanya bagiku.Di perjalanan menuju makam ibunya, Zea terlihat diam saja. Tidak berkomentar apa-apa tentang kejadian yang baru saja terjadi. Suasana mendadak menjadi tegang."Kamu kenapa? Kok diem aja?" tanyaku khawatir, mencuri pandang sebentar sambil mengemudi, mencoba untuk mencairkan s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status