Share

103.

Penulis: Poepoe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-17 21:00:35

“Astaga, Mila!” Pekik Rian dengan mata membelalak saat adiknya itu menyiram dadanya dengan kopi panas.

“Mas, brengsek! Bisa-bisanya Mas menghamili anak orang dan sampai membuat Ibu kena serangan jantung!” Wajah adiknya begitu memerah. Napasnya menderu cepat sambil menatap Rian dengan tajam.

“Mila, tenangkan dirimu…” desis Indah yang berada di samping Mila.

Mila menarik napasnya dalam-dalam. “Aku kecewa sama Mas! Aku pikir Mas bisa jadi panutan yang baik, bisa jadi kebanggaan Ibu, tapi nyatanya Mas nggak ubahnya seperti lelaki pecundang di luar sana! Apa waktu Mas melakukannya, Mas nggak mikirin perasaan Ibu, perasaanku dan Mbak Mitha???”

Mila tak lagi sanggup menahan air mata yang sudah membendung di ekor matanya.

Kedua bahu Rian merunduk seiring dengan desahan berat yang keluar dari mulutnya. “Kamu benar. Aku memang brengsek. Aku bukan contoh yang baik bagi kalian. Dan yang paling fatal, aku sudah mengecewakan Ibu… Tapi aku tetap harus bertanggung jawab pada Claire. Dia sedang mengan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   114.

    Maya memegangi dadanya. Dia bisa merasakan jantungnya yang berdebar tak karuan. Seketika, butiran keringat membasahi pelipisnya saat wanita itu berdiri di selasar rumah sakit.“Claire…” Maya menggumamkan nama itu sambil melirik ke dalam kamar melalui kaca kecil yang ada di depan pintu. Keningnya nampak mengernyit dalam. “Nggak mungkin… Bagaimana bisa dia memiliki tanda lahir yang sama dengan bayiku? Ini pasti cuma kebetulan kan?”Ingatan di masa lalu itu kemudian menyergap benak Maya. Mustahil dia bisa melupakannya. Dia bahkan mengabadikannya pada sebuah lukisan sebagai bentuk rasa bersalahnya.Di malam itu, saat hujan lebat mengguyur, dirinya yang baru berusia tujuh belas tahun terpaksa menyerahkan bayi yang baru berumur tiga hari ke panti asuhan. Bayi perempuan mungil yang cantik yang bahkan tak sempat dia beri nama.Air mata Maya menetes mengingat kembali kejadian itu. Kali ini dia melangkah dengan begitu goyah. Apakah sekarang takdir benar-benar akan mempertemukan dirinya dengan p

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   113.

    “Tidak… Jangan… Hah!” Mendadak kedua mata Claire membuka lebar. Pandangannya langsung tertuju ke langit-langit yang putih. Kepalanya berdentum-dentum seolah dipukul berkali-kali oleh palu yang keras setelah dia akhirnya terbangun dari mimpi buruknya.“Dante! Argh…” Claire menggerakkan tangannya yang terpasang infus. Dia melirik perutnya yang masih besar. Lantas, Claire mengembuskan napas lega. Tetapi dia tak tahu apakah kandungannya baik-baik saja atau tidak.Dia langsung menyadari dirinya kini terbaring di sebuah kamar di rumah sakit. Tangan kanannya yang bebas dari infus segera meraih tombol untuk memanggil perawat.Tak lama pintu ruangan membuka. Seorang dokter dan perawat datang memeriksa keadaan Claire.“Dari hasil USG, kandungan Anda baik-baik saja. Memang terjadi benturan yang cukup keras tapi beruntung bayi Anda cukup kuat untuk bertahan. Namun Anda masih harus bedrest selama tiga hari ke depan. Besok kami akan melakukan pemeriksaan lagi,” terang dokter itu yang membuat Claire

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   112.

    Cahaya yang menyilaukan itu langsung menyergap penglihatan Claire, membuat kelopak matanya kembali menyipit. Seketika dia bisa merasakan udara dingin yang begitu menusuk hingga ke tulang-tulangnya.Kini dia mendengar suara bip yang berulang yang ternyata berasal dari monitor di sebelahnya.“Dok, dia sudah sadarkan diri,” tukas suara itu.Kening Claire mengernyit. Lambat laun, dia melihat beberapa orang yang sedang mengelilingi. Orang-orang itu mengenakan jubah operasi.“A-apa yang terjadi?” Tanya Claire dengan parau ketika menyadari dirinya sudah terbaring di atas ranjang.“Tenang,” sergah salah seorang dari mereka. “Semua baik-baik saja.”“Baik-baik saja gimana??” Claire membalas ucapan itu dengan panik sambil berusaha mengingat apa yang telah menimpa dirinya sehingga dia bisa berada di ruang operasi. Lantas, bola matanya membulat saat mengingat sesuatu. “Bayiku?!”“Sudah kami bilang, semua baik-baik saja asalkan…”“Asalkan apa?” Tanya Claire sedikit cemas menatap dokter itu.“Asalka

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   111.

    Tubuh Mirian nampak terkulai lemah di kursinya. Bola matanya menyorot sayu menatap Claire. Dada wanita setengah baya itu naik turun, mengembuskan napas berat.“Claire…” Suara yang meluncur dari mulutnya terdengar begitu parau. “Sudah lama Ibu tak melihatmu…” Mirian terbatuk sambil melirik perut Claire yang besar.Claire tak mampu berkata-kata. Seharusnya dia langsung angkat kaki dari sini namun seolah ada yang menahan langkahnya. Ibu tirinya itu terlihat sangat menyedihkan. Serta merta rasa bersalah menyergap hati Claire.Mungkin benar yang dikatakan Brian, tak seharusnya di melarikan diri dari Surya, pikir Claire.“Ibu tak menyangka Brian tega menyekapmu…” lanjut wanita itu. Napasnya begitu ringkih. “Maafkan dia, Claire. Aku memang sudah gagal mendidik putraku jadi anak yang bertanggung jawab. Mungkin, ini karma…”Kedua bibir Claire masih mengatup rapat. Dia melirik sekilas ke jendela. Ilalang yang tinggi menghalangi pandangannya ke jalan depan.“Brian sudah pergi kerja. Dia bakal pu

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   110.

    Sedetik kemudian, Claire mengurungkan niatnya. Ujung pisau yang berkilat-kilat tajam itu membuat nyalinya ciut. Mungkin, untuk sementara ini dia harus mengikuti permainan Brian, pikir Claire dalam hati.Lagi pula tubuh Claire terlalu lemah, dia butuh makan. Mata perempuan itu lalu melirik ke arah nampan.“Makanlah,” titah Brian dengan nada suara yang pongah. “Dan jangan mengeluh.”“Ta-tapi, bagaimana aku bisa makan? Kedua tanganku terikat,” jawab Claire parau. “Apa kamu mau menyuapiku?”“Ha! Enak saja!” Balas Brian ketus. Maka, dengan berat hati pria itu akhirnya melepas tali yang membelenggu kedua tangan Claire. “Ingat, kalau kamu berani macam-macam, maka kamu dan anakmu itu nggak bakalan selamat!”Brian kembali memamerkan pisaunya. Dia lalu duduk di depan pintu mengamati Claire.Dengan susah payah, Claire menyeret tubuhnya ke dekat nampan karena kedua kakinya masih terikat. Brian tertawa puas melihat adiknya yang begitu menderita.Saat akhirnya air membasahi kerongkongannya, Claire

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   109.

    Claire meringis pelan begitu dia sadarkan diri. Nyeri terasa merambat dari pelipis kanannya. Perempuan itu juga bisa mencium bau darah yang anyir. Sampai akhirnya dia menyadari bahwa dirinya berada di sebuah kamar pengap yang berdebu.Namun, suaranya tertahan dari balik lakban yang menutupi mulutnya. Sekuat tenaga dia bergerak, tetap saja ikatan-ikatan itu begitu kencang mengunci kedua tangan dan kakinya.Ingatan itu lalu berkelebat di kepalanya. ‘Brian…’ batin Claire. Sebelum akhirnya pingsan, senyum bengis kakak tirinya itu terekam jelas di benaknya. Seharusnya, Claire menyadari ada bahaya yang mengintai saat akhirnya mereka bertemu.Kini semua sudah terlambat. Brian berhasil menyekapnya dan Claire pun tak tahu apa rencana yang akan dilancarkan kakaknya itu.Napas Claire mulai berat. Keringat mengalir di setiap lipatan tubuhnya. Secercah cahaya nampak masuk melalui ventilasi. Namun, dia tak tahu sekarang sudah pukul berapa. Sampai akhirnya napas Claire tertahan, melihat pintu yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status